Part 2

1.4K 67 2
                                    

Hari ini adalah hari di mana, Yura akan pindah ke kediaman tuan Park. Yura di jemput langsung oleh tuan Park dan juga Jimin tentunya. Yura masih menatap langit langit kamar kedua orang tuanya dulu, kamar yang dulunya di penuhi dengan canda dan tawa Ibu dan Ayahnya, kamar yang juga menjadi tempat, untuk momen momen indah dirinya ketika bersama, mendiang sang Ibu.

Yura masih sangat merasa bersedih ditinggal pergi kedua orang tuanya, Dia berharap akan di terima dengan baik di rumah tuan Park nantinya. Melihat sikap tuan Park pada dirinya, membuat Yura sedikit lega akan ke khawatirannya pada suasana rumah besar itu. Ini kali pertama untuk Yura pergi ke rumah besar itu, selama Ayah dan Ibunya bekerja disana, Yura tidak pernah main ke sana. Bukan karna tidak di ajak, melainkan Dia sendiri tidak mau untuk pergi, jika dirumah itu mengadakan sebuah pesta.

Yura memang gadis yang sangat sederhana, baik penampilan maupun pemikirannya. Yura menuruni sifat Ibunya yang juga lemah lembut, dan kadang mudah di manfaatkan orang lain. Tapi selain itu Yura juga menuruni sifat Ayahnya yang pekerja keras dan bertanggung jawab. Sebelum Ayah dan Ibunya meninggal, Yura pernah membuka jasa les private untuk kalangan anak Sekolah Dasar. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, banyak orang tua yang mempercayakan anak mereka, untuk belajar pada les private yang di buka Yura.

***

"Apakah siap nak Yura?" tanya tuan Park yang melihat Yura menenteng koper dan menggendong ransel sekolahnya itu.

"Sudah A-Ayah" ucap Yura yang menarik gagang koper dan menyeretnya keluar.

Yura dan tuan Park berjalan beriringan keluar, Jimin hanya menunggu di dalam mobil tanpa mau ikut keluar, dan menemui Yura. Tuan Park membukakan pintu mobil bagian depan untuk Yura, sesaat Yura melirik tuan Park dan akhirnya, Yura segera masuk dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.

Di perjalanan Jimin hanya diam, tak satu katapun keluar dari mulutnya itu. Suasana canggung juga di rasakan oleh Yura, bagaimana tidak? Jimin yang sedari tadi hanya diam, dan menatap sinis ke arah Yura membuat Yura sedikit risih dan juga takut. Tatapan Jimin begitu dalam, membuat Yura harus memalingkan wajahnya ke arah luar jendela agar menghindari tatapan mematikan itu.

Kurang lebih 20 menit mereka di perjalanan, tibalah mereka di tempat tujuan mereka, yaitu kediaman keluarga Park. Rumah yang sangat luas, dengan desain yang mewah, dan juga nuansa yang asri membuat siapa saja akan betah tinggal di rumah besar ini. Namun tidak untuk Yura, banyak hal menakutkan yang ada di otaknya saat ini. Dia bahkan berkhayal layaknya seperti sebuah drama, yang menampilkan sosok gadis miskin yang masuk ke rumah orang kaya, dan di perlakukan dengan tidak baik di dalamnya.

Seketika ia tersadar akan khayalannya itu saat tuan Park menepuk pelan pundaknya, menyadari Yura yang sedari tadi termenung, sejak mereka sampai beberapa menit yang lalu.

"Ada apa Yura?" tanya tuan Park yang memecahkan lamunan Yura.

"Tidak Ayah" jawab Yura singkat sambil tersenyum, yang menampakan gigi gingsulnya.

"Cihh, bahkan Dia sudah memanggil Ayahku dengan sebutan Ayah juga. Dasar wanita gak tau diri" kesal Jimin dalam hati sambil berjalan mendahului Ayah dan Yura.

"Jimin, tunggu. Bawakan koper Yura, dan antarkan Dia ke kamarnya" titah Ayah pada Jimin yang ingin berlalu begitu saja.

"Dia punya tangan dan kaki yang lengkap Yah, apa tidak bisa masuk dan pergi sendiri ke kamarnya. Aku lelah" Jimin berlalu begitu saja tanpa mendengarkan perkataan Ayahnya.

Situasi inilah yang akan di hadapi Yura setiap harinya mulai sekarang, suasana yang sangat tidak nyaman dan juga belum pernah di rasakan Yura. Yura memang bukan orang yang berada, namun keluarga Yura selalu membangun suasana kekeluargaan yang dalam dan hangat. Jauh berbeda dengan suasana rumah besar ini, manusia yang hidup di rumah ini, tak saling menyapa. Sekalinya bicara hanya akan ada perdebatan, haaah susah di jelaskan!

***

Hari tlah berganti, Yura yang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah pun, menuruni anak tangga untuk ke dapur membuat sarapan. Yura memang anak yang mandiri, jika di rumahnya dulu, Yura selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuknya dan Ayah Ibunya. Walau sudah tinggal di rumah mewah, Yura tak ingin membuang kebiasaanya itu.

"Jangan nona, nanti saya di marahi tuan Park" ucap ahjumma dengan nada takut.

"Tidak ahjumma, saya sudah biasa. Ayah tidak akan marah, percayalah" Yura masih sibuk memotong sayur untuk membuat nasi goreng pagi ini.

"Tapi" terpotong.

"Tidak apa apa" Yura hanya melirik ahjumma sekilas dan melanjutkan aksinya.

15 menit kemudian masakan yang di buat Yura jadi, kini ahjumma yang mengambil bagian untuk menatanya di meja makan sebelum semuanya turun untuk sarapan.

"Wangi sekali sarapan pagi ini, siapa yang memasak ahjumma?" tanya tuan Park pada ahjumma.

"Nona Yura tuan" jawab ahjumma, yang di sambut batuk batuk dari Jimin karna kaget mendengar jawaban ahjumma, dan Jimin yang sudah melahap masakan yang dibuat Yura dengan semangat.

"Apa?" tanya Jimin dengan nafas tersengal sengal akibat tersedak.

"Iya tuan, nona Yura yang memasak ini semua" ahjumma mengulang perkataannya agar Jimin yakin.

"Lalu di mana Dia?" sambung Ibu Jimin.

"Nona Yura sudah berangkat sekolah, nyonya" saut ahjumma.

"Kenapa tidak menunggu selesai sarapan dulu?" tanya tuan Park.

"Nona bilang, hari ini ujian terakhirnya. Nona tidak ingin telat tuan. Masalah sarapan, tadi nona Yura sudah membawa bekal untuk di sekolah" balas ahjumma yang memang Yura beralasan seperti itu padanya.

Semuanya kembali melanjutkan kegiatan sarapan mereka, dengan makanan yang tersaji di piring masing masing.

Kelulusan akan segera datang, itu tandanya hubungan Yura dan Jimin juga akan segera di resmikan dengan adanya pernikahan. Walaupun Yura masih menolak, tapi tuan Park tak akan kehabisan cara untuk membujuk Yura untuk menerima perjodohan ini.

Bersambung..

I Love You My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang