Chapter 21

586 42 6
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen yaa biar aku semangat ♡

Bacanya pelan pelan..

~•~

Dingin angin malam menusuk kulit mereka. Sambil menatapi kelap-kelipnya cahaya yang terpantul ke air, mereka berdiri di atas jembatan--bersampingan sambil bergeming masing-masing.

Beda dengan Angga, gadis itu asik mengunyah--menghabiskan sosis bakarnya yang sudah mendingin menggunakan tangan kanan yang sudah diperban sambil bengong ke arah sungai.

Angga menatap ke arahnya. Memang baru beberapa hari dia kenal Putri, tetapi kepribadianya selalu seperti roller coaster yang sering tidak terduga. "Tangan lo masih sakit?"

Putri menoleh. "Hm?" katanya sambil mengangkat alis. Dia melihat telapak tangan kanannya. "udah enggak," jawabnya sambil mengunyah.

Angga mengangguk seraya tersenyum. "Hmm."

"Makasih," tutur gadis itu sambil menatap tangannya sendu.

Sedangkan cowok itu terkekeh. "Iya, lagian kok lo sendirian aja ke sini?"

"Pengen sendirian aja sih," jawabnya jujur. "eh iya, kok lo bisa di sini juga?"

"Komplek perumahan gue deket sini, tadi gue mau beli soda," jawab cowok itu.

Putri menggangguk. Tiba-tiba terasa canggung dan hening. Gadis itu menikmati jajanannya sedangkan Angga kebingungan mencari topik.

"Hm, oh iya, rumor lo di sekolah tuh bener?"

Gadis itu mengangkat alisnya dan menoleh. "Rumor?"

Angga mengalihkan pandangannya gugup. "Yang katanya lo itu nolak semua cowok karena sakit hati?" imbuhnya perlahan.

Putri mengangguk. "Hmm, bisa dibilang bener sih."

Angga mendongak. "Lo pernah disakitin?" katanya sambil merengut penasaran.

"Sebenernya yang diliat orang di sekolah itu gak seratus persen bener. Gue sebenernya bukan benci atau marah sama orang yang nembak gue, tapi gue...," tutur gadis itu tertahan.

Cowok itu menatap matanya Putri. "Sebenernya gue takut," ucap Putri pada akhirnya, matanya menatap ke bawah dengan sendu.

"Takut?"

"Iya takut, orang yang gue sayang dan percaya selalu nyakitin gue. Akhirnya gue cari pelampiasan dengan nyari pacar gitu, supaya gue bisa ngerasain disayang dari sosok laki-laki," ujar gadis itu lalu terkekeh miris. "tapi ternyata setelah gue berusaha cari perlindungan dari mereka pun, mereka main-mainin gue doang," imbuhnya.

Angga rada syok mendengar pernyataan itu. "Ayah lo?--"

Putri menoleh lalu menghela napas dan tersenyum. "Ya..., dia kayaknya benci gue," tuturnya.

Cowok itu merengut. "Kok dia bisa benci lo? 'Kan lo anaknya," imbuh Angga seraya memiringkan kepalanya--menyipitkan mata.

Putri mengangkat bahunya. "Gak tau, dia gak pernah ngomong sama gue, dari kecil juga papa gue udah benci sama gue," ungkapnya memelan.

Lalu dia membuka lengan kanan hoodienya, dan menunjukan bekas luka panjang pada Angga. Cowok itu mengerjap dan memegang tangan gadis itu. Matanya membulat. "L-lo kenapa, Put?"

Putri menatap matanya perih. Air matanya selalu berusaha menerobos keluar ketika mengingat kejadian itu lagi. "G-gue dulu dipukul papa gue, Angga~" tuturnya lirih dan akhirnya terisak.

Cowok itu terkejut lalu langsung memeluk gadis itu di dekapan. Putri akhirnya menangis sejadi-jadinya--sesegukan, mengeluarkan semuanya yang dia pendam selama ini dengan puas.

Angga mengelus kepala Putri dengan lembut. Berusaha menyerap semua kesedihan yang ternyata sudah lama gadis ini simpan.

Tubuh gadis itu bergetar ketakutan. "G-gue cuma kangen sama papa gue, tapi tiba-tiba dia marah, terus pukulin gue dikamar," isaknya sesegukan sambil mencengkram jaket cowok itu.

Angga tidak bisa berkata apa-apa lagi, baru pertama kali dia melihat hal ini di dunia nyata. Dia memeluk erat gadis itu menghangatkannya.

Tiba-tiba Putri melepaskan pelukannya lalu mengelap air matanya sendiri masih dengan napas yang sesegukan. "Jangan bilang siapa-siapa ya," pesan gadis itu sambil menghindari kontak mata.

"Jangan bilang lo nangis?" tanya Angga memastikan.

"Iya," sahut gadis itu mengangguk polos. "cerita gue juga jangan, entar temen-temen gue tau lagi," gumamnya.

Angga tersenyum kekeh. "Lo emang gak bilang ini ke temen-temen lo?"

"Enggak, gue malu."

"Lah? Sama gue gak malu?"

"Lo 'kan bukan siapa-siapa gue."

Angga tersenyum miris lalu tertawa geli sesaat. Dasar, gadis ini. "Terus kita gak bakal ketemu lagi dong?"

Putri menghela napas. "Karena lo udah bantu gue dua kali, lo boleh jadi temen gue, tapi jangan ketemuan di sekolah," paparnya sambil mendongak--menatap Angga. "males gue dimarahin sama Bu Desi lagi," celetuknya gerutu seraya melengos ke arah sungai.

Bibir Angga membuka lebar, alisnya terangkat senang. "Oke deh," sahut cowok itu sambil mengepalkan tanganya 'yes'.

"Yaudah, gue mau pulang dulu." Putri lalu melengos seperti tidak terjadi apa-apa barusan.

Angga menahan tangannya. "Eh mau gue anterin?" tawarnya.

Tanpa menoleh Putri melepaskan tangan Angga. "Enggak usah," sahutnya singkat.

Cowok itu mengangguk dan berdiri memandangi punggung Putri yang segera menjauh.

Gadis itu berjalan pelan dan menghela napasnya lega. Akhirnya perasaannya bisa keluar setelah sekian lama. Ketika mengingat sesuatu, gadis itu berhenti. Dia lupa bahwa dia tidak bawa kendaraan dan malam ini lumayan cukup menyeramkan. Bagaimana nanti jika Tio datang dan mencegatnya lagi?

Putri pun berbalik menatap Angga yang tampak menunggunya pergi. Cowok itu bingung. "Kenapa?" tanyanya setengah berteriak karena jarak mereka agak jauh.

"Katanya mau anterin gue?" balas Putri terteriak.

Angga mengangkat alisnya dan berlari kecil mendekati gadis itu. Setelah mendekat, Putri menatapnya gengsi. "Tadi lo mau anterin gue 'kan? Kok diem aja di situ?" tanya gadis itu pura-pura.

Angga tersenyum ledek dan mengusap wajahnya gemas. "Tadi bukannya lo bilang 'gak usah'?" ungkitnya lagi sambil menyengir.

Gadis itu membuang muka. "Ih enggak, tadi gue bilang 'iya'," jelasnya gelagapan.

Angga pun mengangguk. "Ooh," balasnya mengiyakan sambil senyum-senyum menatap Putri yang sudah berbalik dan berjalan duluan.

"Ke minimarket dulu ngambil motor gue!" Angga pun berlari kecil, lalu menyamai langkah mereka.





To be continue

MATSA

Komen 'P' aja juga gak pa-pa, beneran deh.
Gue tuh pengen liat readers gue (╥﹏╥)

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang