Kina udah di Cafe Bene di hari Sabtu yang cerah ini. Hari ini adalah pengumuman peserta magang di Adhidarma. She can't wait! Untuk saat ini, Posisi Kina nomor 2 emang, tapi... berhubung Aiden nggak daftar, bisa dibilang sih, Kina nomor satu. Kina tau banget, hampir setengah dari anak Hukum daftar kesini. Walaupun mereka tau, Adhidarma Cuma nerima yang punya IPK terbaik. Well, you never know if you never try, right?
By the way, Aiden mau nemenin Kina. Tapi kayaknya belum cek hape. Ditelpon gak diangkat. Yaudahlah ya, Kina menghela napas.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, dimana pengumuman udah naik di website Adhidarma. Tinggal Kina klik aja. Ayo Kina, lo bisa. Dengan tangan gemetar, Kina memencet tombol di mouse nya, dan muncul 30 nama.
Nama Kina nggak ada disitu.
Mata Kina membulat saat melihat nama seseorang di urutan nomor 15.
Aiden Mahardika.
Kina langsung menutup layar laptopnya. Enggak percaya. Aiden? Nama Aiden ada disitu??? Dia bahkan gak daftar di Adhidarma! Kenapa namanya ada disitu???
Kalian tau rasanya? Kayak ditusuk dari belakang. Kina nggak bisa menahan air matanya. Dengan cepat, Kina membereskan barang-barangnya. Mau pulang aja. Malu juga kan, nangis di depan umum?! Pas keluar, Kina menabrak seseorang.
"Woy, mbak, santai—Hah? Kina?"
Kina mendongak, ia melihat Nathan dengan wajah terkejut. Kina nggak bisa berkata apa-apa. Air matanya udah menumpuk di matanya, lalu turun.
"Kina? Kin? Lo kenapa?"
Kina menggeleng, "Gue duluan." Gadis itu gak menghiraukan Nathan, dan langsung berlari keluar.
"Kina!" Nathan memanggil lagi, tapi gadis itu seakan nggak mendengar Nathan. Wah anjir si Kina nangis lah?! Muncul kekhawatiran di hati Nathan. Bukan karena Aiden, kan?! dia masuk ke dalem, Aiden nggak ada disana. Akhrinya dia mencoba menelepon Aiden, tapi enggak diangkat.
"Woy anjir, angkat telpon gue, Den!"
Kalian pernah gak sih nangis sambil naik Ojol? Nah, Kina kayak gitu sekarang. Nangis sesenggukan, sampe mang Ojolnya bingung.
"Teh, teteh beneran nggak papa?" pas Kina turun depan rumahnya.
Kina mengangguk lemas, "Gak papa, mang, lagi pengen nangis aja."
"Teh, maaf pisan ini mah, tapi jangan lupa bintang 5 nya ya teh..."
"Iya... mang... makasih ya mang..." Kina berbalik. Mang Ojolnya manggil Kina lagi,
"Teh... maaf... ongkosnya belum..."
Kina pengen mengumpat aja rasanya. She hate herself for being like this. Dengan masih sesenggukan, Kina memberikan uang 50ribuan, "Gak usah kembalian..." padahal ongkosnya Cuma 15.000. Mang ojolnya manggil lagi, tapi Kina nggak peduli. Langsung masuk rumah, habis itu pengen mengurung diri di kamarnya.
*
Dari pagi Aiden udah di rumah Mamanya. Dara nelpon, katanya Mama mau masak banyak hari ini. Soalnya, Mama udah lumayan sehat. Mamanya pengen Aiden dateng, bantuin, dan makan bareng. Aiden ya mana bisa nolak. Ditambah, semalem... Aiden udah baca surat dari almarhum Papa tirinya. Aiden nangis semalaman. Gak nyangka kalau selama ini, diam-diam, Papa tirinya itu selalu ada buat Aiden. Bahkan, hadiah ulang tahun yang selama ini suka tiba-tiba ada di depan pintu kamarnya waktu dia masih kecil, itu semua dari Papa tirinya. Selama ini dia kira, itu dari Papa kandungnya. Tahunya... enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
e·the·re·al #1: aiden ✔️
Fanfictione·the·re·al /əˈTHirēəl/ something/someone of such pure beauty that it seems out of this world or heavenly "When he met her; it was completely ethereal" - Mimpi Kina itu jadi pengacara hebat yang bisa bantu-bantu orang kecil untuk mendapat keadilan...