Part 6

4 0 0
                                    


Kelas 10

Karla tenggelam dengan dunia imajinasinya.Tiba-tiba tepukan pelan dibahunya membuat ia berjinjit. ketika kesadaran sudah kembali ia sempat kaget dengan kehadiran Arkan dengan kekehan khasnya. Namun cepat mungkin ia kembali menlanjutkan aktivitas imajinasinya. Arkan mengikuti semua kegiatan Karla termasuk kegiatan konyol Karla apalagi menulis ikuti. Pahadal, ia mengambil asal buku dimeja sebelah Karla.

"Loe pergi darisini dan juga ganti buku sahabat gue," sergah nonformal berang dan dingin Karla kepada Arkan sambil membuang asal pulpen dan bukunya. Ia langsung berdiri bersamaan dengan itu Arkan menjinjit berdiri. Sebenarnya, daritadi diri tahu Arkan mengikutinya tapi dibiarkan. Ketika kesadaran sudah kembali Arkan mengerjapkan matanya dengan menelan ludahnya susah payah.

Ya ampun ni cewek benar-benar seperti gadis yang memiliki dua jiwa dalam satu raga

Arkan bergidik ngeri dengan apa yang ada di benaknya.

"Pergilah dari sini," usir kasar Karla yang masih berkutat dengan dunianya sendiri.

"Tidak, Kar. Gue boleh pinjem pensil loe," ucap Arkan mencoba mengusir rasa takut tapi Karla mengetahui rasa takut itu. Karla mengeleng pelan tapi tegas.

Hahahahahahaha

Tawa hatinya ketika melihat wajah ketakutan Arkan yang berusaha ia tutupi tapi tidak bisa.

"Ya ampun loe jahat niyee. Coba loe pikirin nanti kalau gue gak ada pensil loe mau gak gue ngelihatin biak ngerjaian tugas dari ibu Ghea tersayang. Huh, udah begitu gue dihukum," ujarnya medramatis Arkan yang membuat Karla bimbang. Antara ragu dan bimbang Karla meminjakan pensil.

"Yes, dapat," guman pelan Arkan yang tidak didenagar oleh Karla. Setelah, gumanan itu kembalilah hantu dengan tampang yang sama kepada Arkan. Arkan kembali kekelas dengan wajah datar tapi menyembuyikan ketakutan yang sangat. Karla mengangakat bahu acuh.

"Stac, yan. Kalian berdua lihat tadi,"tanya Karla kepada Stacy hantu pendampingnya, dan kepada Ryan teman Stacy.

"Ya, aku melihatnya ia adalah Mila," jawab Ryan.

"Kar. jangan dekat-dekat dengan Arkan dan Gita dan kawan kawannya!" peringatan lembut Stacy yang disambut mengedikkan bahu Karla.

Jam kelima

Tangan Arkan mengambar dengan lihai dikertas gambarnya.

"Loe tuh kenapa?" tanya Arkan yang merasa risih dengan tatapan Danu dari tadi.

Danu menatap pensil Arkan. Arkan terkekeh pelan.

"Gue pinjam dari cewek yang sering kita bicarakan kemaren-marin," balas Arkan yang menjawab pertanyaan di benak Danu.

"Arkan, Danu kalian keluar dari sini!" perintah seorang pria paruh baya.

"Terimakasih pak Raka," Seru kompak Danu dan Arkan sambil berlalu. Mila melihat pemandangan itu hanya tersenyum misterius.

"Iya, benar-benar konyol." Ryan hanya mengedikkan bahu saja mendengar apa yang dikatakan Mila.

Sudah dua hari di lewati sejak hari itu tapi, Arkan dan Karla tidak pernah bertegur apalagi jika berimpas. Entah apakah Karla ingat atau tidak pensilnya di pinjam oleh Arkan? Entah Arkan sengaja atau tidak ia tidak pernah bertegur sapa lagi dengan Karla yang notabenan adalah musuhnya.

"Karla ada pensil dua gak?" tanya Sasa.

"Tidak ada sas," ucap formal dusta Karla yang membuat Sasa murung.

"Kar ade pensil dua ndak?" tanya Sahwa panik.

"Ade, dek," jawab ngejek Karla sambil memberikan pensil ia pengang tanpa sengaja membuat ingatan Sahwa kembali beberapa tahun yang lalu.

Flasback.

"Bang Danu ade pensil dua ndak?" tanya Sahwa panik.

"Ade, dek," jawab Danu sambil memberikan pensil ia pengang.

Flasback

"Pertemuan yang membuat adek jatuh cinte pada kou bang," gumannya tak terdenagar oleh siapaun namun Stacy mendengarnya. Stacy hanya tersenyum.

Bersambung...


Kekuatan persahabatanWhere stories live. Discover now