2. Pertemuan Berkelanjutan

229 7 0
                                    

Telpon di teras asrama tiba-tiba berdering.Welya segera berlari ke arah telephone itu dan mengangkatnya.
"Selamat sore...asrama puteri RS.Santa Anna.Ada yang bisa dibantu?"

"Nah kebetulan Wel.....ada yang ingin bertemu dengan dirimu say.....Kamu turun ke ruangan sekarang yaa....sepertinya penting Wel...dan orangnya sangat tampan. Mirip dr.Clemens." jawab suara dari telpon yang tak lain adalah suara teman sejawat Welya yang dimintai tolong oleh Pierre untuk membujuk agar Welya mau bertemu dengan dirinya.

"Okey....okey...okey...saya segera turun,"kata Welya bersemangat.

Welya segera berganti baju dan segera turun ke ruang ICU. Dan ternyata Pierre telah menunggunya di depan ICU.

"Hai......kamu kenapa lari-lari, macam dikejar hantu saja. "Dan Pierre tiba-tiba
muncul di depan Welya dan tentunya sangat mengagetkan bagi Welya.
Welya lalu tanpa sadar memukul-mukul kecil dada Pierre dan tentu saja Pierre menangkis pukulan tangan Welya dengan dwngan genggaman yang lemah lembut. Welya beberapa saat terperanjat karena secara tidak sengaja tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Pierre.
Dan sesaat kemudian Welya berusaha melepaskan kedua tangannya dari genggaman tangan Pierre. Namun untuk seorang wanita yang lembut seperti Welya...hal itu tidak berhasil ia lakukan. Dan Pierre tetap saja menatap wajah Welya dengan tatapan matanya yang sayu. Dan tentunya hal ini membawa suatu kebahagiaan tersendiri bagi Welya. Ya secara diam-diam Welya memang mengagumi sosok Pierre yang tampan dan yang paling disukai Welya lagi adalah ketika Pierre mulai berbicara. Bagi Welya wajah Pierre yang cenderung bule sangat lucu dan unik dengan dialeg Jawanya yang sangat kental.

"Ampun Pak Pierre....maafkan saya. Saya sudah memukuli dada Bapak.Itu hanya refleks saja Pak."Welya mengucapkan kata maaf dengan mimik yang sangat serius tapi hal ini membuat Pierre hampir tak bisa menahan ketawanya.

"Hahahaha.....Welya..Welya....dasar gadis lugu. Siapa yang mau marahin kamu? Saya cuma mau menanyakan surat yang kemarin itu...sudah kamu atau belum?"tanya Pierre seraya menatap wajah Welya yang tampak grogi.

"I..iya..saya sudah membaca surat Pak Pierre."

"Baguslah kalau begitu. Lalu bagaimana Wel.....kamu bersedia temani saya kalau lagi libur?"Pierre tak sedetik pun mengalihkan tatapan matanya dari Welya...dan hal ini membuat jantung Welya berdebar. Ya siapa sih yang sanggup menatap Pierre lama-lama. Bisa-bisa langsung meleleh hatinya.

"Baiklah....Pak Pierre tapi saya minta bayaran ya.... habisnya kalau jadi pendamping turis itu ya pasti capek." Welya mencoba untuk sedikit memberi tawaran.

Pierre terlihat berfikir sejenak mendengar ucapan Welya barusan.

Dan Welya menatap Pierre dari samping dan ia melihat wajah Pierre tampak semakin tampan.Hidung yang mancung sangat cocok dengan bentuk wajah Pierre ditambah lagi dengan kulit putih Pierre. Wah sosok yang sempurna. Sambil Welya bergumam dalam hati:

"Hmmmm gila ini cowok, tampan, seorang perwira. Masa iya mau akrab dan dekat dengan saya. Muka biasa saja. Wah-wah.....benar-benar gila.....Haaa terserahlah..yang penting bukan saya yang memulai."

"Wel.....Welya......haloooo......heiiii jangan melamun..nanti malah lain ceritanya."Pierre menxoba menyadarkan Welya dari lamunannya.

"Ehhhhh..mmm maaf Pak Pierre.Bagaimana tawaran saya tadi?Bisa diterima kan?"Welya bertanya sambil membelalakkan matanya kepada Pierre.

"Okey...okey Wel..itu bisa diatur. Yang saya butuhkan sekarang itu adalah niat kamu yang serius untuk menjadi temanku...Bolehkan?. Dan saat saya kemana-mana kamu harus selalu ikut termasuk ketika saya akan berbelanja. Makanya saya harus tahu jadwal dinas kamu kapan saja supaya saya bisa menyesuaikan dengan kegiatan saya saat libur atau cuti." Pierre mengatakan semua itu dengan nada suara yang tegas.

Saat Cinta Kembali BersemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang