Unless We're Fated (3)

5.9K 423 17
                                    

Karena aku belum nemu cast buat Dhira, jangan protes kalo aku mengumbar gambarnya Dirga.

WARNING!

Adegan dewasa, yang belum cukup usia tolong sadar diri untuk menyingkir.

* * *

Jam 6 pagi, Dirga sudah datang menjemputku dengan mobil jeep-nya. Bukan mobil yang biasanya dia pakai. Katanya jalannya nanti cukup sempit, jadi lebih cocok pakai mobil jenis itu. Aku nurut saja karena memang nggak tahu medannya nanti. Haha!

Semua barang kami diletakkan di kursi belakang, sementara aku duduk di kursi penumpang depan, di sebelah lelaki yang memakai kaos hitam dan celana pendek ini. Ditambah kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, pesonanya bikin jantungku sulit dikondisikan.

Selama di perjalanan, kami terus mengobrol. Tentang banyak hal. Pengalamannya mendaki di beberapa gunung di pulau Jawa dan keinginannya menaklukkan puncak Rinjani. Berhubung Dirga sangat sibuk mengelola perusahaan keluarganya itu, sekarang dia jarang sekali bisa mendaki. Hari ini pun sebenarnya adalah jatah cuti yang harus dia ambil. Karena perjalanan kami dimulai hari Jumat ini sampai Minggu sore. Kata Dirga, harusnya cukup dua hari untuk pergi pulang. Tapi, supaya aku bisa menikmati pengalaman mendaki ini dengan santai, jadilah waktunya tiga hari.

"Kamu kan CEO, harus izin cuti juga?"

Dirga tergelak. "CEO bisa dipecat juga kalo nggak bener kerjanya."

"Sama kayak kacung dong."

Pria itu tertawa lebih keras. "Iya. Makanya, gak usah kerja ke orang, biar gak jadi kacung."

"Yah, gimana dong. Aku udah terlanjur ngelamar kerja."

Niatku cuma bercanda, meskipun aku tidak bohong, tapi Dirga malah menanggapi serius.

"Di mana?"

"Rahasia." Ucapku dengan mengeja. Sambil sok centil.

"Nggak jauh dari sini kan?"

Entah kenapa, aku merasakan antisipasi dari nada bicara Dirga.

"Luar kota, sih."

"Ck! Jangan jauh-jauh."

Aku mengernyit, heran dengan Dirga yang melarangku. Kulihat wajahnya menampilkan keseriusan.

"Memang kenapa?"

Dirga tak langsung menjawab. Tangannya mengeratkan pegangannya pada kemudi hingga ototnya lengannya mengeras. Tak terasa aku meneguk ludah saat menyadari tubuh lelaki di sampingku yang atletis, berotot, dan... hot.

Ya ampun, otakku butuh dicuci.

"Pokoknya jangan jauh-jauh dariku."

Mataku mengerjap saat mendengar nada posesif dari kalimatnya.

"Kenapa?"

Lagi, Dirga diam sebentar sebelum menjawab. Kali ini, dengan menatap lurus padaku.

"Karena aku tidak suka kamu jauh dariku."

Kenapa?

Ingin sekali aku mengucapkan kata tanya itu. Namun, kata itu hanya tersimpan dalam bisu. Karena aku tak mau kecewa, setelah memupuk harap bahwa Dirga juga punya rasa yang sama denganku. Itu tidak mungkin. Jelas sekali, beberapa hari yang lalu pria itu mengatakan harapannya untuk bisa kembali dengan mantan kekasihnya. Jadi, mustahil sekarang ia bisa semudah itu menyukaiku.

LOVE - Book Of Romance StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang