Matahari kembali menyapa pagi ini. Suasana komplek mulai ramai orang yang ingin menghabiskan pagi hari dengan berolahraga. Tapi berbeda dengan Aurell, ia memulai paginya dengan membuka buku kenangan masa lalunya. Kenangan tentang awal kebahagiaanmya di dunia dan akhir kebahagiannya yang akan menjadi awal kesedihan.
Dia menatap album foto dengan sendu. Dia meletakkan album itu ke tempatnya dan pergi ke balkon rumahnya.
Matanya tertuju pada rumah di depannya, rumah itu nampak ramai orang. Keadaan rumah itu berbanding terbalik dengan rumahnya, rumah yang dihuni banyak orang tetapi seperti hanya dia yang tinggal disitu.
"Hari ini akan sama seperti kemarin"ucap Aurell.
"Aurell?"tanya seorang paruh baya dari balik tubuhnya.
"Papa?"
Aurell memeluk tubuh orang itu dengan erat, rasa rindu yang selama ini ia tahan hilang karena pelukan itu.
"Maaf, tapi.. papa disini cuma mau liat kamu sebentar,"
"Papa mau pergi lagi?"tanya Aurell sambil melepas pelukan itu.
"Ini semua papa lakukan buat kamu, mama, dan Reno. Cuma waktu sebentar ini yang bisa papa buat kamu sekarang."
"Tapi.. pa,"
"Gimana sekolahnya? Baik baik aja kan?"
"Pa..,"
"Papa pergi dulu ya, jangan lupa makan. Kalo ada apa-apa telfon papa atau mama,"ucap papa Aurell sambil mengelus puncak kepala anaknya.
"Reno papa pergi kerja dulu ya, sekolah yang pinter,"
Aurell hanya menunduk, ia tak mau melihat papanya pergi lagi. Dia tidak mau terlihat sedih dihadapan adiknya, Reno.
Aurell memilih keluar rumah untuk mencari udara segar. Ia senang berjalan menikmati suasana komplek yang tenang. Meski begitu ia tidak begitu mengenal tetangganya, ia tidak terlalu suka berteman dengan banyak orang.
"Eh woi itu cewek yang kemarin rumahnya depan rumah Devan kan? omgg,"ucap Yuta excited dari balik tubuh Aurell.
"Santai Yut santai, kalo ngomong pelan dikit bisa?!"tanya Dika sambil menoyor kepala Yuta.
"Yaelah Dik namanya juga toa,"
"BRY! Woi!"
"Ape lagi Yut? Ape?"
"Gue capek mau gendong,"
"Bangsat, males gue sama lo, jijikk,"balas Bryan yang langsung meninggalkan Yuta.
"Eh gue ganteng kan hari ini?"ucap Devan.
"Wah seganteng anjing gue,"
"Ngga usah dirumah gue lagi Dik,"
"Ampun kangmas ampun,"
Bryan berjalan tanpa melihat ke depan, ia berbalik badan sambil berjalan mundur untuk melambaikan tangan pada Yuta. Tiba-tiba punggungnya terasa seperti menabrak sesuatu.
Ia segera membalikkan badan
"Sorry, gue ngga sengaja tadi,"
"Iya,"
"Eh-bentar lo kan temen sekelas gue? Aduh gue lupa lagi siapa nama lo, baru aja tadi gue bahas udah lupa nama lo,"
"Bukan, mungkin lo salah orang, mungkin mirip gue,"balasnya sambil berjalan meninggalkan Bryan.
Bryan masih berusaha mengingat, ia tidak asing dengan wajah itu.
"eh dia Aurell ? Loh? Baru inget gue ada temen yang namanya Aurell, dia udah pergi baru gue inget dasar otak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPREDECIBLE
Teen Fictionnot about me, but about we. Selamat datang dimana hal tidak terduga terjadi disini. "This is me," Hal yang terjadi antara kita bukanlah takdir tapi pilihan kita. Kita yang memulai dan kita yang berusaha menghancurkan. Entah dengan bullying, kekuasaa...