"Habis ini kita mau kemana?" Tanya Amanda sambil tetap fokus menyetir.
"Langsung ke tempat cafe baru kamu aja. Jadi kamu enggak repot cari alamat lagi besok, kamu mau ke sana jam 9 pagi, kan? Aku ada jam ngajar besok, full sampai jam 3 sore," jawab Hanna sambil memperhatikan jalan.
Lama tak ada jawaban dari Amanda, membuat Hanna kembali menanyakan tawarannya tadi.
"Gimana?"
"Ha?"
"Kok ha?"
"Sorry sorry, Hann. Enggak fokus tadi," Amanda menyengir.
"Mikirin siapa?"
Amanda bergumam cukup lama, entah mengapa dia seperti menolak untuk membahas ini.
"Nastiti?"
Amanda mengangguk meski ragu, raut wajahnya terlihat kalau mood -nya sedang tidak bagus sekarang. Apalagi sejak makan siang tadi, Amanda terlihat terus mengabaikan pesan masuk di ponselnya.
"Berantem?"
"Heumm.. Enggak tau sih bisa dibilang berantem atau enggak. Tapi biasa kok kayak gini."
Hanna menghela nafas, "tapi kamu uring-uringan sejak tadi, Amanda. Keliatan banget. Kalau perlu waktu buat ngobrol sama Nastiti, silahkan aja loh. Aku enggak apa."
Eh? Kenapa mesti gue yang enggak apa-apa? Memangnya gue ada apa? Gue kan enggak ada apa-apa sama Amanda? Tapi kok seolah-olah kayak, ya ampun, ini hati sama otak ngapa sih. Bertengkar mulu, heran gueeeeee.
"Dia seharusnya udah faham kalau aku enggak bisa cuekin kamu."
Hanna langsung menolehkan wajah, dahinya benar-benar membentuk banyak lipatan kali ini. Dia menuntut penjelasan, dia tidak mau kegeeran duluan padahal maksud Amanda tidak seperti itu. Karena belajar dari pengalaman beberapa jam dengan Amanda, Hanna sudah kena zonk hampir tiga kali jika dihitung dengan kalimat yang barusan.
Amanda menghela nafas, "mungkin gini ya nasib LDR, lebih banyak berantemnya ketimbang baikannya."
Tuh kan liat? Dia udah ngalihin gitu aja tanpa mau menjelaskan maksud ucapannya tadi. Kok gue lama-lama gedek sama ini anak ya?
"Maksud kamu tadi bilang enggak bisa cuekin aku? Memangnya kenapa? Aku enggak apa kok, Nastiti kan pacar kamu, seharusnya Nastiti yang kamu dahulukan, bukan aku."
Ciit.
Suara rem mobil mereka berbunyi kencang karena Amanda rem mendadak. Jantung Hanna sudah hampir lompat, ternyata lampu merah. Hanna sudah ingin mengomel kepada Amanda namun seketika itu juga mulutnya membeku karena Amanda menatapnya begitu dalam.
Lagi-lagi Hanna dibuat jadi batu karena Amanda, lagi-lagi ia kesulitan meneguk ludahnya, ingin bergerak pun terasa sangat berat seluruh anggota tubuhnya.
"Ke- kenapa liatin aku gitu?"
"Tau kenapa aku enggak bisa nyuekin kamu?" Tanya Amanda sok serius.
Hanna yang sudah terpaku, ditambah jantungnya yang semakin berdetak cepat karena mendapat pertanyaan itu, untuk menggeleng pun ia susah.
Amanda mengalihkan pandangannya, ia senderkan tubuhnya pada kursi kemudi, lalu menghela nafas berat.
"Aku itu, memang enggak bisa fokus ke hp kalau lagi sama kamu," jedanya lama, membuat jantung Hanna semakin bertalu-talu, "atau sama orang lain, atau sama siapapun, enggak bisa. Aku tipe orang yang lebih menikmati kehidupan nyata dibanding dunia maya. Maka itu aku enggak punya medsos, dan sekalinya pacaran gini, dapat orang jauh, makanya aku buat jadwal supaya bisa ketemu dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okey, Amanda (GxG - COMPLETE)
Cerita Pendek[ Terima kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun ] [ GxG Content ] "Saat kau ragu setelah datangnya yang kedua." @copyright november2019 Awannis07 Status : Complete