Aiden membenarkan rambutnya yang berantakkan sehabis lari sana sini. Mukanya udah nggak kucel lagi. Kini mobilnya ada di depan rumah Kina. Ayo, Aiden. Lo jelasin semuanya ke Kina. Nggak ada waktu lagi. Senin lo udah di Jakarta.
Pas keluar dari mobilnya, Aiden terhenti karena seseorang keluar dari pagar.
Papanya Kina.
"Dek Deni???"
Aiden tersenyum kikuk, "Eh, Om, anu..."
"Nyari Kina ya? Kina nggak ada."
Aiden melebarkan matanya, "Hah? Nggak ada, om?"
Papanya mengangguk, "Iya... dikirain pergi sama dek Aiden, toh?"
Aiden jadi makin khawatir.
"Uh, enggak om... kalo gitu... Aiden pamit dulu, Om."
Papanya Kina tersenyum, "Mangga, Den. Oh iya, tadi anaknya dateng-dateng mukanya sembab. Terus izin pergi lagi, katanya lagi mumet."
Mumet.
Tiba-tiba Aiden teringat satu tempat.
Satu tempat kalo Kina lagi mumet.
Aiden mendekat, lalu salim sama Papanya Kina, "Makasih banyak Om!"
"Makasih kenapa?"
"Nggak papa, makasih aja, Om. Makasih udah ngelahirin Kina." Aiden langsung ngacir, masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan banyak pertanyaan di benak Papanya Kina.
"Ckckckc, anak jaman sekarang tuh ada-ada aja."
Aiden memacu mobilnya menuju daerah Dago. Ia yakin banget Kina ada disini. Dengan sabar, Aiden menyusuri jalanan Dago dengan mobilnya. Hingga ia menemukan satu sosok yang lagi jalan di trotoar, dengan headset di telinganya. Aiden tersenyum, ketemu.
Sehabis memakirkan mobilnya di BCA (sekalian ngambil uang), Aiden keluar, melihat dari jauh Kina yang lagi jalan santai di depan Rumah Sakit Borromeus. Karena langkah Aiden yang panjang, dia bisa dengan mudahnya menyusul Kina. Aiden Cuma ngikutin Kina aja di belakang. Menikmati setiap menitnya. Kinanya sendiri cuma jalan, sambil sesekali melihat hapenya.
Jalan Dago itu emang nggak pernah salah untuk menyegarkan pikiran Kina. Hari ini dia cukup overwhelemed sama apa yang terjadi. Lebih tepatnya, Aiden, sih. Kina jadi merasa bersalah banget udah ngediemin Aiden, tanpa memberi kesempatan Aiden untuk menjelaskan semuanya ke Kina. Kina baca semua puluhan WA Aiden yang Cuma dia read doang. Tapi gengsi Kina juga terlalu tinggi buat ketemu Aiden lagi. Gue ini emang bukan pacar yang baik.
Karena terlalu larut sama pikirannya, Kina sampe nggak sadar dia menabrak Aa-Aa yang megang kopi, terus kopinya tumpah. Kina mengerjap.
"Eh! Maaf, A, nggak sengaja!" Kina panik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
e·the·re·al #1: aiden ✔️
Fanfice·the·re·al /əˈTHirēəl/ something/someone of such pure beauty that it seems out of this world or heavenly "When he met her; it was completely ethereal" - Mimpi Kina itu jadi pengacara hebat yang bisa bantu-bantu orang kecil untuk mendapat keadilan...