DALAM "BELENGGU' DEWA

54 37 2
                                    

Hari itu Rani terlihat sibuk mematut diri dicermin. Ia mengenakan kemeja peach dipadu dengan rok span diatas lutut. Ia membiarkan rambut nya tergerai.

Menggunakan makeup yg tipis namun terkesan elegan.

Ia harus terlihat cantik dari sebelum nya karena pagi ini Dion berjanji akan mengantarkan nya kekantor.

Terdengar suara mobil diluar Rani pastikan Dion sudah datang ia terburu-buru menuruni anak tangga. Dion sudah menunggu diluar. Ia membuka kan pintu mobil untuk Rani, memperlakukan Rani bak putri.

Mobil melaju meninggal kan rumah megah itu. Entah kenapa suasana menjadi kaku. Dion fokus menyetir dan sesekali tersenyum melirik Rani.

"Ada yg mau kamu katakan??ujar Rani, ia memperbaiki posisi duduknya.

" Misalnya???  Dion tersenyum misterius.

"Ya....apa saja ujar Rani. Ia berharap Dion memujinya kali ini. Rani sudah berdandan maksimal pagi ini, sejak semalam ia menonton tutorial makeup dan terus mempraktikkan nya sampai tertidur.

" Kamu aneh pagi ini ujar Dion. Ketika tersenyum terlihat lesung pipit dipipi nya sehingga membuat Dion semakin menarik.

"Maksud kamu???. Alisnya menukik dan bertemu pertanda tidak suka dengan lelucon Dion.
Dion sadar Rani sedang tidak ingin bercanda.

" Maksud aku pagi ini kamu cantik Rani... dandanan mu tidak seperti biasa nya. Ada yg spesial pagi ini? Selidik Dion. Matanya sesekali melirik kearah Rani yg berada disamping nya.

dasar tidak peka!!! yg spesial itu kamu Dion. Rani menggerutu dlm hati.

"Ah makasih Yon. Iya pagi ini aku bertemu dengan org yg spesial ungkap Rani. Ia berharap Dion mengerti maksudnya.

" Ada klien baru Ran?

"Iya Yon ujar Rani tersenyum hambar. Entah harus dgn cara apalagi supaya Dion mengerti perasaan nya.

*******

Keadaan Malika sudah mulai membaik perban dikepala nya sudah tidak tampak lagi.

Ia tengah duduk bersandar diranjang, mata nya menatap kosong, bibirnya masih terlihat pucat. Ia baru menyelesaikan kan sarapan nya dan meminum obat yg diberikan suster.

Ruangan yg ditempati nya kelas vip, ada layar televisi yg lumayan besar berhadapan langsung dgn ranjang nya, AC nonstop dan ada sofa untuk tamu serta lemari pendingin berisi buah-buahan.

Malika tidak tahu berapa biaya yg dihabiskan Dewa untuk pengobatan dan perawatan nya. Malika merasa dewa sedikit berlebihan dalam hal ini. Padahal luka yg di alaminya tidak terlalu parah. Hanya beberapa jahitan saja. Pasti Dewa bukan orang sembarangan, fikir Malika.

Ia lalu meraih handphone nya. Berniat menelpon Ruby dan mengabarkan kejadian yg dialami nya tapi sebelum melakukan itu handphone nya berdering terlebih dulu. Ada panggilan video call dari Ibunya. Malika panik luar biasa, ia tidak bisa membiarkan Ibunya tahu kecelakaan yang menimpa nya. Ibu nya pasti akan khawatir. Ia berfikir keras bagaimana caranya bisa menutupi semua kejadian ini dari Ibunya. Dengan reflek Malika menolak panggilan itu.

Tangan nya lalu mengetik pesan yg ditujukan kpda Ibunya.

" Bu.., sinyal nya lagi nggak bagus untuk video call, telepon aja ya,biar Lika yg telepon tulisnya singkat.
Tidak lama telepon pun tersambung.

"Hallo, Assalamu'alaikum. Terdengar suara lembut dari dalam telepon

" Wa'alaikumsalam buk. Malika mengatur intonasi suaranya.

"Kamu kemana aja Lika??? kok gak ngasih kabar Ibuk, kuliahmu sibuk nak?

" Emmmpp iya Buk maaf ya, akhir-akhir ini Lika lumayan sibuk dikampus jadi belum sempat nelpon Ibuk. Ujar Malika berbohong.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang