BAB 2 PERJODOHAN (Halaman 2)

2.3K 157 0
                                    

     Mobil Avansa hitam plat Solo telah terparkir di halaman pondok. Semua tamu tengah bersenda gurau di ruang tamu ndalem. Kiai Fatih beserta keluarga telah tiba menjelang waktu dhuhur. Ummi Salamah dan Nafisa, istri dari Gus Ridwan - kakaknya Syafiq-  sibuk mengeluarkan jamuan.

    "Lama tak berjumpa dengan Kiai Husin, terlihat masih muda saja. Haha.." Kiai Fatih mencandai sahabatnya itu.

    "Ah bisa saja Kang mas ini. Saya memang jarang sekali mengikuti reuni. Maklum, sudah turun mesin.... Apa Kangmas sering bertemu dengan kawan seangkatan dari Pondok Kiai Bashir guru besar kita?"

    "Kemarin saya sempat bertemu Ustadz Malik dan Kiai Furqon. Njenengan ingat dengan mereka? Sekarang mereka menetap di Papua dan kebetulan bertemu saat dakwah di Solo." jelas Kiai Fatih.

    "Oo ...Semua sudah sibuk menyebarkan agama Allah Swt, Subhanallah.." Kiai Husin manggut-manggut.

    "Sudah, jangan ngobrol saja, ini silakan dinikmati... seadanya.." Ummi Salamah menyela.

     "Ah Repot-repot sekali Bu nyai ini, " kata Bu nyai Fatih.

    "Ndak repot Bu, cuma jamuan ndeso... Ayo nduk dicicipi !" Ummi Salamah mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang sedari tadi diam sambil tersenyum mendengarkan obrolan para orang tua.
    Gadis berjilbab hijau itu pun menatap Ummi Salamah dengan senyuman manis dan berkata," Iya Bu nyai, terima kasih..."

    Ummi Salamah duduk disamping suaminya.

    Kiai Fatih berkata," Tentulah Kanda Husin faham dengan kedatangan saya dan keluarga ke sini. Ini kenalkan putriku, Annisa Miftahuljannah. usianya 22 tahun. Lulusan Sarjana Ekonomi di Jakarta. Yah, sebenarnya dia mau kerja dulu katanya. Tapi wong jaman sekarang... daripada was-was sebagai orang tua, kan lebih baik dinikahkan saja dulu. hahaha..."

    "Betul Kangmas.. Insya Allah itu yang terbaik. Walopun saya ndak punya anak perempuan, saya khawatir juga dengan anak-anak sekarang. Takut kalau anak kita terjerumus ke hal-hal yang tidak baik..", Kiai Husin menimpali.

    "Ngomong-ngomong, dimana putra njenengan? Biar mereka bertemu dulu... "

    Kiai Husin memanggil anaknya yang berada di ruang kerja." Syafiq, ini temui tamu kita." Kiai Husin beralih ke tamunya, " Dia lagi sibuk membuat jadwal mengajar. Tahun ini banyak ustad baru. Saya pasrahkan tanggugjawab itu padanya sementara. Ridwan sedang di Ponorogo, membantu adik saya."

    Para tamu tersenyum dan mengangguk.

    "Putra-putra njenengan memang luar biasa. Saya dengar dari adik saya, Syafiq ini pernah belajar di Yaman?" tanya Bu nyai Fatih.

    "Iya Bu nyai, tapi cuma sebentar.." jawab Ummi Salamah merendah.

    "Ya yang penting itu penerapan ilmunya setelah lulus. Percuma punya ilmu tinggi tapi tak di amalkan. Terutama soal akhlak... " tutur Kiai Fatih.

    "Benar sekali Kangmas. Ah itu dia, sini le... "

    Syafiq mengedarkan pandangan ke semua tamu. "Assalamu alaikum warahmatullahi warabarakatuh... "

    "Walaikum salam... " jawab mereka berbarengan.

    Syafiq mencium tangan Kiai Fatih dan mengisyaratkan salam kepada Bu nyai Fatih dan Annisa. Lalu dia duduk di sebelah umminya.

    "Inilah putra saya Kangmas..." Kiai Husin memperkenalkan Syafiq kepada Kiai Fatih.

    "Subhanallah,, Ganteng sekali putra njenengan ini. Sama bagusnya dengan Gus Ridwan yang ganteng itu." Kiai Fatih berkelakar. Lalu melirik putrinya," Ganteng ya nduk ?"

    Annisa hanya tersenyum dan tersipu malu. Semua orangpun tertawa melihat Annisa.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang