Teett.. Teett... Teett.... Suara apa itu? Ya, suara yang tidak asing bagiku. Membangunkanku dengan begitu sigap dan membuat diriku bisa melihat seluruh isi ruangan ini yang dipenuhi dengan keajaiban. "Darren, cepat bangun nanti kamu telat lagi.." teriak ibuku dari ruang keluarga. Tanpa berpikir panjang akupun beranjak dari kasurku yang terlihat begitu berantakan,
"Oh astaga, apa aku baru saja berperang tadi malam?" Tanyaku dalam hati seraya memegang kepalaku, ternyata hari pun tidak bisa membohongi diriku, sinar mentari yang sudah tersenyum lebar dan membuka selimut hitamnya membuat suasana pagi ini terasa hangat, akupun berjalan kearah jam dindingku,
"Apa? Jam 07.05? Oh tuhan.." dengan bergegas akupun berjalan mengambil handuk biruku yang tergantung ditembok sebelah pintu kamarku. Lalu akupun langsung mengarahkan langkahku menuju kamar mandi. Ya, orang bilang seperempat aktivitas kita itu dilakukan dikamar mandi dan kurasa itu adalah pernyataan yang didasari dengan kebenaran. Kutanggalkan satu persatu pakaianku, sedikit demi sedikit tetesan air mulai membasahi sekujur tubuhku, membuat hal yang kering menjadi basah. Cukup lama kuhabiskan waktuku dibawah hujan air yang terus membasahiku, sampai tidak terasa lamanya waktu yang terlewat olehku,
"Darren cepatlah, apa yang kamu lakukan didalam sana? Kenapa lama sekali?" Teriak ibuku kembali,
"Baik bu, aku sudah selesai" Jawabku dengan suara lantang. Akupun segera mengikat handukku pada pinggangku dan berlari kekamar. Tanpa melakukan hal-hal lain, aku langsung memakai bajuku dan celanaku, mempersiapkan buku dan tasku, hingga memakai sepatuku. Akupun berlari kebawah menuju pintu rumah seraya menggendong tasku dengan sebelah,
"Bu? Ibu? Aku pergi dulu.."
"Hey Darren, tidak sarapan dulu?" Tanya ibuku sambil ikut mengejarku, akupun berhenti sejenak dan melihat kearah jam dinding, ternyata sekarang waktu telah menunjukan pukul 07.48,
"Oh tidak, gerbang ditutup jam 08.00..." gumamku dengan penuh rasa kekhawatiran, "Emm kurasa tidak bu, biar nanti aku sarapan disekolah, aku pergi dulu bu, daahh aku sayang ibu.." Ujarku dengan melanjutkan lariku keluar rumah. Pikiranku pun tertuju langsung kejalan yang penuh dengan kendaraan-kendaraan ketika aku melihat suasana luar, memang sekolahku sangatlah jauh dan jika kupaksakan untuk tetap melewati jalan raya, mungkin aku akan sampai ketika jam istirahat. Akupun memutuskan untuk berjalan melewati gang kecil atau jalan pintas menuju sekolah, melewati beberapa blok dari rumahku. Ya, seperti inilah kehidupan dikota Paris, ramai dan disiplin akan waktu, tidak bisa terlambat walau hanya sedetikpun. Akupun mempercepat laju jalanku karena waktu terus saja berjalan. Hingga aku memutuskan untuk berlari karena ingin mengejar keterlambatan, dengan kencang dan lincah aku terus berlari melewati pagar-pagar, tempat sampah, serta barang-barang lainnya yang berada tepat didepanku. Dinding-dinding batu kulewati separuh demi separuh, hingga akhirnya terlihat olehku ujung dari gang kecil ini. Ketika aku keluar dari gang ini, pandanganku pun langsung tertuju pada sekolah yang tepat berada diseberang gang ini.Akupun segera berlari kearah gerbang sekolah, " Oh astaga, sudah kuduga" gumamku seraya melihat pada jam dinding besar yang tertempel ditembok samping gerbang. Dugaanku ternyata benar, saat ini waktu sudah menunjukan pukul 08.12, dan seperti biasa gerbang pun sudah tertutup rapat. Kondisi seperti ini memaksaku untuk tetap harus mencari jalan masuk dan satu-satunya jalan yaitu lewat belakang, pintu dapur sekolah. Akupun memutari sekolah dan segera melompat kedalam, lalu terlihatlah olehku pintu dapur yang hanya sebatas besi ringan,
"Ohh akhirnya, aku masuk" gumamku dengan suara perlahan,
"Hai Darren, selamat pagi.." ujar Ron dari sela-sela meja dapur. Ya, Ron adalah koki dapur atau bisa dibilang juga Sang Penjaga Makanan,
"Oh, hai. Pagi juga Ron, kau terlihat hebat pagi ini"
"Benarkah? Terima kasih. Hmm, seperti biasa aku tidak pernah bosan melihatmu terlambat setiap pagi"
"Ya kau tahu itu. Hey, apa ada sesuatu untukku pagi ini?"
"Kurasa aku menyisakan sedikit croisant dan susu dimeja itu" jawab Ron seraya menunjuk kearah meja yang berada disamping pintu keluar, "Dan setelah itu masuklah kekelas" tambahnya,
"Oh ya, kau memang terbaik sobat. Terima kasih, Ron" Ujarku seraya melangkahkan kakiku menuju meja tersebut. Akupun mengambil croisant dan susunya lalu aku bergegas menuju kelas. Dan tampaknya lorong sekolah sudah sangat sepi, aku hampir lupa, ada beberapa bukuku yang tertinggal diloker, akupun segera berjalan kearah lokerku. Bagiku, loker adalah tempat gudang paling indah dan menakjubkan yang pernah aku miliki. Disanalah aku menyimpan banyak sekali hobi yang aku sukai. Dan satu-satunya hobi yang aku sukai adalah mengoleksi barang-barang antik, bukan hanya antik tapi juga langka. Aku memang tumbuh bersama seorang ayah yang selalu mengajarkanku akan pentingnya barang-barang itu, bersamanya aku selalu saja melakukan hal-hal ini disetiap waktu. Sampai akhirnya semua itu berubah ketika ayah mengalami kecelakaan pada kapalnya. Dia mengalami kecelakaan besar yang mengakibatkan tenggelamnya kapal itu bersamanya. Dan semenjak hari itu, aku tidak pernah lagi melihat atau bahkan mendengar tentang ayah, aku mempunyai keyakinan bahwa ayah belum mati, dan sampai saat itu aku akan terus mencari ayah walau aku harus pergi dari dunia ini. Setelah mengambil bukuku, akupun bergegas menuju kelas, dan ketika pintu kelas terbuka, terpampanglah pandangan sinis dari mata bu Leira yang tertuju hanya padaku,
"Hai. Selamat pagi bu Leira, anda terlihat sangat cantik pagi ini"
"Darren! Darimana saja kamu baru masuk jam segini?" Bentak bu Leira kepadaku "Pukul berapa sekarang?" Tambahnya seraya menunjuk ke jam tangannya,
"Emm, maaf bu. Aku baru saja dari toilet dan sepertinya aku terjatuh cukup lama disana" Jawabku dengan sedikit gugup,
"Hah sudahlah Darren. Cepat masuk dan duduk dikursimu" Tanpa membalas perkataannya, akupun segera masuk dan berjalan kearah kursiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Founder
AdventureSeorang anak yang terlahir kembali dan ditakdirkan untuk menjalani hidup baru yang lebih berbahaya. The Founder. Apakah dia bisa menerimanya? Atau akan pergi dan memilih untuk hilang?