Saat kau ragu setelah datang yang kedua, mungkinkah itu pertanda kalau hatimu lebih condong pada yang kedua?
< Awannis >🌹
Hang Nadim International Airport.
Wanita itu terus mendongak, mencari sosok yang sudah ia janjikan kalau akan menjemputnya di bandara pukul 12.00 ini. Sesekali wanita itu melihat foto di ponselnya, lalu menyapukan pandangannya ke seluruh penumpang yang baru saja keluar dari pintu kedatangan dalam negeri. Jaga-jaga kalau lupa, karena ini pertemuan pertama mereka.
Wanita itu tersentak kaget saat ada tepukan tiba-tiba di bahunya dari belakang. Wanita itu pun menoleh ke arah tepukan itu datang.
"Maaf, dengan Mba Hanna?" Tanya wanita yang menepuk bahunya tadi dengan sopan.
Hanna mengernyit, lalu mengangguk, "maaf, siapa ya?" Tanyanya jujur, ia benar-benar tidak mengenalnya.
Wanita yang baru tiba itu menyengir, "maaf, saya Amanda. Heumm, yang diminta untuk jemput saya, bukan? Temannya Nastiti?"
Hanna terkejut, mulutnya menganga, namun segera ia tutup dengan tangannya. Ia mengerjap berulang kali sebab tak percaya dengan yang ia lihat. Amanda ini yang ia cari dari tadi, kenapa sedikit berbeda wajahnya dengan yang di foto? Maksudnya, cantik. Lebih cantik aslinya.
Amanda melambai di depan wajah Hanna, membuat Hanna tersadar dari keterpakuannya, lalu menjadi salah tingkah, "maaf, saya enggak ngenalin, soalnya baru pertama jumpa."
Amanda tertawa, melihat tawa Amanda entah mengapa membuat dada Hanna menghangat. Ada apa ini?
"Biasanya orang akan bilang kalau yang di foto beda sama aslinya," ujar Amanda jujur.
Refleks Hanna mengangguk begitu saja, "iya juga sih, itu alasan lainnya," lalu ia menyengir demi menetralisir hal yang mulai mengganggu ketentraman jantungnya.
Pertanyaannya, secepat itukah?
Amanda kembali tertawa, namun tidak lama perutnya langsung berbunyi.
"Maaf. Kayaknya saya lapar. Kita langsung cari tempat makan gimana?" Tawar Amanda sedikit menahan malu karena bunyi suara perutnya.
Hanna sempat tersenyum lalu mengangguk, "ayo. Saya ajak ke tempat makan paling enak di Batam."
Mata Amanda langsung menunjukkan binar-binar bahagia. Dia begitu penasaran, makanan khas apa yang ingin Hanna tunjukkan padanya.
"Oke. Let's go," ujar Amanda semangat.
Hanna yang melihat sifat apa adanya Amanda menjadi gemas sendiri, tak menyangka kalau gadis yang masih berusia 26 tahun itu benar-benar pas antara kelakuan dan wajahnya yang memang menggemaskan.
Amanda terlihat menelpon seseorang, samar-samar Hanna mendengar percakapan di telpon itu, membuat Hanna bertanya-tanya dalam hati, untuk apa dia menelpon jasa peminjaman mobil?
"Ayo, Mba Hanna. Mobilnya pas banget udah sampai," Amanda dengan polosnya menarik tangan Hanna, dan lagi-lagi jantung Hanna berdetak tak beraturan.
Tiba di tempat parkir, Amanda sejenak berbincang dengan pemilik mobil, lalu memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu kepada bapak itu, dan foto kopi ktp milik Amanda. Setelahnya, bapak itu pun menyerahkan kunci dan pamit kepada mereka.
"Ayo, Mba? Kenapa bengong? Masuk ke dalam," Amanda sudah bersiap dengan membukakan pintu mobilnya untuk Hanna.
Aduh, kenapa manis begini sih perlakuannya? Batin Hanna.
Melihat tak ada respon dari Hanna, Amanda berinisiatif menarik lengan Hanna dan memintanya masuk, lalu menutup pintu mobil. Amanda memutari mobil dengan sebelumnya memasuki beberapa barang bawaannya ke dalam bagasi, setelah itu masuk ke kursi kemudi.
"Kamu sewa mobil ya, Amanda?"
Amanda mengangguk, memasang safetybelt lalu menstarter mobilnya.
"Aduh, maaf ya Amanda. Kok jadi kamu yang repot? Seharusnya saya yang siapkan semuanya. Tapi malah-
Tiba-tiba saja Amanda mendekatkan tubuhnya ke Hanna, membuat ucapan Hanna terhenti, nafasnya tertahan, namun tidak tidak dengan jantungnya yang terasa ingin keluar. Hanna berusaha mengatur nafas, dia tidak tahu apa kira-kira yang akan dilakukan Amanda, sampai terdengar suara
Klik.
"It's oke, Mba Hanna. Saya enggak ngerasa direpotin kok," ucap Amanda tersenyum yang ternyata dia tadi memasangkan safetybelt milik Hanna yang belum terpasang.
Hanna hanya tersenyum kikuk, lalu ia menggelengkan kepala. Tidak, tidak boleh. Tidak boleh dia baper hanya karena sudah lama tidak mendapatkan perlakuan manis seperti ini dari seseorang. Meski hanya hal kecil, tapi semua terasa alami, dan itu membuat Hanna oh tidak.
Hanna terus berujar di dalam hatinya kalau dia tidak boleh baper, dia harus biasa saja, dia harus sadar, sadar Hanna sadar, kalau Amanda itu pacar sahabatnya.
"Mba?"
"Ha? Iya, Amanda? Udah sampai ya?"
Amanda terkikik, dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Hanna. Hanna benar-benar tidak kuat kalau harus lebih lama bersama Amanda, sepertinya, dia akan meleleh.
Nasteteeeeeee, cepat lo datang, jangan buat gue ambyar gara-gara kelakuan manis pacar looooo, rengek Hanna dalam hati.
Enggak, biasa aja Hanna biasa aja, lo udah 32 tahun, enggak zaman lagi buat baper-baperan. Ealah, monolognya dalam hati lalu menarik nafas berulang kali demi menenangkan diri.
"Mba Hanna?"
"Iya?"
"Mba, baik-baik aja, kan?" Amanda melihat Hanna cemas, pasalnya Hanna terlihat lebih banyak tidak fokusnya, seperti melamun, tapi melamunkan apa? Jelas Amanda tidak tahu karena dia bukan dukun.
Hanna menyengir, "ayo kita makan ikan kerapu."
Raut cemas Amanda langsung berubah bahagia, dia pun mengangguk semangat sambil mengacungkan jempol.
"Tapi sebelumnya kita ke sekolah jemput Vany dulu ya?"
"Hem? Vany?"
"My lovely daughter."
"Aye aye, captain," Amanda tersenyum lebih dulu kepada Hanna sebelum memindahkan persneling.
Dan cerita cinta rahasia mereka pun dimulai dengan makan ikan kerapu.
¤¤¤
A/N :
Alur cerita ini sangat sederhana sekali, dan ceritanya juga hanya beberapa part aja, jadi jangan terlalu berekspektasi.
Sengaja disampaikan diawal, agar tidak patah hati.
Nah loh?
Hehehe
Syelamat Malam..
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okey, Amanda (GxG - COMPLETE)
Short Story[ Terima kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun ] [ GxG Content ] "Saat kau ragu setelah datangnya yang kedua." @copyright november2019 Awannis07 Status : Complete