chapter 14 ch 2

2.6K 76 1
                                    

Raib mengeluarkan buku tulis bolpoin dan buku IPAnya. Sesekali raib menoleh ke belakang.

Si biang kerok itu menatapnya sekilas lalu berpaling ke buku pelajaran.

Raib di acuhkan oleh ali, kali ini raib merasa bersalah sudah menuduh ali sembarangan.

Aku memang payah!! Aku menuduhnya. Ali pasti marah gara gara tadi.

Kringgg...

Bel berbunyi jam pelajaran berganti, raib yang sedang melamun sejenak, jadi tersadar karena bel.

"para siswa dan siswi, pelajaran kali ini ibu sudahi. Soal di papan tulis ini menjadi pr kalian. Jangan lupa di kerjakan.!!" miss selena berkata tegas. Kemudian beranjak pergi dari kelas.

Semua murid yang ada hanya mematung mendengarnya, terkecuali raib, ali dan seli yang sudah mengenal miss selena dengan baik. Yang lain masih gugup atau merasa takut terhadap guru mengerikan ini.

Sesudah miss selena pergi. aku merobek buku tulisku, Aku menuliskan sesuatu. Kemudian melemparkannya.

Ali terkena gumpalan kertas yang aku lempar. Aku melotot ambil. Ali menggeleng keras kepala.

Seli di sebelahku memberi saran. "ra, sebaiknya kita tunggu istirahat berikutnya saja.!"

"aku ingin sekarang sel!" aku kekeh.
"kamu liat kan ra, dia lagi gak mau di ganggu!! Mana mungkin bisa! Tunggu istirahat berikutnya.."

Kali ini aku mengalah. Semoga ali tidak kesal lagi. Tapi, seperti biasanya dia selalu menyebalkan.

.

..

Setelah beberapa jam berlalu, istirahat kedua akhirnya tiba.

"baik, semuanya. Sampai disini dulu pelajaran lali ini. Sampai bertemu minggu depan." pak guru mulai melangkah keluar kelas.

Tak lama bel istirahat kedua.

Aku menuju meja ali.
Namun, ali dia malas menanggapiku.

"ali.."

"apa sih ra, mau menendang aku lagi. Heh tadi belum cukup ya?" ali mendengus kesal.

Aku berusaha sabar kali ini.
"iya, ali aku minta maaf. Ok." dengan suara lirih aku mengatakannya.
Ali melirik ke arahku. Bertanya?
"serius! Ra, kamu minta maaf!" aku mengangguk.

"aku maafin. Asal kau minta maaf dengan kencang.!"
Aku menelan ludah, sudah kuduga ali akan memberikan pilihan itu.

"sekarang!" tanyaku. Ali mengangguk.

Aku menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.
"Ali, aku minta maaf."
Mendengar suaraku yang cukup kencang, sebagian anak menoleh.
Lalu saling berbisik.

"iya, ra aku maafin!!" ali juga mengeraskan suaranya. Aku malu aku bergegas pergi dari kelas. Baru kali ini aku merasa di permalukan olehnya. Aku memang salah tadi, tapi dia lebih membalasnya seperti ini. Aku tak menyangka.

"ra.. Tunggu ra..!" ali terlambat menyadarinya. Dia menggejar raib.

.

..

Gudang belakang sekolah.

Raib duduk memeluk lututnya, ia menangis karena ali.

"kenapa dia melakukan ini? Aku gak sepenuhnya salah. Padahal kami bersahabat sudah lama, berpetualang juga. Aku kecewa padanya.!!"

Raib memejamkan matanya.

Lorong

Ali sudah berkeliling sekolah, tapi raib belum di temukannya.

RAIB DAN ALI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang