Chapter IV (Gangguan Awal)

333 10 0
                                    


"Selamat Sore bang, Wah kayaknya pegawai baru ya bang" sapa Mba Sri saat aku dan Andy sedang merapikan kamar Mess kami, Kamarnya tidak terlalu besar tapi sudah sangat bersih dan terlihat nyaman, "Iya mba, kita baru sampai hari ini, tadi di antar pa Yadi ke kamar sini, salam kenal ya mba, saya Arga dan ini teman saya Andi" timpalku memperkenalkan diri sambil menyalami Mba sri yang sedang sibuk menyapu halaman, "Iya Mas, Saya Sri, Panggil Mba Sri saja, saya istinya Mas Nur, kerja disini juga mas" sambung mba sri sambil berlalu kebelakang kamarnya.

Hari pertama dikamar ini aku dan Andy bisa tidur dengan nyenak, dikamar ini tersedia dua ranjang yang disetting bersebrangan, dan peralatannya juga sudah tersedia dengan lengkap.

"Selamat Pagi Mas, saya Mas Nur" Mas Nur membuka percakapan saat aku membuka pintu depan sambil siap siap untuk pergi bekerja, mulai hari ini, aku telah resmi bekerja di kantor baru ini, dan jika tidak salah, Mas Nur adalah rekan kerjaku dan Andy yang telah lebih dulu kerja disini. "Selamat Pagi Mas, Saya Arga, Saya baru disini mas" timpalku seraya mengulurkan tangan menyalami mas Nur, "Iya Mas Arga, kemarin istri saya juga sudah cerita, kebetulan kemarin saya ada kerja diluar kantor, pulang juga larut malem, jadi gak sempet ketemu mas Arga sama mas Andy di kantor" terang Mas Nur yang memang dari sore kamrin aku belum melihatnya, "Gimana mas, kerasan tinggal disini?, ada kejadian kejadian ganjil ga mas?" Mas Nur melanjutkan bicaranya, "Kejadian Ganjil gimana Mas?" aku menjawab dengan heran, karena sehari menginap disini, Aku atau mungkin andy tidak merasakan sesuatu yang aneh. "....." tanpa bicara lagi, Mas Nur langsung masuk kedalam den menutup pintu kamarnya. "Orang Aneh" aku membatin dalam hati.

Tak terasa hari hari kami lalui di kantor ini, dan bulan berganti bulan, tidak ada kejadian yang ganjil ku alami dikamar ini, sampai suatu hari, saat itu musim hujan mulai melanda negri ini, walau kota kami juga terkena musim hujan, tapi intensitas hujan disini tidak seperti di kampong halaman, hanya malam hari hujan mulai turun lebat.

"Ga, kemarin gw denger ada perempuan nangis dikamar mandi, tapi saat gw liat ga ada siapa siapa, gw mau bangunin lo tapi kasian lu tidurnya nyenyak banget" tiba tiba andy bercerita pengalamannya malam itu, yang menurutnya ada hal ganjil di kamar ini. "Ah itu mah perasaan lo aja di, lah gw aja malem ke toilet ko, malah ga ada apa apa, eh bukannya lu juga tidur gitu, didalem selimut" aku menimpali Andi yang terlihat kurang nyaman duduk diranjangnya. "jangan jangan lu mimpi kali" ledek ku, memang aku tau, Andi orangnya penakut, saat dikampung saja, dia gak berani kalo ke masjid malam malam tanpa ditemani bapaknya. "Ngga lah, suer gw denger suara cewe nangis" Andi berusaha meyakinkan ku, jika dilihat dari matanya , ada ketakutan disana, dan dihati kecilku, aku percaya dengan perkataan Andi, tapi karena aku tidak menyaksikannya sendiri, aku hanya mengangap itu hanya halusinasi Andi saja, "Udahlah di, lu ko parnoan gitu, kita disini bukan Cuma sehari dua hari, kita udah mau 4 bulan tinggal dimess ini, ditambah Mas Nur sama Mba Sri juga gak pernah digangguin macem macem kan? Mungkin itu Cuma salah denger aja" aku berusaha meyakinkan andi, tanpa banyak bicara lagi, aku langsung rebahan dikasur dan coba menutup mata, kulirik jam, sudah menunjukan pukul 11.00 malam, sudah waktunya aku berkelana ke alam mimpi, ditambah besok pagi sekali aku ada janji dengan klien untuk membahas proyek baru kami di kota tetangga. Baru seiktar lima menit aku memejamkan mata, tiba tiba aku mendengar lirih suara perempuan menangis di kamar mandi, aku coba dengarkan baik baik, suara itu hilang, "Ah, aku salah dengar, gara gara cerita si Andi, aku jadi Parno sendiri" batinku dalam hati, kulirik seberang ranjang, Andi telah terlelap dengan selimut menutup seluruh tubuhnya.

