Bismillah
***
Pagi itu langit Jakarta terlihat cerah. Berkolaborasi bersama gulungan awan yang berarak perlahan serta sinar matahari yang menghangatkan hingga menghasilkan lukisan keindahan. Semesta seakan tahu, akan ada kebahagiaan di hari itu.
Berbalut gaun silk sederhana berwarna putih dengan aplikasi payet batu mulia bernuansa biru, Anna menyetir sendiri Pajero putihnya menuju KUA. Mariam yang duduk di sampingnya masih tak berhenti geleng-geleng kepala, heran melihat ulah sahabatnya yang keras kepala.
Pengantin macam apa yang nyetir sendiri ke KUA, setelah malam sebelum hari H malah nongkrong sambil nangis-nangis di tempat kost sahabatnya. Bukan fokus pada bahagianya setelah resmi diperistri pujaan hatinya nanti, sebaliknya malah sibuk bersedih karena akan berpisah dengan sahabat terbaiknya. Yang selalu ada ketika dia membutuhkan, yang selalu siap menampung segala keluh kesah dan kesedihan, bahkan ia pula yang selalu terlihat lebih bahagia ketika dia dihampiri kebahagiaan.
“Udah nggak usah nangis, lebay banget sih kamu nih. Aku yang mau kamu tinggal dalam kejombloan aja nggak lebay, kenapa kamu yang akan pergi untuk kebahagiaan malah drama gitu.”
“Hih, kamu pasti seneng ya, nggak akan ada yang gangguin lagi kalo aku lagi bete.” Anna mengerucutkan bibirnya.
“Iya dong. Kan tugasku sebagai sahabat yang baik hati dan tidak sombong sebentar lagi akan diambil alih sama Ahmar. Aku bebas. Nggak ngadepin sahabat wagu macam kamu.” Mariam tertawa. Ada getir terselip di sana.
Parkiran KUA yang tak begitu luas membuat jarak pandang Anna lebih bebas. Ia menahan napas, saat matanya tertumbuk pada pria tampan dengan setelan pantalon dan jas warna hitam.
"Woi, sepatunya woiii." Tak sabar untuk segera menuju ke sana, Anna bahkan hampir lupa mengganti sneakers yang menempel di kakinya. Mariam setengah berlari mengambilkan sepatu sahabatnya dari bagasi.
Vanya yang baru bertemu adiknya pagi itu pun menyambut dengan gelengan kepala, “Dasar pengantin koboi,” katanya.
Namun suasana haru segera menyeruak begitu masuk ke dalam ruangan KUA tempat akad nikah akan dilangsungkan. Ronald terlihat beberapa kali mengusap mata,tak pernah menyangka akan duduk di samping penghulu sebagai wali nikah adik kesayangannya. Adik yang selama ini dimanja kakak-kakaknya, yang selalu keras kepala, yang cuek dan punya keberanian di atas rata-rata, tapi suka drama kalo ada masalah yang menimpa, sebentar lagi akan mengakhiri masa lajangnya. Untuk kemudian dibawa suaminya ke tempat nun jauh di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selepas Hidayah [SELESAI]
General FictionUpdate setiap Rabu dan Sabtu . Berawal dari langkah yang salah, perjalanan singkat ke tanah Eropa justru membawa Anna pada hidayah. Selepas hidayah, Allah memberinya pula serangkai hadiah. Seseorang yang datang untuk membimbingnya meniti jalan cahay...