Jangan lupa vote dan komen ya :)
---Dearni memegang gagang pintu ruang ujian, tetapi ia terus-menerus melirik jendela kelas bertuliskan ruang sebelas. Memastikan bahwa ia tidak salah ruangan. Merasa sudah pasti, Dearni membuka pintu tersebut dan melangkah masuk menuju meja ujiannya. Di sana sudah ada Mahera yang sedang asik mendengarkan musik melalui headsetnya. Dengan mata terpejam, sambil bersandar di kursinya Mahera terlihat tenang. Tidak lama pengawas pun datang.
"Kak. Misi kak," ucap Dearni yang ingin duduk di kursinya, namun terhalang oleh Mahera.
Dearni menghembuskan napasnya berusaha sabar. Ia pun menarik paksa sebelah earphone yang dikenakan Mahera. Merasa terusik, Mahera membuka mata rasanya ingin sekali memaki orang yang telah mengusiknya. Mahera menatap tajam Dearni yang tengah berdiri dihadapanya. Ia pun membenarkan posisi duduk.
"Apan si lo ganggu aja!" ucap Mahera, sambil mengebrak meja. Pak Gunawan yang hari ini mengawas mengalihkan pandangannya. Menatap ke sumber suara.
"Siapa yang gebrak meja?" tanya Pak Gunawan, kini tengah berdiri di depan kelas mengamati satu persatu murid. Pandangannya teruju pada Dearni dan Mahera.
"Kamu kenapa masih berdiri?" ucap Pak Gunawan pada Dearni.
Dengan sigap Dearni langsung menarik lengan baju Mahera, memintanya memberikan jalan untuknya. Mahera yang sadar bahwa yang mengawas hari ini adalah Pak Gunawan guru mata pelajaran sejarah yang terkenal killer langsung memberikan jalan pada Dearni.
Ujian dimulai, sesudah siswa dan siswi meletakkan tasnya masing-masing di depan papan tulis. Dearni mengambil kertas ljk yang diberikan Pak Gunawan melalui operan Gianita. Segera ia mengisi data pada lembar ljk tersebut, kemudian mengarsirnya.
Selesai, Dearni mulai membaca lembar soal bahasa Inggris yang diujiakan hari ini. Membaca setiap paragraf dan menandai jawaban pada lembar ljk. Sebelum ujung pensil yang dipegangnya menyentuh kertas. Mahera mengambilnya dengan paksa, membuat Dearni terkejut dan menatap sebal Mahera.
"Pinjem. Pensil gua ilang," jawab Mahera dengan santai. Dearni lalu, mengambil lagi satu pensil yang ia bawa di tempat pensil berbentuk kelincinya dan mulai menandai jawaban.
Tiga puluh menit berlalu, Mahera yang merasa bosan serta tidak mengerti harus menjawab apa memilih merebahkan kepalanya di meja. Memainkan tempat pensil berbentuk kelinci Dearni. Mengerakkan kepala kelinci, seperti sedang bermain boneka tangan. Dearni melirik Mahera, ia terlihat lucu.
"Apa liat-liat emang gua pisang," sahut Mahera. Dearni menyungingkan bibirnya, lalu kembali fokus mengerjakan.
Tidak lama berselang, Mahera yang memperhatikan Dearni yang sedang berbicara tidak jelas tanpa suara. Dearni yang merasa ada yang memperhatikan menolehkan kepala. Menangkap basah Mahera yang tengah memperhatikannya.
"Apa liat-liat emang gua pisang," ucap Dearni membalik perkataan Mahera. Mahera tersenyum sinis.
"Ngikutin aja lo!"
"Bodo amat."
"Eh iya ... Ngomong-ngomong tempat pensil lo lucu nih. Buat gua ya? Lumayan isinya juga banyak!" Dearni melotot mendengar ucapan Mahera.
"Engga! Enak di lo, ga enak di gua! Balikin kak!"
Dearni ingin mengambil tempat pensilnya dari tangan Mahera, namun ia telah lebih dulu mengerakkan tanganya memberikan tempat pensil tersebut ke Afat. Mahera memberikan tempat pensil tersebut ke Airin. Airin, lalu memberikan tempat pensil Dearni kepada Afat.
"Iiih ... Tempat pensil gua kak!" ucap Dearni kesal. Mahera memberi isyarat meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. Pertanda supaya Dearni diam. Dan melirikkan matanya ke arah Pak Gunawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...