"Hu hu hu hu ....." suara itu kambali terdengar lirih, aku tajamkan lagi pendengaranku, suara itu kembali hilang, saat jam kulirik sudah pukul 11.45, hujan mulai reda, suasana sangat hening malam itu, sehingga semua suara diruangan ini terlihat jelas, begitu juga suara nafas Andi yang cukup keras dengan dengkurannya, saat aku kembali mencoba memjamkan mata tiba tiba terdengar suara orang mandi, aku cukup parno kali ini, setelah sebelumnya aku mendengar wanita menangis, sekarang aku mendengar orang mandi ditengah malam ini, "apa apaan ini?" batinku, karena sedikit penasaran, aku coba beranikan diri mendekati kamar mandi yang letaknya dipojokan kamar, tanpa ku pedulikan apa yang akan aku lihat, aku coba beranikan seluruh nyaliku, ada sedikit rasa ragu saat aku mulai memgang gagang pintu, suara orang mandi mendadak hilang, digantikan suara wanita yang kembali menangis sedu didalam sana, dan semerbak wangi melati langsung menyeruak menusuk hidung, aku yang dari tadi memgang gagang pintu, hanya bisa mematung saat ku buka kamar mandi, Kosong, tidak ada siapapun disana, kamar mandi masih seperti malam tadi, semua masih pada tempatnya. Dengan langkah gontai aku kembali ke ranjangku, aku tak mungkin ceritakan pengalaman ini pada Andi, karena dengan pengalamannya kemarin saja dia sudah parno, jika ditambah aku ceritakan mungkin dia akan memita untuk pulang, lebih baik aku tidak ceritakan saja dan aku memilih tidur, saat aku kembali mencoba tidur, kembali aroma melati menyeruak memenuhi ruangan ini, aku mencoba berpura pura tidak mencium wangi yang tiba tiba hilang itu. Malam itu, aku habiskan dengan tidur didalam selimut dan berusaha tidak menanggapi gangguan wanita yang kembali menangis didalam kamar mandi, aku pakai headset yang telah lama tidak ku pakai untuk menghindari suara wanita yang menangsi sedu dikamar mandi.

"Ga, semalem gw denger ada yang nangis dikamar mandi, lu denger ga?" andi yang sudah siap siap akan kekantor tiba tiba membuyarkan lamunanku tentang kejadian malam tadi, cukup aneh bagiku, karena selama ini aku sangat kerasan tinggal di mess ini, "Woy..." andi mengagetkanku karena tidak menanggapi pertanyaannya, "Eh. Kenapa bro?" aku bertanya balik pada andi, "Ya elah, malah ngelamun, Lu malem denger cewe nangis gak? Kayaknya dari arah kamar mandi lagi" andi mengulang pertanyaannya, aku yang sudah berjanji pada andi, hanya menggelengkan kepala sambil kemudian bersiap siap untuk pergi bertemu klien, "Ngga di, mungkin lu salah denger aja kali" aku hanya menimpalinya singkat sambil segera ku pakai sepatu kets ku, tanpa banyak bicara lagi aku langsung pergi ke kantor untuk bersiap siap bertemu klien.

Hari ini berjalan tidak seperti biasanya, aku terus memikirkan kejadian semalam, ada rasanya aku ingin bertanya ke Mas Nur, mungkin dia tau sesuatu tentang wanita atau kamar mess kami, "Jadi seperti itu pak. Mungkin bapak bisa mempertimbangkan proposal kami" Mas Nur menutup meeting kami dengan klien sore itu.

"Kamu kenapa Ga? Ko tumben hari ini gak semangat? Ini kita Proyek besar loh, jangan kamu sia siain, lumayan buat karir kamu kedepannya" Mas Nur menggodaku yang dari tadi memang tidak fokus mengikuti meeting dengan klien, "Iya mas maaf, sepertinya saya kurang enak badan" aku berusaha berbohong menghindari Mas Nur, "Lah kenapa kami paksain ga? Kan kalo kamu sakit bisa bilang ke saya , nanti biar saya minta Andi gantiin kamu sementara, Andi juga gak keluar kantor kan dia hari ini?" jelas Mas Nur, memang aku dan Andy berada di satu grup, kami berada dibawah pimpinan Mas Nur yang memang lebih senior, tapi Mas Nur memang selalu mengajak aku jika ada Meeting Project yang cukup besar. "Iya Mas, Maaf" hanya itu kata yang keluar dari mulutku, ada rasa penasaran yang ingin aku tanyakan tentang pertanyaan Mas Nur tempo hari "Apakah ada yang ganjil?" tapi aku tidak bisa bertanya saat ini, mungkin mala mini aku bisa bertamu kekamarnya hanya untuk bertanya itu, tapi? Apakah harus langsung aku tanyakan sekarang? Andi saja yang lebih dulu diganggu wanita talk berwujud itu lebih tenang dari aku yang malah parno sendiri.

Selepas meeting dengan klien baru itu, mas Nur tidak langsung siap siap pulang, dia ada janji dengan klien lain, tapi tanpa aku dampingi "Ga, kamu langsung pulang saja, bawa saja mobil kantor, saya ada meeting lagi dengan klien lain, kayaknya pulang larut malem" sambil berlalu mas nur memberikan kunci mobilnya padaku, aku yang dari awal tidak bisa setir mobil, akhirnya bisa setelah pak yadi mengajariku akhir akhir ini, hanya sekedar keluar masuk komplek aku bisa melajukan mobil kantor ini. "Tapi Mas, aku belum pernah bawa mobil kejalan" aku menimpali Mas Nur ragu "pake aja, sama aja ko mau dijalan mana juga, sama sama jalan kan?" ejeknya, tanpa piker panjang lagi, akhirnya aku beranikan membawa mobil kembali ke kantor, saat perjalanan menju kantor, aku melewati kebun sawit yang cukup luas dan sepi, aku melipir sebentar karena tak tahan ingin buang air kecil yang telah aku tahan dari tadi.

Malam KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang