47 | 🥀 Siswi Baru? ⚘

286 16 10
                                    

Sudah tiga hari ini Bima absen sekolah setelah dirinya masuk rumah sakit. Kondisi lelaki itu sebenarnya sudah membaik mengingat lukanya tidak terlalu parah, juga dia yang tak perlu sampai dirawat inap. Selama itu pula Nata uring-uringan, padahal sebelumnya dia sudah mengatakan kalau dirinya akan bersikap bodo amat terhadap Bima. Dari sini Nata menyimpulkan bahwa berkata jauh lebih mudah daripada melakukan.

Seperti pagi ini, Nata terlihat tidak bersemangat sambil sesekali menguap malas. Otak yang tidak bisa jauh-jauh berpikir tentang Bima membuat Nata frustasi. Dia berusaha melupakan, namun orang yang coba disisihkan nyatanya kenangannya susah disingkirkan.

"Ngapain lemes gini sih, Dek? Semangat napa! Cuman gara-gara Si brengsek aja lo jadi kayak gini." Megan mencibir Nata, kesal dengan sikap adiknya bak manusia tak punya harapan hidup.

Duduk diam tanpa menyahut, Nata bersikap santai seolah omongan Megan adalah semilir angin yang hanya sedap dinikmati sambil bertopang dagu. Tak mendapat sahutan, Megan geregetan dengan Nata hingga mencubit pedas lengan adiknya sampai mengaduh.

"Lo dengerin gue gak sih?" Nata menatap malas Megan yang wajahnya merah padam.

"Memang lo ngomong apaan tadi? Otak gue gak nyampek nih buat nangkep kata-kata lo." Dada Megan naik turun tak beraturan mendengar jawaban Nata. Jadi tadi dia capek-capek mencibir tapi yang disindir tidak mendengar, begitu?

"Allahu Akbar! Allah maha besar! Kuping lo di sumpelin apaan sih, hah?!" Megan mengepalkan kedua tangannya kuat tepat di depan wajah Nata, menjadikan gadis itu sebagai objek remasan.

"Kuping gue kak, astaga! Kalo budek lo mau tanggung jawab?" Nata menggosok kedua telinganya yang berdenyut nyeri. Decihan kesal meluncur dari bibir Megan, dia tak iba sama sekali dengan kuping Nata. Toh suaranya tidak terlalu keras kok, adiknya saja yang berlebihan.

"Ehh, Wooyyy! Ada anak baru cuy di kelas kita! Cewek sis, agak bule-bule gitu." Suara membahana Ina menarik perhatian seisi kelas tak terkecuali Megan dan Nata.

"Siapa woy!" Rio, Si biang onar langsung menyahut begitu mendengar kata 'cewek'. Mata lelaki itu bahkan jelalatan menatap pintu mencari-cari teman barunya.

Zidan--- teman sebangku Rio, langsung menjitak keras kepala lelaki itu melihat kelakukan bodoh temannya. "Kagak tau lah goblok! Itu kan anak baru, mana mungkin si Ina kenal." Rio berdecak kesal, balas menoyor sebal Zidan.

"Assalamualaikum anak-anak!" Suara Bu Hesti yang tak kalah menggelegar dari Ina membuat beberapa siswi kelabakan kembali ke tempat duduknya, tak terkecuali Dara yang baru datang hingga tergopoh-gopoh menuju bangkunya.

Perhatian seluruh murid terfokus pada seorang perempuan di belakang Bu Hesti. Para lelaki buaya berbinar melihat perempuan itu, sementara Nata terbelalak sambil menganga lebar. Segala cuitan dan berbagai godaan langsung memenuhi seisi kelas.

"Cuit-cuit!"

"Calon gue ini!"

"Abang tunggu di pelaminan Dek."

"Tampang lo terlalu minus buat doi yang plus!"

"Cantik banget njir! Bule lokal inimah!" Jitakan keras langsung mendarat di kepala Rio dari Zidan.

"Lo gak lulus SMP cuk? Mana ada bule lokal? Bego jangan dipelihara lama-lama." Cengiran bodoh Rio langsung tersungging saat Zidan menyahut.

Demi apa dia sekolah di sini? Nata membatin sambil mengucek matanya berkali-kali berusaha memastikan.

Melihat Nata menganga lebar, segera Megan menyenggol lengan adiknya itu menyadarkan. "Mulut lo dikondisiin Nat!" Bisiknya, perlahan membuat bibir gadis itu bergerak terkatup layaknya slowmotion.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang