Rania membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat pusing. Setelahnya ia sadar ia tengah berada di tempat yang berbeda. Dinding dengan wallpaper mawar merah. Ia ingat tempat apa ini. Dia mencoba untuk duduk.
"Kok gue ada di sini..." gumamnya kebingungan.
Seingatnya ia masih ada di rumah polisi bernama Doyoung itu. Apa barusan hanyalah mimpi? Rania lalu mengecek pakaian yang ia pakai, masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja hari terlihat sudah pagi lagi.
"Nggak-" Rania mengacak rambutnya sendiri saat tahu ia kini kembali ke rumah Renjun. Tapi bagaimana caranya?
"Tidur nyenyak Rania?" Suara tiba-tiba itu mengejutkannya. Perempuan itu menoleh, ternyata itu Renjun. Lelaki itu menatap Rania sambil tersenyum.
"Kok aku bisa di sini lagi? Itu pasti yang lagi kamu pikirkan?" Renjun terkekeh. "Semuanya bisa Rania, Renjun itu bisa melakukan segalanya."
"Kamu gila! Nggak waras!" bentak Rania. Rania mencari-cari ponselnya, sial saja ternyata tidak ada. Kemudian Renjun memainkan sebuah ponsel yang tak lain adalah milik Rania.
"Masih banyak orang yang lebih nggak waras di luar sana. Contohnya, orang tua yang membuang anak-anaknya."
Rania terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Renjun. Mengapa dia bisa berkata begitu? Contoh itu nampak terasa pada dirinya sendiri. Mengingat Rania memanglah tinggal di panti asuhan sejak kecil. Tanpa tahu siapa ayah ibunya. Dari mana ia berasal.
"Maksud kamu?"
"Nggak penting sih, intinya kamu nggak boleh kabur lagi. Kamu sudah sah jadi pelayanku, tugas kamu melayani segala keperluanku. Kamu nggak akan kelaparan dan kedinginan di sini. Jadi nikmati." Renjun mencolek dagu Rania sebelum ke luar dari ruangan tersebut. Yang tak lain adalah kamar Rania yang Renjun beri.
...
Kemarin, tepatnya tengah malam, Renjun menyuruh beberapa orang suruhannya untuk menjemput paksa Rania dari rumah polisi itu. Dengan cara apa? Mereka menyandera Silvia. Mengancam dengan pistol yang ditodongkan ke kepala perempuan itu. Sedangkan Rania berhasil dibekap dengan bius. Doyoung yang mencoba melawan malah di ancam akan diberhentikan sebagai polisi.
Renjun tak perlu takut pada polisi, karena bahkan seorang petinggi berpihak pada Renjun. Nampaknya semua orang pemerintahan juga memihaknya. Mengerikan, tapi itu kenyataannya. Memang uang dapat menutup semua mata orang. Tanpa pandang jabatan dan status.
"Rania, tolong siapin kelopak bunga mawar di atas kasurku. Aku mau melakukan sesuatu." Ia kembali memunculkan kepalanya dari balik pintu yang belum ditutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Fear | Renjun✔
Fiksi Penggemar❝Kenapa harus kamu, perempuan yang pernah berbagi rahim denganku❞ -Renjun. Ini tentang si pelukis berdarah. Yang punya sejuta misteri mengerikan dan masa lalu kelam. Usia ke-21 tahun, di mana seharusnya ia mati, justru dia bertemu dengan perempuan y...