Lagi-lagi gadis itu masuk ke dalam dunia baru. Setiap dunia yang ia datangi memberi kesan berbeda, tapi dia tetaplah sama.
Mama memutuskan pindah kota lagi, berpikir jika berada dalam kota baru dengan suasana baru putrinya akan berubah. Apalagi mama juga membuka cabang hotel di kota yang sekarang mereka tempati.
Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Kenyataannya ide Mama ini hanya membuat Key kesal. Key menganggap ide Mama ini sangat konyol.
Ia hanya malas saja harus mengulang pelajaran tahun lalu karena ia gagal dalam Ujian Nasional. Ya, bisa di pastikan dia bolos saat ujian akan dimulai.
Toh dia sudah tidak minat sekolah lagi, jadi sia-sia saja Mamanya yang berusaha keras memindahkannya di sekolah baru.
Semuanya akan tetap sama.
“Jadi, ini sekolah baru gue?” gumam gadis itu ketika terhenti di depan gerbang sekolah dengan berkacak pinggang.
Matanya memindai gedung yang ada di depan sana. Besar, megah, bersih. Pikirnya.
Gerbang sekolahnya besar, lebih besar dari beberapa gerbang sekolah yang dulu ia tempati. Key pikir area sekolah ini sangat luas.
Keadaan sekolah sepi mengingat sekarang baru jam sebelas dan masih diadakan pembelajaran.
Key baru saja selesai mengurus perpindahannya. Seharusnya jam sepuluh dia sudah tiba di sini, tapi gadis itu meminta Pak Anton-sopirnya-untuk berhenti di restauran dulu jadi dia terlambat datang.
Sorot matahari di siang terik ini mengenai rambut gadis itu yang di cat warna merah bagian bawah dan dalam rambut. Begitu juga kukunya yang di cat warna hijau toska.
Key yakin saat itu juga dia tidak akan bertahan lama di sekolah ini. Paling satu minggu atau sepuluh hari dia akan disini, setelahnya dia akan say good bye dengan sekolah ini sama seperti mantan sekolahnya dulu.
Langkahnya perlahan masuk ke koridor yang sepi, melihat-lihat gedung sekolah ini. Rupanya sang mama kali ini benar-benar berniat membuat Key berubah.
Mama tak main-main sekarang.
Key berhenti ketika suara familiar menyeruak ke dalam telinganya.
Ia semakin mendengarkan dentingan itu yang terasa tak jauh dari tempatnya berdiri.
Dentingan itu adalah dentingan yang dulunya sering dia dengar bahkan dia mainkan dengan senang hati bersama sang Papa.
Ah, Key mengingat lukanya kembali.
Moonlight Sonata. Batinnya begitu saja mendengar alunan musik piano dari sebuah ruangan di koridor itu.
Entah atas dorongan siapa, gadis itu mendekat ke sumber suara. Ia menelusuri setiap ruangan sepanjang koridor.
Tepat di depan pintu ruang musik-yang terletak paling ujung-ia melihat cowok dengan seragam sama dengannya duduk membelakanginya tengah menekan tuts piano.
Cowok itu nampak lihai memainkan piano dengan jari-jarinya yang panjang.
Bukannya ini jam belajar? Lalu apa yang di lakukan cowok itu di sini?
Key jadi memperhatikan cowok itu lekat tanpa kedip. Ia malah semakin menikmati alunan piano pengenang lukanya.
Merasa di perhatikan, cowok itu berhenti, menoleh begitu saja ke arah pintu membuat pandangannya bertemu dengan Key langsung.
Key hanya diam, masih belum sadar.
Satu detik...
Dua detik...
KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Teen FictionPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...