football freak

31K 1.1K 20
                                    

SHEILA

"Anjir rame banget ya ternyata... padahal turnamen pelajar aja lho ini... gue kira ga akan serame itu...," celotehku melihat ribuan orang sudah duduk manis di dalam stadion.

"Iya nih, penuh kayaknya... di mana dong kita...," keluh Rhea.

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Ternyata sisi penonton di belakang gawang sebelah utara masih cukup lowong. "Ke sana aja yuk? Masih lumayan ada yang kosong, enak juga nontonnya lurus...," kataku sambil menggandeng Rhea berjalan ke sisi stadion yang kumaksud. Stadion ini terbilang baru, walaupun belum ready seratus persen. Seperti tribun di mana kami duduk saat ini, masih berupa tangga-tangga semen dan belum ada kursinya. Lumayan bersih, semoga bisa terjaga seperti ini terus ya.

"Permisi, Mas, di sini kosong kan?" tanyaku kepada seorang pria berbaju merah yang duduk sendirian ketika aku sampai di tangga ke lima dari atas. Nggak usah terlalu depan lah, supaya gampang nanti keluarnya. Toh stadion ini tidak terlalu besar pikirku.

"Eh? Kosong kok, Mbak, silahkan aja..." ujar pria itu sambil menggeser sedikit tempat duduknya. Aku tersenyum dan menarik Rhea untuk duduk di sebelahku.

"Sheil, ajak kenalan jangan?" Bisik Rhea di telingaku sambil terkekeh. Aku hanya mengerutkan kening melirik ke arahnya. Anak ini bener-bener nggak bisa lihat cowok nganggur sedikit deh.

TAMA

Dua cewek di samping gue ini seriusan nonton bola ke stadion berdua aja? Cewek-cewek? Bukan gitu, gue tau kok banyak cewek yang suka bola. Suka dan ngerti ya, bukan sekedar suka aja. Di stadion saat ini pun banyak penonton cewek, tapi biasanya entah datang sama pacarnya, atau bergerombol dengan teman-teman cowoknya.
Mereka berdua ini bener-bener suka bola deh kayaknya. Lihat aja, cewek yang di sebelah gue ini, pakai jersey timnas lho dia. Tadi sempat lihat nomor punggungnya 25, inisialnya SN. Hmmm, menarik.

"Masnya... nonton sendirian aja?" Cewek itu tiba-tiba bertanya. Matanya berwarna coklat tua, bagus deh. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda bergoyang-goyang lucu. Eh, kok gue jadi terpesona.

"Gue? Nggak kok, sama temen, tapi dia lagi beli minum sebentar... kalian berdua aja? Emang suka bola atau gimana nih?" tanya gue penasaran. Cewek itu tertawa kecil.

"Iya, gue udah suka nonton bola dari kelas 3 SD. Dari yang cuma tau nama pemain yang ganteng-ganteng, sampai akhirnya ngerti apa itu offside, corner, dan teman-temannya...," celotehnya riang. Gue mengangkat alis sambil tersenyum. Boleh juga nih cewek.

"Woy! Baru sebentar udah dapet kenalan aja," tepukan di pundak dari belakang membuat gue kaget dan refleks menengok ke sumber suara. Si kampret udah balik rupanya.

"Apaan sih lo, Ta... ngagetin aja...," protes gue.

"Jadi siapa nih kenalan barunya?" tanya Genta sambil duduk di sebelah kanan gue. Iya juga ya, belum kenalan.

"Belum juga sempet kenalan, keburu lo dateng, nyet. Hai, gue Tama...," ujar gue sambil mengulurkan tangan.

"Sheila...," jawabnya sambil menyambut uluran tangan gue, "oh iya ini kenalin temen gue, Rhea...," kata cewek ini lagi.

"Hai... Rhea...," kali ini ganti temannya menyalami gue.

"Hai, cewek-cewek cantik, kenalin, gue Genta, Genta Putra Mahardika," ucap si kampret dengan jumawanya sambil menyalami Sheila dan Rhea.

"Eh, udah kick-off tuh..."

***

SHEILA

Ya ampun. Kok rasanya kayak di film-film ya. Out of nowhere tiba-tiba diajak kenalan sama laki-laki. Siapa tadi namanya? Oh iya, Tama. Lelaki yang menggunakan polo shirt berwarna merah, celana jeans biru donker, dan sepatu Converse broken white ini sepertinya berusia sedikit di atasku. Posturnya mirip sekali dengan Mas Rio, kakakku. Tinggi sekitar 175cm, badannya tidak terlalu berisi tetapi juga tidak terlalu kurus. Pas aja gitu, lucu. Eh. Kenapa sih aku ini?

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang