OY_1

1.5K 71 2
                                    

Terbuka kedua mata seorang namja dalam ruangan serba putih. Namja itu menyadari bahwa ia berada ditempat yang paling di benci.

'Ternyata aku masih hidup' batin namja itu.

"Jiminie, kau sudah sadar...Apa kau merasa ada yang sakit? Sebentar lagi Uisa akan datang kesini"

Jimin pov
Tanpa ku menoleh, aku sudah tau kalau suara lembut penuh dengan rasa khawatir itu adalah Eommaku. Tak lama, seorang Uisa menghampiriku dan mengecek kondisiku.

"Hyung... Tolong kau buka rantai ini" pintaku dengan suara yang masih melemah.

Kedua tangan dan kakiku telah dirantai pada masing-masing sisi ranjang. Aku tak terkejut dengan kejadian ini. Selama satu tahun, aku sudah 3 kali masuk rumah sakit dan berakhir mengamuk kala aku gagal dalam aksi bunuh diriku. Sehingga, aku sedikit akrab dengan Uisa yang berada di sampingku.

"Mianhae Jim, Hyung tidak ingin kau mengamuk lagi dan berakhir tidak sadarkan diri jika Hyung membuka rantai ini"

Aku langsung memalingkan wajahku kearah jendela.

"Hyung tau kau marah Jim, tapi ini untuk kebaikkanmu" suara lembut itu mencoba membujukku.

"Aku akan baik-baik saja jika aku tidak tinggal didunia ini. Aku ingin bersama Sahabatku" tekanku, aku menahan tangisan.

"JIMINN!" teriak Uisa karna ucapanku.

"Hobie hyung, aku lelah. Aku ingin bertemu dengannya, ingin memeluknya. Aku sangat merindukannya" air mata tak bisa lagi ku tahan.

Uisa yang kupanggil dengan sebutan Hobie hyung langsung memelukku. Bahkan ia ikut menangis. Eomma masih diruang ini, melihatku sangat rapuh dan ia juga ikut menangis.

"Seharusnya aku yang mati Hyung hiks.. hiks.. bukan dia hiks.. Hiks.. " aku masih menangis dipelukkannya. Hobie hyung masih memelukku, membiarkan jasnya basah akibat air mataku. Hobie hyung terus berkata kalau ini bukan salahku, ini sudah takdir.

Tangisanku sedikit mereda, aku melepaskan pelukannya. Aku melihat senyum menenangkan dari Hobie hyung. Mataku kuarahkan ketempat Eomma berada. Ia masih menangis,  aku merasa bersalah membuatnya menangis.

"Eomma" panggilku, Eomma langsung menghampiriku dan memelukku.

"Mianhae Eomma, uljima.. " ku lepas pelukkannya lalu ku hapus air mata di kedua pipinya.

"Berjanjilah jangan berbuat nekat seperti ini, ini sudah ketiga kalinya kau hampir meninggalkan Eomma dan Appa" pintanya sambil menggenggam kedua tanganku.

"Mianhae Eomma" hanya kata itu yang bisa keluar dari bibirku. Aku menundukkan kepalaku. Aku tak bisa berjanji, aku takut. Aku sangat merindukan sahabatku. Aku merasakan kembali pelukan hangat dari Eomma.

"Eomma.. Tolong bukakan rantai ini" pintaku sambil melepaskan pelukannya. Eomma menengok kearah Hobie hyung.

"Aku seperti anjing saja" lanjutku.

"Hhahahaha.. " terdengar suara tawa Hobie hyung. Aku menatap tajam kearahnya.

"Kau memang seperti hewan imut itu Jim" lanjutnya masih diselingi tawanya yang menurutku sangat menyebalkan.

Aku langsung menatap Eomma, menampilkan jurus aegyoku berharap Eomma akan luluh. Eomma tersenyum, itu menunjukkan bahwa aku berhasil.

"Hoseokie, Ahjumma mohon bukakan rantai mochiku ini ya" pinta Eomma.

"Hhhh... Baiklah, tapi kau harus ingat Jim. Jika kau mengulanginya, bukan hanya ku rantai. Tapi Hyung juga akan mengurungmu. Ingat itu baik-baik" ucap Hobie hyung sambil membuka rantai.

Aku hanya terdiam, mengalihkan tatapanku kearah jendela.

"Lebih baik Jiminie beristirahat" ucap Eomma sambil menaikan selimutku sampai batas dada dan mengecup keningku.

"Ahjumma aku pamit keluar, masih ada pasien lain yang harus kuurus" pamit Hobie hyung.

"Iya, gomawo Hoseokie" ucap Eomma. Hobie hyung tersenyum dan keluar dari ruanganku.

Mataku terpejam, 'Tae-ah bogoshippeo'

------------------------------------------
Bagian satu sudah selesai, semoga kalian suka.

Butuh kritikan dari kalian untuk memperbaiki tulisan.

Terima kasih

One YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang