Pencuri Itu Ternyata.....

28 1 0
                                    

               Pada hari ini, Hari Jumat , keluarga Eko yang terdiri dari ayah, ibu, Eko, dan Tiwi baru saja pindah ke rumah baru yang terletak di daerah kampung yang padat penduduknya. Walaupun kampung yang dihuni oleh keluarga Eko padat, tetapi lingkungan di kampung ini bersih, tidak ada sampah yang berserakan, dan banyak tanaman yang ditanam di sepanjang jalan. Ada tiga hal yang disukai Eko di rumah baru ini. Pertama, Eko mendapat kamar sendiri yang besar, dan di dalam kamarnya terdapat banyak sekali buku-buku, seperti : novel, komik, dan lain-lain. Eko merupakan seorang yang kutu buku, hal ini dikarenakan Eko gemar akan membaca semua jenis buku, apabila Eko sudah serius membaca, Eko bisa menghabiskan tiga jam lebih untuk membaca buku. Selain itu, Eko juga baru saja diterima di sekolah baru yang berada di Jalan Danau Grati, No 1, Kota Malang yaitu SMA Negeri 10 Malang

              Kedua, Eko senang sekali bermain basket. Nah, ketika Eko sedang bermain basket, tiba-tiba ada anak laki-laki dan langsung menghampiri Eko, kemudian langsung menyapa Eko dengan sopan.

            " Kenalkan, aku tetanggamu, namaku Jojo. Kalau kamu mau bermain basket atau sepakbola, kita bisa main di lapangan ini atau di lapangan sebelah sana! " anak itu menunjuk ke arah selatan.

            " Aku Eko, kebetulan aku juga suka bermain basket." Eko bersyukur di dalam hatinya, karena sudah menemukan teman baru, tanpa mencarinya.

              Ketiga, Eko sangat suka terhadap buah mangga, apalagi kalau mangganya sudah matang. Kebetulan sekali, di rumah baru Eko, tepatnya di halaman belakang rumah Eko, terdapat halaman yang luas, dan banyak sekali tanaman yang ada, serta memiliki beragam warna yang menarik. Selain itu, ada juga pohon mangga yang besar dan telah menghasilkan banyak buah. Ada tujuh buah mangga yang sudah diincar oleh Eko, lantas Eko membungkusnya satu persatu dengan koran, namun pada Hari Minggu siang setelah pulang dari rumah neneknya, ketujuh buah mangga yang sudah diincar oleh Eko itu lenyap tak tersisa.

            " Kurang ajar. Ternyata di kampung ini ada si tangan panjang!" kata Eko sewot.

            " Sudahlah Kak, bungkus saja buah mangga yang lain, kan masih ada buah mangga yang lain. Buah mangga hilang beberapa saja kok dipermasalahkan," ujar Tiwi, adikknya.

            " Bukan masalah buah mangga yang hilang Dik, tapi lebih baik meminta daripada mencuri bukan? Kalau mencuri nilai karakter pencuri itu akan dianggap rendah oleh orang lain," balas Eko.

             Dengan terpaksa, Eko membungkus lagi sembilan mangga dengan koran. Ketika hari beranjak sore, Eko dan Jojo telah selesai bermain basket, kemudian Eko menceritakan perihal hilangnya buah mangga di halaman belakang rumahnya.

            "Ah, itu merupakan persoalan yang kecil. Di kampung ini, banyak mangga yang sudah matang, bahkan sampai jatuh ke tanah karena tidak ada yang memetiknya," kata Jojo.

            " Ini bukan persoalan yang kecil, Pokoknya kalau ada seseorang yang mengambil barang milik orang lain, itu namanya pencuri. Pencuri itu diibaratkan sebagai orang yang panjang tangan. Pencuri harus dihukum karena telah melanggar hukum," jawab Eko dengan nada tinggi.

            " Satu buah pakupun, kalau milik orang lain dan kita mengambilnya, itu tetap mencuri namanya," sambung Eko.

             " Cita-citamu jadi hakim, ya?" tanya Jojo sambil tertawa.

              Mendengar hal yang agak ganjil ini, Eko bertambah jengkel. Sesampainya di rumah, ternyata Eko belum bisa menikmati buah mangga, karena kesembilan mangga itu lenyap sebelum dipanen, lagi-lagi Eko kesal dan marah.

               " Sudahlah Kak, tidak perlu marah, kalau Kakak ingin menangkap pencurinya, Kak Eko tunggui saja pohon mangganya!" usul Tiwi.

               " Huh, kali ini akan kuberi pelajaran pada pencuri itu!" kata Eko kesal.

               Eko pun lantas membungkus empat mangga dan menggantungkan karton yang bertuliskan : MENCURI ITU BERDOSA ! Seminggu kemudian, keempat mangga itu hilang, dan dikarton yang digantungkan Eko itu, terdapat balasan : LEBIH BAIK NANTI KUGANTI !

               Eko menjadi lebih penasaran, masa sudah tiga kali membungkus mangga, belum bisa menikmati buah itu juga.

               " Sudahlah Kak Eko, nanti pencurinya juga akan bosan, kalau Kakak mau mangga, minta saja ibu untuk beli di pasar!" hibur Tiwi.

               " Aku kan maunya menikmati buah mangga yang ada di pohon ini!" kata Eko. Kemudian Eko menulis kembali di sebuah karton, yang berisi : MENCURI ITU PERBUATAN TERCELA ! MINTA SAJA, NANTI AKAN KUBERI, sambil Eko membungkus 6 mangga lagi.

                Ketika buah mangga sudah siap dipanen, ternyata masih ada yang hilang, namun buah manga yang hilang hanya tiga buah. Eko kemudian menemukan balasan dari surat Eko yang berisi : MAAFKAN, INI UNTUK ORANG SAKIT. Akhirnya Eko berhasil menikmati mangga utuk pertama kalinya.

               " Kak, korespondensi dengan si pencuri sudah selesai, ya ?" ejek Tiwi ketika melihat kakanya makan mangga dengan lahap.

                " Belum, kakak masih ingin kenalan dengan pencurinya, tapi aku sudah ikhlaskan dua puluh tiga buah mangga itu, karena mangga itu digunakan untuk orang yang sakit," balas Eko.

                 Eko lagi-lagi membungkus tujuh manga dan kembali menulis di karton untuk digantungkan di pohon mangga, yang berisi : SILAKAN AMBIL MANGGA SEPUASNYA, KAMU SUDAH SAYA MAAFKAN. APABILA PERLU BANTUAN, LAIN KALI BILANG SAJA. Beberapa hari kemudian, mangga yang ada di halaman belakang rumah Eko tetap utuh, namun lagi-lagi ada sebuah tulisan di karton, yang berisi : AKU SUDAH INSAF. MANGGA YANG SUDAH KUCURI AKAN KUBAYAR SEMUA, MINGGU SORE AKU AKAN MENEMUIMU.

               Minggu sudah beranjak sore. Pintu rumah Eko terdengar ada yang sedang mengetuk. Eko langsung menghambur keluar, karena ingin melihat wajah si pencuri.

             "Hai Jo, kamu mau mengajakku main basket,ya?" tanya Eko.

             " Buah manggamu sudah tidak hilang lagi,ya?" tanya Jojo.

             " Loh, kok kamu tahu, aku kan belum cerita mengenai buah manggaku yang hilang," jawab Eko.

             " Eko, aku minta maaf ya, selama ini aku yang mengambil manggamu untuk ibuku. Ibuku terkena penyakit diabetes. Aku akan bayar kesalahanku, hukum saja aku, suruh aku bersihkan kamar mandi, aku tak keberatan," Jojo meminta maaf pada Eko.

            " Sudahlah Jo, kamu sudah kumaafkan, tapi apa yang membuatmu insaf ?" Tanya Eko.

            " Aku menjadi insaf, karena aku takut dipenjara, dan aku tidak mau nilai karakterku dianggap rendah oleh orang lain. Aku juga teringat dengan perkataanmu tentang apa yang jadi milik orang lain, walaupun itu sebuah paku, kita tidak boleh mengambilnya. sejak saat itu aku berpikir, mungkin selama imi aku berbuat salah, apalagi kamu juga menulis di karton tentang lebih baik meminta daripada mencuri, Semenjak hal itu, aku yakin sudah mau memulai lebih baik, " jawab Jojo.

            Eko terdiam lama, kemudian rasa kejujuran yang diungkapkan Jojo membuat rasa hangat mengalir di hatinya dan Eko.

           " Sudahlah Jo, yuk kita bungkus buah mangga itu lagi?" kata Eko.

          " Jo, kamu juga boleh ambil beberapa untuk ibumu?" sambung Eko.

          "Terima kasih Eko, kamu memang sahabat baikku walaupun aku baru mengenalmu," jawab Jojo.

          Sejak saat itu, Eko dan Jojo menjadi sahabat yang baik. Merekapun selalu melakukan kegiatan bersama di mana pun apabila ada waktu luang. Apabila sedang berlibur, mereka berdua juga menanam pohon mangga agar hasil dari pohon mangga itu dapat dimanfaatkan oleh mereka berdua.  

Pencuri Itu Ternyata.....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang