24 | R u n

313 23 4
                                    

Getar dari handpone Iva membuatnya hampir terperanjat karena terkejut, dia mencoba merogoh salah satu saku celananya mengeluarkan handphone yang bergetar sedari tadi. Dari layar dia dapat melihat identitas sang penelpon.

"Indra?' jawabnya sambil menyingkirkan piring yang sudah kosong ke tepi.

"Iva, kamu punya foto Awan?" tanya Indra membuat Iva sedikit melongo bingung.

"Nggak ada, kenapa tiba-tiba nanya foto Awan sih?" tanya Iva curiga.

"Gini, nanti ambillah foto Awan secara diam-diam dan kirimkan ke aku. Ada yang harus aku selidiki septutar Ayah kandung kamu, Va dan jangan membagi informasi ini dengan Awan. Aku harus memastikan hal ini benar atau tidak terlebih dahulu aku tidak mau gegabah," ucapnya cepat dan Iva seperti mengiyakan permintaan Indra yang membuat hatinya merasa gelisah.

Awan kembali ke tempat Iva sedang duduk, "Ayo pulang!" ujarnya, kemudian Iva mengekorinya dari belakang mencari moment yang tepat untuk memotret Awan tanpa ketahuan.

"Oh..!" seru Iva tiba-tiba membuat Awan menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Ada yang tertinggal?" tanya Awan.

"Ayo selfie, kita nggak ada foto berdua kan!" jawab Iva gugup, dia seperti merasa pendosa yang sedang mencari alasan untuk berbohong.

"Oke," jawab Awan senang. Mereka pun mengambil beberapa gambar diri mereka berdua, secara diam-diam salah satunya dikirim ke Indra. Sepanjang jalan menuju tempat parkir Iva menjadi diam, dia bertanya-tanya alasam kenapa Indra menyuruhnya mengambil foto Awan secara diam-diam dan bagaimana Awan berhubungan dengan informasi yang akan Indra cari itu. Belakangan Iva sudah mulai mengingat Indra yang sebelumnya sama sekali dia lupakan.

Awan melirik Iva yang sibuk dengan pikirannya sendiri, Saat mereka tiba di parkiran ada tiga orang bertampang tidak menyenangkan mendekati mereka, Awan yang saat itu merasa waspada menarik Iva dekat dengannya. Pria itu tersenyum aneh kepada mereka berdua. Keduanya saling berpandangan curiga.

"Habisi mereka!" perintah pria dengan rambut hampir plontos itu tiba-tiba kepada kedua rekannya yang memiliki tampang sama-sama tidak menyenangkan salah satunya memiliki bekas luka di wajahnya dan satu lagi memiliki warna rambut merah menyala. Mereka bertiga maju secara bersamaan membuat Awan dan Iva mundur ke belakang. Salah satu dari pria itu maju melayangkan pukulan ke wajah Awan tapi Awan berhasil menghindar. Kemudian pria dengan warna rambut mera menyala juga melemparkan tinjunya, cepat ditangkis dengan tangannya. Sedangkan pria dengan luka di wajah menarik lengan Iva dengan kasar, membuat gadis itu menjerit. Orang-orang yang melihat dari kejahuan tidak berani mendekat atau menolong mereka.

Setelah berhasil membuat pria berambut merah tumbang ke tanah, Awan cepat melepaskan diri dari si plontos yang kekar, mencoba menyelamatkan Iva. Awan melayangkan beberapa pukulan yang di antaranya mengenai pria dengan luka itu sehingga sukses membuatnya melepaskan cengkraman tangan Iva.

Tidak lama setelah Iva terbebas dari cengkraman pria itu. Pria plontos menarik rambut Awan hingga jatuh ke belakang.

"LARI, VA LARI. CEPAT!" teriak Awan.

Iva berlari meninggalkan Awan untuk mencari pertolongan atau pos polisi di sekitar daerah itu jika ada. Namun, pria dengan luka itu bangkit dan mengejar Iva dari belakang. Tahu bahwa langkahnya tengah diikuti Iva berusaha berlari sekuat mungkin. Pria itu semakin mendekat dengan Iva melayangkan sebuah pisau lipat ke arahnya tetapi Iva berhasil mengelak dan masuk ke sebuah halaman bangunan ruko yang belum selesai..

Pria itu mendorong Iva hingga jatuh tersungkur di parkiran gedung pertokoan yang masih dalam tahap pembangunan itu. Area yang sepi dibandingkan dengan pasar malam tadi. Pria itu kemudian menarik kerah baju Iva dan mendaratkan pukulan keras ke wajahnya, Iva menghantam tiang bangunan.

Iva bangkit dan memberikan perlawanan, lagi pula kejadian ini bukan yang pertama kali baginya. Dia memeluk bagian perut pria itu dengan erat mendorongnya sekuat tenaga hingga menabrak sebuah mobil yang terparkir di halaman ruko itu. Dengan mudah sang pria mengangkat tubuh Iva dan membantingnya, tubuhnya terhempas ke mobil berwarna silver metalik membuat suara benturan yang keras, kaca depan mobil itu retak sempurna.

Iva terhuyung, belum puas dengan aksinya pria itu mencekik leher Iva hingga gadis itu hampir kehabisan napas. Dia menghantam perut bagian bawah si pria menggunakan lutut kakinya dengan sisa tenaga yang dia punya. Membuat pria dengan luka itu melonggarkan sejenak cengkraman dari leher Iva.

Gadis itu berniat menjauh akan tetapi dengan cepat pria itu menarik rambutnya kembali dan mendorongnya ke tiang hingga membuat darah mengalir ke wajahnya. Kemudian Iva kembali tersungkur di jalan, dan meraih sebuah balok kayu yang berada di dekatnya. Balok kayu itu dia ayunkan ke arah wajah si pria. Pria itu menjauh karena merasa pusing akibat hantaman balok kayu. Iva bangun dan melayangkan lagi balok kayu itu pada kepala si pria beberapa kali. Pria bertampang menyeramkan itu masih bergerak, sedangkan Iva sudah kelelahan.

Pria itu mulai bangkit, Iva mengambil pisau lipat yang tadi terjatuh dari tangan si pria dan menghujamkannya pada paha sebelah kanan hingga pria itu  berteriak kesakitan.

"Siapa ... Siapa yang menyuruh kalian HAH?" tanya Iva dengan napas tersengal-sengal. Pria itu tidak menjawab hanya meraung kesakitan.

"JAWAB!" teriak Iva menikamkan sekali lagi dengan pisau itu. Pria itu tertawa dan meringis dalam waktu yang sama seolah mengejek Iva yang ketakutan, lelah, marah dan bingung. Iva meradang dan menendang kaki si pria sekuat tenaga tepat di mana pisau itu tertancap. Pria itu semakin kuat berteriak kesakitan tapi tak juga membuatnya menjawab pertanyaan Iva tadi.

Iva merangkak mundur, darah pria itu mengotori tangan serta tubuhnya menjadi kotor akibat perkelahan tadi. Kemudian dia menjauh dan berlari mencari pertolongan. Suara pria itu masih terdengar kesakitan walau Iva merasa sudah berlari cukup jauh. Kepalanya pusing akibat hantaman tadi, darah masih mengalir dari luka di kepalanya tapi dia harus berlari mencari Awan yang terpisah darinya.

Dia cemas akan nasib Awan yang terpisah dengannya, dia menyesal kenapa tadi dia memilih lari seorang diri meninggalkan Awan dengan kedua orang tidak dikenal itu yang jelas berniat melukai mereka berdua. Iva kembali ke area parkir tempatnya terpisah dengan Awan dan menyusuri tempat itu tetapi dia menjadi frustrasi karena Awan tidak dapat dia temui di mana pun. Bahkan jejaknya tidak ada.

Iva bertanya tentang pria yang sedang dicarinya itu dengan beberapa orang yang berpapasan dengannya, ada yang menjawab pertanyaannya tapi juga ada yang memilih menghindar dari gadis itu. Tampangnya sendiri sudah sangat mengerikan dengan darah yang mengalir akibat luka yang berasal dari kepalanya. Dengan sangat frustrasi Iva akhirnya memutuskan kembali ke apartemen mereka, mungkin saja Awan sudah kembali ke sana. Dia mencoba untuk berpikiran positif dan tenang.

Selama dalam perjalanan pulang pikirannya tidak fokus dia terlalu mengkhawatirkan keselamatan Awan dan siap mengutuk diri sendiri jika terjadi sesuatu dengan pria itu. Sesampainya di apartemen sudah menunggu Iva dua orang pria bertubuh tegap dan kekar. Dengan warna kulit kecokelatan. Raut wajahnya terlihat serius. Garis mukanya sangat tegas. Lutut Iva menjadi lemas seketika membuatnya terjatuh ke jalan dan terduduk tak berdaya.

Kedua pria yangmenggunakan jaket kulit berwarna segelap malam itu mendekati Iva yang terduduklemas di jalan masuk apartemen. Dia merasa seperti rohnya keluar dari tubuhnyayang lelah. Salah satu pria dengan dada yang lebih bidang menjongkok menatapIva, memegang pundaknya yang lemah.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang