𝘢𝘭𝘭 𝘪 𝘢𝘴𝘬

1.9K 256 17
                                    

Markhyuck Shipper, are u ready?

Don't forget to click the 🌟 and left your comment, okay?

Enjoy! 💚

.

.

.

.

.

Aku tersentak kaget sesaat setelah telingaku mendengar suara bel apartemen berbunyi sangat nyaring. Aku menggeram kesal, lantas menyibak selimut dan memacu langkah ke arah pintu utama. Pikiranku mulai merangkai kata-kata yang akan kuluncurkan untuk memaki orang di depan sana yang sudah lancang menganggu tidur nyenyakku.

Di depan pintu, kutemukan sesosok laki-laki manis yang tengah menatapku dengan binar mata bulatnya lucu. Mendadak kata umpatan yang aku persiapkan tadi lenyap, reflek tergantikan dengan senyuman ramah menawan yang terpatri di bibir tipisku.

"Mark?" sapanya dengan senyum lembut.

"Ah, Haechan? Mengapa tidak mengabari jika mau datang? Ayo masuk."

Emosiku yang tadi meletup-letup langsung hilang ketika menatap wajah manis yang begitu teduh itu. Bahkan aku serta-merta membukakan pintu lebar-lebar, mempersilakannya untuk masuk.

Namanya Haechan. Seo Haechan. Ia adalah sahabatku dari masih di dalam perut ibu. Well, ibu kami memang sudah bersahabat sejak mereka kecil, jadi bisa dikatakan persahabatan kami merupakan sebuah warisan.

"Tidak perlu, Mark." Haechan menunduk. Kuperhatikan diam-diam ia memilin jemari mungilnya di balik mantel tebal yang ia kenakan.

Aku mengernyit bingung. Biasanya Haechan selalu bersemangat jika main ke apartemenku, tapi kenapa sekarang ia nampak murung?

"Mark, apakah aku boleh meminta satu hal?" Haechan mendongak, menatapku lekat dengan mata bulatnya yang selalu aku kagumi.

"Tentu, katakan saja," jawabku.

"Bisakah nanti malam kita pergi berdua saja? Seperti dulu, sebelum kau berpacaran dengan Yeri," pintanya dengan lirih.

Aku cukup terkejut dengan permintaan anehnya.

"T-tapi, Chan--"

"Kumohon, Mark. Sekali ini saja, aku sangat merindukan waktu-waktu yang kita lalui bersama. Aku janji, setelah ini, aku tidak akan menganggumu lagi."

Manik sewarna hazel yang biasanya memancarkan binar riang itu kini tengah berkaca-kaca. Haechan mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada, memohon.

Aku bimbang. Di satu sisi, aku tak ingin Yeri salah paham jika aku pergi dengan Haechan. Bukannya apa, sudah cukup sering hubungan kami merenggang karena kekasihku itu cemburu dengan kebersamaanku dengan Haechan. Padahal sudah sering kukatakan jika lelaki manis itu hanya sekedar sahabatku saja.

Namun di sisi lain, aku tidak kuasa jika harus menolak permintaan sahabatku. Jujur, aku juga rindu menghabiskan waktu dengan Haechan. Apalagi semenjak aku berpacaran dengan Yeri, waktu kebersamaan kami benar-benar menurun drastis. Bahkan aku sampai lupa kapan terakhir kali kami hangout berdua.

Aku menghela nafas pelan, "Baiklah, nanti malam kita pergi," ujarku final.

Haechan tersenyum lebar.

🎡🌠🎠

Ting tong...

Aku buru-buru membuka pintu apartemen. Di depan pintu, kutemukan Haechan sudah siap dengan mantel tebal serta topi rajut berwarna merah yang menunjang penampilan imutnya. Tapi wajah manis itu nampak begitu kuyu, tidak ada cahaya terang yang biasanya terpancar. Bibir yang tadi pagi masih merah merona, kini berwarna abu-abu.

All I AskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang