POV: Hilya
Aku membaringkan tubuhku di kasur asrama, lelah. Itulah yang kurasakan, setelah dua minggu mengurus acara dauroh ilmiyyah yang diselanggarakan di ponpesku.
Sampai hari ini dauroh sudah berakhir, tamu-tamu sudah pada pulang, aku baru berkesempatan untuk beristirahat."Ukhty Hilya, jaat ummuki!" (Ibumu datang) seru salah satu temanku dari pintu kamar, aku langsung terlonjak dari kasur, menyambar jilbab di belakang pintu lalu lari ke gerbang pondok.
"Ada apa mi?" tanyaku apda ummi.
"Ayo siap-siap, kamu ikut pulang," ucap ummi.
Aku mengernyit heran, ini kan bukan tanggal liburan, "ngapain?"
"Ada sedikit urusan, ummi juga sudah izin ke mudhiroh sini," jawab ummi.
***
"Ukh." Khoulah menepuk pundakku pelan, "ila aina anti?" (Mau kemana kamu?) tanyanya, melihatku sedang menyiapkan barang-barangku ke dalam tas."Saarji'u ila baiti,"(aku mau pulang ke rumah) jawabku sambil berdiri menghadapnya. "Ilalliqoo'," ucapku lagi, lalu memeluknya singkat.
***
Aku sibuk membolak-balikkan ikan di penggorengan, sesekali menjerit saat minyak dengan teganya menyembur ke arahku. Sementara ummi sedang menghias kue di piring, sambil mengecek kue yang masih terpanggang di oven.Kami cukup sibuk, malam ini akan mengadakan acara makan malam bersama teman-teman abah yang turut bekerjasama mendirikan pondok ini.
***
"Hayya! Hayya! Nadkhul!" (Mari! Masuk) ucap abah menyambut kedatangan para tamunya. "Marhaban bi hudhurikum!" (Selamat atas kedatangan kalian) Abah terlihat begitu antusias melihat kedatangan mereka.Aku mematut pantulan diriku di cermin, merasa sudah cocok, aku keluar menyalami para tamu akhwat di ruang tengah.
"Ini Hilya? Masyaallah, cantik sekali!" ucap salah satu ibu-ibu yang ada di situ.
"Subhanallah, manisnya putrimu ini," sahut ibu-ibu yang lain.
Aku tersenyum kikuk sambil menuangkan sirup ke gelas, lalu mempersilahkan kepada tamu-tamu itu.
"Hilya, bantu ummi nak!" pinta ummi dari arah dapur, aku bernapas lega, berhasil menghindari ibu-ibu ini, yang sejak tadi terus memuji-mujiku.
"Ini yang namanya Hilya?" Seorang ibu berhijab syar'i dan modis menghampiriku, bisa kutaksir usianya setara dengan ummi, aku tersenyum ke arahnya. Lalu dia mendekat dan memelukku.
"Cantiknya kamu sayang..." katanya sambil menangkup pipiku, diperlukan begitu tentu saja membuatku kikuk bukan main, akhirnya aku hanya menampilkan senyum serba salah.
"Ummi." Dia memanggil ummi yang sedang menata makanan dimeja.
"Boleh saya cium putrinya?" ucapnya saat ummi menoleh ke arahnya."Tentu!" balas ummi ramah.
Cupp... Satu ciuman mendarat halus dikeningku, membuatku semakin canggung tak menentu.
***
'Hai sepupu kesayangan, ketemuan yuk, ada yang mau kubilang mengenai Ahkam, kutunggu di teras samping."Itu chat yang dikirim sepupuku, Azzam. Dia memang hadir, selain sebagai sepupu, orang tuanya juga merupakan salah satu orang penting di ponpes ini.
Setelah makan malam selesai, aku bergegas masuk ke kamar, mengganti pasmina yang kupakai dengan jilbab syar'i lengkap dengan niqob.
" Mau kemana dek?" tegur ummi saat aku keluar kamar.
"Ke samping, ketemu Azzam bentar mi," jawabku, setelah mendapat anggukan dari ummi, aku bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, PUTRI KIYAI
Teen Fiction"Tinggal menghitung Minggu, kita akan segera menemui hari itu, hari yg akan membuat kita terpisah sejauh jauhnya, dan mungkin tak dapat bertemu lagi selamanya, kuharap itu benar-benar terjadi, setelah kepergian mu nanti, kumohon, jangan sampai ada l...