12.Lamaran

1.9K 158 0
                                    

Alif berjalan melewati koridor kampus. Sesekali ia tersenyum membalas sapaan dari mahasiswanya. Sedatar-datarmya pria itu, tapi Alif masih bisa bersikap ramah. Sekilas Ia menatap arloji dipergelangan tangan kirinya, hingga tanpa sadar ia menabrak sesuatu karena terlalu fokus dengan jam ditangannya.

Bruk ..

"Maaf, saya nggak sengaja."ucap Alif seraya membantu gadis didepannya memunguti beberapa buku yang berjatuhan.

Gadis itu mendongak, tanpa sengaja netranya bertemu pandang dengan pria dihadapannya. Hanya beberapa detik, lantas Alif lebih dulu memutuskan kontak mata. Pria itu berdehem pelan.

"Sekali lagi maaf."

Luna tersenyum kikuk seraya menerima uluran buku itu.
"Terima kasih."katanya kemudian berdiri.

Alif menelisik seluruh penampilan Luna. Gadis itu tampak berbeda. Gadis yang biasanya mengenakan jeans sobek-sobek kini berbalut gamis syar'i. Tidak bisa dipungkiri kalau Luna terlihat lebih, anggun.

Tanpa sadar, pria itu mengulas senyum tipis.
"Cantik."
Alif hanya menggumam dalam hati. Dan untuk yang kedua kalinya, Ia memuji gadis dihadapannya.

Gadis itu salah tingkah, ditatap Alif lekat seperti ini. Luna membuang muka dengan paras yang mungkin sudah merona menahan malu.

Luna merasakan sesuatu aneh didalam sana. Entah mengapa bertemu Alif dapat membuatnya sebahagia ini. Perasaan ini, belum pernah ia rasakan sebelumnya. Setiap kal melihat wajah pria itu, jantungnya berdetak tak karuan. Ada apa sebenarnya?

"Tuhkan! Kenapa juga jantung gue harus dugun dugun nggak jelas kek gini?"

Alif kembali memasang tampang datarnya seraya melangkahkan kaki dengan gaya cool.

"Keknya ada yang nggak beres deh sama gue!"

Perlahan punggung pria jangkung itu menghilang.
Luna memegang wajahnya yang terasa memanas. Tiba-tiba saja pasokan oksigen disekitarnya seperti menipis.

"Astaghfirullah...apa yang kamu lakukan Luna? Ingat, dia itu bukan mahromu! Tak baik jika kau memikirkannya tanpa ada ikatan."peringatnya pada diri sendiri. Gadis itu berkali-kali menggeleng, mengenyahkan pikiran yang tidak seharusnya ia pikirkan.

Semenjak memutuskan untuk berhijrah, Luna tidak tanggung-tanggung memperdalam ilmu agamanya. Mulai dari membaca buku spiritual, bertanya kepada Umi Aisyah, atau mendengarkan ceramah melalui chanel youtube. Terkadang ia juga menghadiri pengajian secara langsung.

"Ih, itukan sih cewek nakal. Kok penampilannya beda gitu ya?"

"Kembarannya sih Alana kan ya?"

"Iya, mau caper kali,"

"Hiih, sok alim."

"Pakaiannya emang sopan, tapi kalau kelakuan masih kayak preman sih sama aja."

Setidaknya bisikan itulah yang Luna dengar disepanjang koridor. Gadis itu menghela nafas panjang, menetralkan suasana hatinya yang berkecamuk tak karuan. Ingin sekali melampisakan emosinya sekarang juga, namun Ia urungkan. Ia juga harus bisa sabar, menahan marah. Luna sudah bertekad untuk benar-benar berubah.

Luna teringat salah satu Fiman Allah dalam Al Quran:

الصَّابِرِينَ مَعَ اللهَ إِنَّ وَاصْبِرُوا…

“…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal : 46)


Tidak mudah memang merubah pribadi kita yang semula buruk, menjadi lebih baik lagi. Selalu saja ada rintangan. Entah itu cemohan, hinaan, maupun makian. Tapi jika sudah diniati, maka semuanya tidak akan terasa sulit.

Alone in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang