Ellia melangkah meninggalkan toko itu. Panas matahari bulan Juli menyengat kulitnya. Dia melihat sepeda motornya berada ditengah-tengah parkiran yg penuh dengan kendaraan. Banyaknya pertokoan di sekitar situ membuat lahan parkir tak pernah sepi. Ellia mencoba mencari tukang parkir tapi tak nampak olehnya. Dia mencoba memindahkan sendiri motor lain yang menghalangi jalannya. Ada 3 motor yang harus dipindahkannya. Yang 2 sudah berhasil dia sisihkan. Tinggal 1 lagi.
" Aah... Di kunci ganda lagi. Motor besar pula," Ellia mencoba mengangkat tapi tak bergerak sedikitpun. "Apa nunggu tukang parkirnya ya, duh kemana sih? " Dia menengok kanan kiri tapi tidak ada. Ellia mencoba sekali lagi dan..
Kreeeeeek.....
Ada sesuatu yg sobek. Dia langsung terdiam. Tangannya meraba pakaiannya. Ternyata gamisnya tersangkut di plat motor sebelahnya dan sobek di bagian pinggulnya. Ya Allah ... bagaimana ini? batinnya.
Ellia masih terdiam antara bingung dan malu. Robekannya cukup lebar. Wajahnya memerah."Maaf, ada yang bisa saya bantu mbak ? "
Ellia terkejut mendengar suara dari belakangnya. Seketika dia berbalik sembari memegang pakaiannya yang sobek dan berusaha menutupinya dengan tas jinjing. Dia pikir tukang parkirnya sudah kembali. Tapi melihat cara berpakaiannya jelas bukan tukang parkir. Seorang pria tampan dan tinggi dengan baju koko berjaket coklat dan mengenakan kopyah putih. Ah, mungkin anak pondok. Disini kan dekat Ponpes, pikirnya.
"Iya mas, ini saya mau mengambil motor saya tapi tak bisa keluar. Saya nggak kuat mindahinnya...Tukang parkirnya nggak tahu dimana," terang Ellia.
Lelaki itu mengangguk mengerti. "Saya coba bantu mbak."
Ellia menepi," makasih ya mas.."
Tiba-tiba lelaki itu melepas jaketnya & memberikannya pada Ellia. Ellia terkejut & bingung, memandang wajah tampan itu. Lelaki itu pun tersenyum. "Ini mbak pake aja, keliatannya mbak memerlukannya."
Ellia kaget bercampur malu. Astaghfirulloh... Pria ini tahu pakaianku sobek, batinnya. Dengan wajah menunduk tersipu dia menerima jaket lelaki itu." Makasih lagi mas... "
"Iya sama-sama mbak..."
Lelaki itu memindahkan motor besar itu agak menepi, hingga motor Ellia bisa mendapat jalan untuk keluar.
"Makasih ya mas.. Mas siapa dan tinggal dimana? Ini jaketnya nanti saya kembalikan.."Lelaki itu tersenyum lagi, dan melihat senyumnya jantung Ellia berdegup lebih kencang. Bukan sekali dua kali Ellia bertemu lelaki tampan. Empat lamaran yg dia dapat pun semua laki-laki berwajah menawan.
Sudah 2 tahun Ellia menyandang status janda. Suami tercintanya, Ahsan, telah berpulang setelah kalah melawan kanker hati yang setahun lebih dideritanya. Sebenarnya, Ellia tidak berniat untuk membina rumah tangga lagi. Dirinya terlalu berduka. Cintanya pada Ahsan sangat besar hingga tak terfikir olehnya untuk menggantikan Ahsan dihatinya. Namun, keluarganya memaksanya untuk merenungkan keputusannya itu. Apalagi Lala, putri semata wayangnya itu pastilah masih sangat memerlukan sosok seorang ayah.
"Sudah tidak apa-apa mbak.. Jaket saya banyak kok. Itu buat mbaknya saja."
Suara merdu di hadapannya mengembalikan angannya ke dunia nyata.
"Oh makasih lagi mas kalo begitu.."Pria itu mengangguk." Saya permisi dulu mbak."
Ellia menatap punggung pria itu. Serasa enggan membiarkannya pergi." Tunggu mas !"
Lelaki itu berbalik." Ya ?"
Ellia terdiam sedetik. " Assalamu alaikum.." akhirnya hanya itu yang terucap.
Lelaki itu tersenyum lagi. Lebih mempesona. " Walaikum salam..."
Dan dia pun berjalan menjauhi Ellia.
Ellia segera menaiki motornya, dan tersenyum merasakan getaran dikalbunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapus
RomansaEllia Hakim ingin selalu menjadi ma'mum untuk suaminya. Saat dia hidup bahkan hingga kelak setelah mati. Tapi maut bukan kehendaknya. Ahsan Hadi,suami tercintanya pergi untuk selamanya dan membuatnya menjadi janda di usia yang masih muda. Pertemuann...