20. Seek [romance]

303 41 0
                                    

Yesa merasa seperti anak hilang di kafetaria Fakultas Hukum yang luas dan penuh sesak. Meski tidak kenal seorang pun, dia punya sebuah misi penting untuk diselesaikan. Dia mulai celingukan ke segala arah, berusaha menemukan orang yang dicari. Di kejauhan, sesosok cowok tinggi tampak baru saja bangkit dari kursinya dengan sebuah nampan di tangan. Yesa buru-buru memanggilnya sekeras mungkin.

"YOGI!"

Mengabaikan puluhan pasang mata yang sekarang tertuju padanya, Yesa setengah berlari menghampiri laki-laki itu.

"Ini." Tanpa membuang-buang waktu, dia mengulurkan tas kertas yang sedari tadi ditentengnya. "Aku ke sini untukㅡ"

"Oh, astaga!" Yogi, orang yang menjadi lawan bicaranya, tiba-tiba berteriak heboh. Diletakkannya nampan yang dipegangnya di atas meja dan dilihatnya jam yang ada di pergelangan tangan. "Aku lupa ada jadwal bimbingan! Ru, nanti tolong sekalian bawain nampan bekas makananku, ya." Dia bicara pada Heruㅡsahabatnyaㅡyang duduk di seberang meja. Setelah itu dia menoleh ke Yesa dan memasang senyum tipis. "Nanti saja ya, Sa."

Setelah mengatakan itu, Yogi melesat cepat meninggalkan kafetaria. Yesa bahkan tidak memiliki kesempatan untuk membalas sepatah kata pun.

"Heru," Yesa beralih ke satu-satunya orang di meja tersebut. "Tolongㅡ"

"Kasih sendiri saja, Sa." Heru menyela perkataannya. Dia berdiri dan merapikan piring dan mangkok di atas meja, termasuk yang punyanya Yogi. "Nanti ke sini lagi, oke?"

Yesa harus menahan urgensi untuk menjejalkan tas tersebut secara paksa ke tangannya Heru.

***

Sebulan yang lalu, Yesa dan Yogi resmi putus setelah lebih kurang satu tahun menjalin hubungan. Selama enam bulan terakhir, cowok itu berubah menjadi terlalu sibuk dan nyaris tidak ada waktu untuknya. Pertemuan mereka yang hanya sesekali selalu diisi dengan Yogi yang tidak bisa lepas dari ponsel dan Yesa yang berusaha memaklumi jabatan baru pacarnya sebagai ketua BEM universitas.

Kurangnya komunikasi membuat mereka selalu bertengkar tiap ada kesempatan dan saat itulah Yesa merasa kalau putus adalah jalan keluar yang terbaik.

Minggu pertama pasca putus, Yesa mengembalikan semua hadiah dan barang yang pernah diberikan Yogi untuknya. Dia hanya ingin menghapuskan jejak cowok itu dari kehidupannya dan cepat-cepat move-on. Semuanya sudah dikembalikan ke Yogi, kecuali satu hal.

Jaket yang dia pinjam dari Yogi beberapa hari sebelum mereka putus.

Yesa sudah mencuci, menyetrika dan melipatnya seapik mungkin. Sudah dia masukkan pula ke sebuah tas kertas untuk diserahkan langsung kepada si pemilik.

Namun, benda yang satu itu sulit sekali untuk dikembalikan.

Yesa sudah bela-belain datang ke Fakultas Hukum yang posisinya paling jauh dari fakultasnya sendiri, tapi Yogi susah untuk ditemui. Sekalinya ketemu, cowok itu selalu punya belasan kondisi yang ujung-ujungnya membuat Yesa selalu membawa jaket itu kembali bersamanya.

"Maaf ya, Sa. Aku harus ketemu wakil rektor."

"Aku enggak bawa tas. Tahu sendirilah aku nggak biasa bawa tentengan. Bisa-bisa nanti ketinggalan di suatu tempat."

"Eh, hari ini mendung. Ya sudah, kamu bawa lagi saja. Takutnya hujan pas di jalan pulang."

Yesa tentu saja sudah mencoba menitipkan jaket itu ke sekretariat BEM dan ke teman-temannya Yogi, tapi jawaban yang dia terima sangat bervariasi.

"Wah, pak ketua lagi ke luar kota, ada pertemuan BEM se-Indonesia."

"Kalau ditinggal di sekre, nanti hilang."

"Jangan titip ke aku, Kak Yesa. Ingatanku udah kayak Dori."

Jadi Yesa harus bagaimana?

Sebenarnya dia bisa saja mengirimkan jaket itu ke kos-nya Yogi lewat go-send, tapi rasanya tidak enak kalau pakai cara itu.

Hari ini, Yesa kembali mendatangi fakultasnya Yogi dan menunggu mantannya itu di parkiran. Apa pun yang terjadi, jaket tersebut harus lepas dari tangannya saat itu juga. Dia tidak bisa menanggungnya lebih lama lagi. Hatinya masih saja sakit tiap kali melihat tas kertas berisikan jaket itu terpajang di kamarnya setiap hari.

Penantiannya berakhir saat melihat Yogi keluar dari gedung fakultas dan melangkah ke arah parkiran. Yesa menyelinap di belakang mobil cowok itu, berusaha untuk tidak ketahuan. Ketika Yogi membuka kunci dan masuk ke mobil, buru-buru dia membuka pintu samping dan ikutan masuk. Yogi jelas terlihat kaget melihatnya yang tiba-tiba menyerobot dan duduk di atas mobil.

"Ini!" tukasnya sambil mengulurkan tas kertas tersebut tanpa basa-basi, tidak peduli dengan ekspresi kebingungannya Yogi. "Jaketmu kukembalikan. Terima kasih."

Bukannya langsung menerima tas itu, Yogi malah mencondongkan tubuh ke arahnya, membuat Yesa gelagapan dan buru-buru memundurkan tubuh. Cowok itu ternyata meraih pegangan pintu yang ada di sebelah Yesa dan menarik pintu mobil hingga menutup.

"Tunggu-"

Yesa ingin protes, tapi dia semakin kehilangan kata-kata saat mantannya itu mengunci pintu mobil, menghambat aksesnya untuk melarikan diri.

"Kalau misalnya aku tetap enggak mau menerima jaket itu," Yogi memutar tubuhnya menghadap Yesa. "apa kamu bakalan terus mencariku?"

"Hah?" Otak Yesa tiba-tiba lemot, tidak bisa mencerna pertanyaan barusan.

"Kamu udah mengembalikan semuanya, Sa." Yogi menghela napas berat, sepasang matanya masih menatap Yesa lekat-lekat. "Kecuali jaket itu. Kalau kuterima sekarang, aku takut nggak bisa ketemu kamu lagi."

"Aㅡapa-apaan, sih?"

Yesa entah kenapa malah merasa salah tingkah. Dia cepat-cepat menaruh tas kertas itu di atas pangkuannya Yogi. Kemudian ditariknya tuas pengunci pintu mobil dan membukanya lebar-lebar. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, dia keluar, membanting pintu hingga kembali menutup dan berlari menjauh.

Jaket itu sudah lepas dari tangannya. Sekarang urusan di antara mereka sudah tuntas. Dia sudah tidak ada alasan lagi untuk menemui Yogi.

Tidak ada lagi.

Tapi kenapa memikirkan itu membuat hatinya terasa sakit?

Ponsel di kantongnya bergetar, pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Dari Yogi.

Kalau begitu, berarti sekarang giliranku yang mencarimu setiap hari.

***

TEMA 20:
"Buat cerita dengan prompt: 'Seseorang melakukan apa pun untuk mengembalikan benda yang dia pinjam'."

***

AKU SUKA TEMA HARI INIII!

Akhirnya Tia terlepas dari zona kegelapan dan kembali ke zona penuh keuwuan! Hohoho~

Love,
Tia

20 November 2019
21.26 WIB

[End] YestodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang