Happy Reading yaa💕
Pagi pun tiba, matahari mulai muncul untuk menyapa dunia. Pukul 06.00 Devanya sudah siap untuk berangkat ke sekolah.
"Ma... Anya pergi dulu ya... . Barang jualan mama udah Anya bawa."
"Iya nak, hati-hati" sahut Zahra.
Zahra adalah ibu kandung Devanya. Kini Devanya hanya tinggal dengan ibunya saja, ayahnya telah meninggal ketika Devanya masih kecil.
***
Sesampai di sekolah, Devanya segera memberikan makanan jualan Zahra pada kantin. Kantin sekolahan sudah buka sejak jam 6 pagi. Setiap harinya, makanan yang dibuat Zahra langsung habis tanpa ada sisa."EH ADA ENWENG DEVANYA CANTIK.."
Tiba-tiba ada segerombolan lelaki dengan badan besar disertai seragam yang sudah keluar dari celana nya dan dua cewek most wanted disekolahnya mendatangi kantin untuk membeli minuman.
Griffin yang mendengar perkataan yang baru saja diucapkan oleh Joko langsung menginjak kakinya, menandakan agar tidak menggombalinya karena Griffin tahu persis bahwa Devano, ketua geng EAGLE sangat tidak suka bila ada yang memuji Devanya.. terutama temannya sendiri yang memuji.
"Pak, air es nya enam. Brapa?" tanya Alvin sambil mengeluarkan dompet dari sakunya pada bapak penjaga kantin.
"18.000 dek" sambil memberikan botol minuman.
Tiba-tiba saja ketua EAGLE dan salah satu wanita most wanted itu menghalangi Devanya yang ingin keluar dari kantin.
"Permisi" ujar Devanya sambil menunduk.
"LO KIRA SEMUDAH ITU?" sahut Alana.
"Kerjain dulu PR fisikanya." Sambil melempar bukunya ke meja.
Sedangkan yang dilakukan wanita lugu itu hanya diam dan memandangi buku yang terlempar diatas meja, ia sangat ketakutan.. sangat ingin lari dari mereka namun tidak bisa, jalannya sudah terhalangi.
"Eh Fi, itu si Devanya kan?" tanya Fifi pada Clara sambil menghentikan jalannya. Mereka berdua baru saja dari toilet dekat kantin.
"Eh iya tuh, ngapain tuh si Alana pake ngehalangin si Anya. Udah samperin, gabisa tinggal diem nih." Mereka pun menghampiri Devanya dengan wajah sok berani.
"Anya? Ngapain disini? Jalan yuk." Clara segera menarik Anya dan mengajaknya pergi.
"DIEM DISANA!" perintah Devano pada mereka. Sehingga membuat mereka bertiga menoleh padanya.
"Kenapa?!" sahut Clara dengan tegas.
"Eh beraninya ya lo ngebentak gue." Devano sudah mengeluarkan tangannya untuk menampar Clara, tetapi Alvin menahannya.
"Udah Van, biar gw aja yang ngerjain pr nya. Kalian bertiga pergi aja sana! Sebelum gw berubah pikiran." Ucap Alvin dengan tegas.
***
Jam pelajaran pertama adalah fisika, pelajaran yang sangat disukai oleh Devanya. Wanita dengan rambut kunciran ponytail sangat terlihat bahwa pandangannya lagi kosong, lagi-lagi ia memikirkan kejadian tadi pagi. Rasanya Devanya masih merasa trauma.. meskipun kejadian ini sudah pernah terjadi pada Devanya sebelumnya, bahkan sering."Nya Anya." panggil Fifi dengan berbisik sambil melambaikan tangannya di depan mata Devanya.
"Eh iya? Knapa Fi?" sahut Devanya dengan kaget.
"Lo tau ga si, tadi pagi.. sebelum gw berangkat ke sekolah, gw ngeliat si Devano ama geng nya berantem sama adik kelas dari sekolah ini."
"Terus? Apa urusannya sama aku? Tolong lah, jangan bahas Devano sama gengnya." Jawab Devanya dengan suara yang pelan.
"Ya tapi ini tuh berantemnya sampek tuh adik kelas dilarikan ke rumah sakittttt, GILA GA SI. SEPARAH ITU?"
"AKU BILANG, JANGAN BAHAS DEVANO." Tidak sengaja, Devanya berkata dengan keras nama 'Devano' sehingga membuat satu kelas menoleh padanya termasuk Devano.
NOTE: Kalok ada typo maafin yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
BENCI ATAU CINTA [HIATUS]
RomanceDevanya Angelica. Murid SMA Pertiwi yang pendiam, tertutup, dan pintar. Ia sering mendapatkan juara kelas. Sering dikejar oleh beberapa lelaki tampan, namun Devanya adalah sesosok wanita yang tidak mudah tertarik dengan lelaki. Devano Oliver. Murid...