Berungkali Wulan bertanya pada dirinya sendiri.
Bagaimana bisa aku ada di sini?
Seperti mengalami disorentasi, sejak setengah jam yang lalu dia sudah berada di tempat ini. Duduk bersama Radit, yah walaupun tidak duduk berdua tapi berempat berdiskusi mengenai tema dan desain panggung.
"Gimana? Temanya yang tahun sembilan puluhan atau yang putri-putrian tadi?" Tanya Wulan tidak sabar. Wulan duduk disebelah Radit, bukannya merasa senang, yang ada malah gelisah dan takut. Takut malu-maluin diri sendiri.
"Gimana Fir? Masukan dari aku ya. Mending pilih yang Back to Nineties. Soalnya properti gampang dicari dari pada tema princess princess itu. Bukannya gimana, properti kita harus buat sendiri ditambah kasian MC nya nanti ribet pake gaun-gaun." Usul Radit.
Wulan menghela nafas. Mendengar suaranya aja udah bikin dia gugup.
Harus banyak-bayak istighfar.
"Iya Fir. Apalagi ini udah h min sepuluh hari loh. Udah mepet banget dan belum apa-apa. Gaenak sama kakak kelas. Kita udah korupsi waktu mereka. Mereka juga sibuk kali buat UN." Kata Alif menambahkan.
Nah, mantap kau adik. Emang cocok jadi Ketua OSIS. Tegas
Wulan dan Radit tidak membantah. Karena memang persiapannya sampai sekarang cuma beres 25 persen doang. Apalagi bisa dibilang kalo program kerja ini adalah program kerja nomor 1, karena selain acara tahunan sekolah juga merupakan bentuk refreshing anak-anak kelas duabelas selepas melalui UN.
Heran deh, kok bisa sih si Fira ini lolos kualifikasi jadi Koor.
"Gini kak. Aku pengennya nanti–" Belum si Fira menyelesaikan kalimatnya, dipotong dengan helaan nafas kasar dan bantingan pensil–yang tidak terlalu kencang tapi cukup menghentikan ucapat Fira– yang di pegang oleh Wulan.
Wulan mulai tidak kuat Ya Allah
"Fir, jangan pengennya kamu aja! Acara ini bukan cuma buat kamu aja! Yang kerja juga bukan cuma kamu aja!" Wulan menarik nafas mencoba menenangkan diri sendiri, kemudian melanjutkan,
"Kamu mau tema Prince and Princess? Nah, sekarang aku tanya yang udah kamu siapin apa?" Tanya Wulan melotot.
Emang si Fira ini yang sifatnya keras kepala harus dipelototin biar tau dia salah dan gak ngelunjak. Wulan melihat tidak ada jawaban lalu melanjutkan,
"Persiapan kamu itu nol! Gak ada sama sekali! Itu pun surat peminjaman perizinan gedung baru keluar tadi pagi! Dan disini sekarang ada hampir semua kakak kelas kamu yang udah pensiun buat kerja! Buat nurutin kemauan kamu?! Kalo kamu emang dari awal pengen tema itu harusnya kamu udah siapin dari jauh-jauh hari! Jadi enak, kita tinggal ngerapihin doang! Bukannya kerja lembur bikin properti buat kemauan kamu!"
Sambil menutup bukunya dan merapihkan barang-barang miliknya ke dalam tas bermotif macan favoritnya yang menambah kesan kegarangan, Wulan terus mengomel, "Udah tau ini proker acara besar malah tenang-tenang. Mana hasil bolak-balik rapat kemarin-kemarin? Punya ambisi gede banget tapi kinerjanya kurang. Ambyar udah ambyaarr." Setelah beres, Wulan siap berdiri dan pergi.
Sebelum melangkah, Wulan menatap tajam Fira dan Alif yang menunduk bergantian, "Kamu itu ada di organisasi. Harusnya jangan cuma mikir 'aku pengennya nanti' aja. Pikir juga anggota lainnya, di sinkronkan juga sama kinerja kamu. Yang lain pada kerja dan kamu bukannya bantuin tapi malah main tunjuk ini-itu. Jangan jadiin kita babu! Aku kalo kayak gini males yang mau bantu! Mungkin bukan cuma aku aja, tapi yang lain juga males bantu kamu." Wulan buru-buru pergi, takut kelamaan disana bakal semua hewan disebutin sama dia. Tidak peduli lagi apa yang akan dipikirkan Radit mengenai sikapnya. Bodo amat. Emosi adek Bang!
YOU ARE READING
SAYA PAK?
HumorJangan menyerah pada seluruh hutan hanya karena satu pohon berubah menjadi miring!