Prilly mengerjapkan matanya perlahan-lahan sebelum terdengar ringisan ketika dia ingin beranjak dari tidurnya.Prilly memijit pelipisnya yang terasa sakit seketika dia merasa semua benda di kamarnya berputar-putar hingga membuat perutnya melilit terasa seperti diaduk-aduk.
"Huwekk!!"
Prilly nyaris jatuh terjerembab ketika menurunkan kakinya lalu berlari menuju kamar mandi. Prilly memuntahkan semua isi perutnya hingga hidung dan tenggorokannya terasa begitu sakit.
"Huwwekk!!"
Prilly terus memuntahkan isi perutnya hingga keluar cairan bening yang membuat dadanya terasa begitu sakit. Prilly menyenderkan kepalanya yang terasa sakit didinding kamar mandi.
Tubuhnya bergetar hingga membuatnya jatuh terduduk dilantai kamar mandi. Prilly kembali meringis saat rasa pusing dan mual menyerang kepala dan perutnya disaat bersamaan.
Prilly menutup kedua matanya dengan nafas terengah-engah dia berusaha beranjak dari lantai kamar mandi dengan berpegangan pada dinding Prilly menyeret kakinya yang terasa begitu lemah.
Prilly kembali menyenderkan kepalanya saat mencapai pintu kamar mandi. Dia benar-benar menyesal menangis sepanjang malam dan berakhir dengan rasa pusing yang menyerangnya pagi ini.
"Mi.. Mami.."Prilly berusaha berteriak sekerasnya agar terdengar oleh sang Mami namun sepertinya suara serak dan lemah Prilly sama sekali tidak bisa menembus dinding kamarnya.
Prilly kembali meringis dan berbalik kekamar mandi dengan sempoyongan saat perutnya kembali melilit yang menghantarkan rasa pahit ke tenggorokannya.
"Huwekk!!"
Prilly kembali memuntahkan isi perutnya. Rasa pahit ditenggorokan membuat Prilly mual, dia benar-benar tak berdaya saat ini.
Tubuh Prilly merosot kelantai bahkan dia sudah tidak mampu mengangkat tangannya untuk berpegangan pada dinding.
Semuanya berputar hingga membuat Prilly meringis sambil menutup rapat matanya.
"Mami tolong."bisiknya dengan suara begitu lemah.
"Mas.. Mas Al."Ditengah kesadarannya yang mulai menipis Prilly masih menyebut nama suaminya.
"Mas aku sakit."Adunya dengan linangan airmata.
Prilly meringkuk dilantai kamar mandi dengan terisak pelan. Dia bimbang untuk memutuskan melepaskan atau menerima Ali kembali.
"Mas.. Tolong! Rasanya sakit sekali Mas. Perutku sakit, kepalaku juga pusing."Prilly terus meracau dengan mata terpejam rapat, tangan Prilly memeluk erat perutnya yang terasa sakit.
"Arggh!"Prilly menjerit kesakitan saat rasa sakit diperutnya semakin menjadi-jadi. Disisa kesadarannya Prilly bisa merasakan ada sesuatu yang merembes keluar disela kakinya.
Nafas Prilly terdengar begitu lemah sebelum tangan yang digunakan untuk 'melindungi' perutnya terkulai dan kesadaran Prilly benar-benar terenggut.
**
"Kamu sudah bangun Nak?"
Ali tersenyum lembut pada Ibunya. Dia tidak perlu lagi bertanya dimana dia sekarang karena infus yang terpasang ditangan tangannya sudah menjawab semuanya.
Aminah berusaha tersenyum pada putranya meskipun kondisi hatinya sedang tak karuan. Semalam dia dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang mengaku teman dekat Mona dan mengabarkan kalau Ali masuk rumah sakit.
Aminah nyaris pingsan karena hal itu. Belum lagi perasaan terkejutnya ketika tiba-tiba pria datang dan mengaku teman dekat putrinya. Dia sudah cukup susah ketika Mona tak kunjung kembali dan tiba-tiba dia mendapat kabar putranya masuk rumah sakit.
Tanpa berfikir panjang Aminah bersama Rega pergi kerumah sakit dan dia baru tahu kalau Rega memang sengaja menjemputnya dan meninggalkan Mona untuk menemani Ali yang masih belum sadar kala itu.
"Kamu mau sarapan Nak?"
Ali menggelengkan kepalanya, "Haus Buk."
Aminah menyodorkan gelas berisi air minum untuk Ali. Dengan meringis pelan Ali berusaha duduk dengan menyenderkan kepalanya didinding kamar rawatnya.
Aminah membantu putranya setelah Ali menghabiskan setengah gelas air Aminah kembali meletakkan gelas itu diatas meja kecil didekat ranjang Ali.
"Mona mana Bu?"
"Sekolah Mas."
Ali menghela nafasnya dia tahu Mona masih berusaha menghindari dirinya meskipun subuh tadi ketika Ali sadar dia melihat adik dan Ibunya disini. Dan dari cerita Ibunya, dia tahu kalau Mona dan teman dekatnya yang menolong dirinya.
Dan Ali belum bisa memastikan siapa teman dekat yang dimaksud Ibunya lalu bagaimana Mona bisa bersama teman dekat itu ditengah malam seperti itu.
Ali masih belum bisa mengorek apapun terlebih hubungannya dengan Mona masih belum membaik pasca dia menampar adiknya sore kemarin.
"Kamu kenapa Nak?"Tanya Aminah ketika melihat putranya melamun.
Ali menoleh dan menatap Ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Mas sayang Ibu. Sayang Mona juga."Ujarnya dengan sendu.
Aminah tersenyum lalu mengusap lembut kepala putranya. "Ibu tahu. Dan kami juga sangat menyayangimu Nak."
Airmata Ali menetes tanpa bisa dicegah, "Ali berdosa Buk. Setelah menyakiti Mona Mas juga berakhir dengan menyakiti istri Mas. Prilly Buk. Prilly."Tanpa bisa di tahan akhirnya tangis Ali pecah. Ali terlihat begitu rapuh saat ini.
Aminah segera memeluk putranya yang menangis tersedu-sedu di hadapannya. Aminah memang belum tahu apa yang terjadi sampai Ali berakhir disini dan sekarang putranya terisak sambil terus mengatakan maaf yang ditujukan untuk menantunya. Prilly.
"Mas harus ingat satu hal."Aminah melepaskan pelukannya lalu menangkup pipi putranya yang bersimbah air mata. "Semua yang terjadi pada kita itu semua kehendak Allah. Allah sedang menguji Mas dan itu tandanya Allah ingat dan menyayangi Mas."Ujar Aminah dengan senyuman teduhnya.
Air mata Ali semakin berjatuhan dan mengenai telapak tangan Aminah. "Mas salah Buk. Mas berdosa pada istri Mas dan sekarang Mas hanya menunggu waktu kapan surat cerai dari Prilly tiba dihadapan Mas."Isak Ali pilu.
Aminah terkejut bukan main."Ce..cerai?"
Ali menganggukkan kepalanya sebelum membenamkan kembali wajahnya pada dada sang Ibu. "Prilly ingin berpisah dari Mas Buk dan itu semua karena kebodohan Mas sendiri. Bagaimana ini Buk? Bagaimana Mas menjalani hidup Mas setelah ini? Mas akan mati kalau nggak ada Prilly."
Aminah sudah tidak tahu harus bagaimana merespon aduan putranya. Dia benar-benar terkejut dan sama sekali tidak menyangka kalau beban yang ditanggung putranya seberat ini.
Tapi Aminah tahu muara dari semua ini adalah sikap plin-plan Ali dalam menghadapi Ratih. Dia yakin kalau semua ini berhubungan dengan Ratih.
Ingin sekali dia mencerca Ali tapi melihat keterpurukan putranya membuat Aminah mengurungkan niatnya itu. Ali butuh dukungan darinya bukan cercaan, putranya manusia biasa dan manusia biasa tidak luput dari dosa.
Ali-nya memang bersalah tapi dia yakin Tuhan pasti akan membuka jalan kembali untuk putra dan menantunya bersatu kembali.
Amiin..
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding (Mas Al nikah Yuk)
RomanceGk tau gimana alurnya, yang penting nikmatin aja karena setelah nulis Mas Al nikah Yuk! Ide semua Mentok ke cerita ini. Jadi bagi yang penasaran ayokk dibaca..😉