Mona terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rega yang terus menyeretnya. "Apaan sih lo? Nyeret gue mulu dari tadi, lepasin nggak? Gue teriak nih ya?"Ancam Mona yang tentu saja tidak memberi pengaruh apa-apa bagi Rega.Rega mendengus pelan, "Gue tahu lo lagi sedih makanya diam dan ikutin gue aja."
Mona berdecih, "Dasar siluman kera! Tadi aja sok manis Saya-sayaan segala nah sekarang. Ck! Dasar terong! Nggak bisa dipercaya emang."dumel Mona tanpa repot-repot mengecilkan suaranya.
Rega hanya menghela nafas membiarkan gadis itu mengumpati dirinya sesuka hati. Rega membuka pintu mobilnya lalu menyuruh Mona masuk.
"Masuk Neng! Akang nggak punya banyak waktu buat bujuk Eneng."
Seketika Mona memperlihatkan wajah jijiknya ketika Rega memanggil dirinya Neng. "Ihh najis gue manggil lo Akang!"Mona dengan enggan tetap memasuki mobil Rega.
Rega terkekeh geli sambil menutup pintu mobilnya lalu bergerak menuju kemudi. Rega memasang seatbelt miliknya sebelum menghidupkan mesin mobilnya dia menoleh dan berdecak kesal ketika Mona tidak mengenakan seatbelt miliknya.
"Biasakan gunakan seatbelt ketika kamu berada dimobil ini untuk keamanan kamu juga."Kata Rega dengan sadar menggantikan 'lo-gue' ketika berbicara dengan Mona.
Mona menahan nafasnya ketika tiba-tiba Rega mencondongkan tubuhnya untuk menarik seatbelt disisi kirinya, Mona seketika kehilangan fokus saat hidungnya tanpa sengaja membaui aroma tubuh Rega yang benar-benar 'nikmat'.
Klik!
Bunyi seatbelt terpasang membuat Mona tersentak dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Didalam hati dia mengutuk dirinya yang begitu mudah terlena hanya karena aroma tubuh pria menyebalkan itu.
Rega mengernyitkan dahinya melihat semburat merah dipipi Mona. "Kamu kepanasan ya? Tapi ini Ac mobilku udah nyala."Kata Rega sambil menekan Ac mobilnya.
Mona mendengus kesal dia membuka suara tanpa menoleh menatap Rega. "Buruan jalan gih! Sebelum gue berubah fikiran dan loncat dari mobil lo."ketusnya kesal.
Rega kembali terkekeh, dia benar-benar tidak marah ketika gadis itu bersikap ketus padanya. Dengan tenang Rega melajukan mobilnya. "Namaku Rega dan tolong jangan lagi pakai lo gue ketika berbicara aku kamu lebih enak didenger soalnya."
Mona mendelik menatap Rega, "Ogah!"tolaknya mentah-mentah.
Rega kembali terkekeh kecil, "Nama kamu siapa?"
"Ngapain lo nanya-nanya nama gue?"Tanya Mona sambil menyipitkan matanya menatap Rega.
"Ya kalau nggak tahu nama terus aku manggil kamu apa dong? Aku panggil Eneng kamu jijik kayak tadi."Kata Rega sesekali menoleh pada Mona sebelum kembali berfokus pada jalanan didepannya.
Mona mendengus pelan namun dia tetap menyebutkan namanya. "Mona."katanya singkat.
Rega menoleh dan tersenyum manis, "Mona? Nama yang bagus cocok untuk kamu."
Mona mendelik sebelum melongoskan pandangannya yang kembali mengundang tawa Rega.
Reza sengaja mengendarai mobilnya memutari kawasan kota ketika melihat Mona tertidur di kursinya. Dia ingin mengajak gadis ini makan atau bermain di mall untuk menghilangkan suntuknya tapi melihat Mona tertidur pulas Rega jadi tidak tega membangunkan gadis itu.
Hingga hari sudah malam dan Rega mulai bosan mengitari kawasan kota akhirnya dia membawa Mona pulang ke rumahnya. Dia sudah mempersiapkan diri jika gadis itu membuka mata lalu mendamprat dirinya saat mengetahui kalau Rega membawa dirinya kerumah pria itu.
Rega mematikan mesin mobilnya setelah mobilnya memasuki garasi rumahnya. Rega melepaskan seatbelt miliknya lalu menoleh dan menatap Mona yang masih tertidur.
"Kamu bilang aku siluman kera tapi ternyata kamu yang siluman."Rega tersenyum lebar sebelum memberanikan diri menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Mona. "Kamu siluman kerbau. Udah disentuh begini masih aja molor. Dasar."
**
Soraya dan Imran serta Abi masih duduk diam menunggu Ali menceritakan semua akar dari permasalahan ini.
Prilly sudah berada di dalam kamarnya ditemani Reza, sejak tadi putri tunggal keluarga Imran itu terus saja menangis. Reza mati-matian menahan diri agar tidak membunuh Ali malam ini juga.
"Jangan nangis lagi Dek kan Abang udah bilang airmata kamu terlalu berharga untuk menangisi pria seperti Ali itu."Kata Reza sambil menepuk-nepuk pelan kepala Adiknya.
Prilly mengeratkan pelukannya pada tubuh Reza. "Ta..pi Bang, aku nggak tega liat Mas Al terluka seperti itu."bisiknya lirih.
Reza memutar matanya, "Kamu ngapain sih mikirin dia? Dia aja nggak ada loh dek mikirin kamu. Kalau dia mikirin kamu nggak mungkin dia tega nyakitin kamu kayak gini. Mana berani lagi dia bawa tuh simpanan pakai mobil kamu."Reza benar-benar tidak bisa mentolerir kesalahan Ali.
Prilly kembali memejamkan matanya, benar apa yang dikatakan Reza. Jika Ali Sayang dan memikirkan perasaannya tidak mungkin Ali setega ini bukan?
Diluar kamar Prilly tepatnya diruang tamu Ali masih menundukkan kepalanya setelah mengurai semua cerita yang terjadi hingga berujung dia babak belur ditangan Reza. "Maafkan Ali Mi. Pi, Mas Abi."
"Jadi kamu benar-benar menduakan putri Mami Li?"Tanya Soraya masih tidak percaya dengan kenyataan yang terpampang di hadapannya.
Ali mendongakkan kepalanya lalu menggeleng berkali-kali. "Enggak Mi. Ali sama sekali tidak menduakan Prilly, Ali sangat mencintai Prilly Mi."
"Lalu apa yang sebenarnya kamu lakukan ini Li? Apa maksud kamu bermain-main dengan perempuan masa lalu kamu itu?"Kali ini Abi yang angkat bicara setelah Ali menceritakan semuanya tadi dia merasa menyesal menghalangi Reza memukuli Ali tadi.
"Saya hanya menolongnya Mas. Tidak lebih saya merasa kasihan karena Ratih mengandung tanpa suami. Itu saja, saya menganggap Ratih teman tidak lebih."
"Kamu kasihan pada wanita lain tapi kamu tidak kasihan pada istri kamu sendiri? Kamu berusaha mengurangi beban wanita lain dengan menambah beban istri kamu sendiri? Laki-laki macam apa kamu Li? Laki-laki macam apa yang berusaha mati-matian menghibur wanita lain sedangkan istrinya dirumah meneteskan air mata?"Abi tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak mencerca adik iparnya itu.
Ali menundukkan kepalanya, dia sudah cukup tahu diri untuk tidak kembali membuka suaranya, dia bersalah dan kesalahannya benar-benar fatal kali ini.
"Semua keputusan ada ditangan Prilly Nak."Untuk pertama kalinya sejak pemukulan Ali Imran membuka suaranya. "Jika Prilly memaafkan dan menerima kamu kembali maka kami akan dengan lapang dada memaafkan dan menerima kamu kembali dirumah ini."
Ali bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat, "Tapi jika perceraian adalah jalan akhir yang dipilih oleh Prilly maka harus dengan lapang dada melepaskan anak kami."Tubuh Ali serasa mati ketika Imran berkata dengan tenang.
Abi menghela nafasnya sebelum beranjak dari sofa menuju kamar Prilly. Imran tersenyum hangat seperti biasa sebelum beranjak mengikuti langkah Abi putranya.
Tinggal Soraya yang menatap Ali dengan mata berkaca-kaca. "Mami tahu maksud kamu baik Nak. Tapi ingatlah satu hal."Soraya menyusut air matanya sebelum kembali merekahkan senyumannya pada Ali. Jantung Ali terasa diremas saat melihat Ibu mertuanya masih tersenyum lembut padanya setelah apa yang dia lakukan.
"Tidak semua hal yang kita anggap baik akan berakhir dengan baik. Niat kamu baik menolong teman kamu tapi posisi kamu salah Nak. Kamu suami orang seharusnya perasaan istri kamu yang kamu prioritaskan bukan wanita lain terlebih wanita itu adalah wanita yang pernah kamu cintai. Bisa kamu bayangkan bagaimana perasaan istri kamu ketika mengetahui hal itu Nak?"
*****
Up 2x yaa..
Jangan lupa baca cerita baru aku ya 'WARISAN CINTA'..
bagi yang belum dpt pdf Cerita" aku silahkan wa ke 0813 21817808 harganya murah meriah loh..
Terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding (Mas Al nikah Yuk)
RomanceGk tau gimana alurnya, yang penting nikmatin aja karena setelah nulis Mas Al nikah Yuk! Ide semua Mentok ke cerita ini. Jadi bagi yang penasaran ayokk dibaca..😉