Lembar 13

53 3 0
                                    

       Nayla dan Nabila sedang berjalan munuju kantin perjalanan mereka terhenti saat kak Yudi melewati mereka. Nabila dengan cepat menarik kak Yudi dengan tatapan penuh emosi, matanya memanas rasanya sebentar lagi ia akan menangis. Tapi, Nabila kuat menahan tangisnya.

"Eh apa nih narik - narik gue?" Tanya Kak Yudi.

"Lo harus minta maaf sama gue!!!" Pinta Nabila.

"Minta maaf buat apa?"

"Karena lo udah mainin gue!!!" Ucap Nabila langsung menampar pipi kak Yudi.

Plak!

      Belum sempat kak Yudi bicara Nabila sudah deluan pergi berlari meninggalkannya, Nayla yang melihat Nabila pergi langsung berlari mengejar Nabila. 

       Nabila menghampiri Ina yang sedang makan Bakso bersama putri. Ina dan Putri terkejut melihat Nabila datang - datang sudah menangis, Ia langsung melipat tanganya dimeja dan menunduk kepalanya biar orang lain tidak melihat dirinya yang sedang menangis. Mungkin Nabila memang sudah tidak tahan menahan tangisnya.

"Lo kenapa Nab?" Tanya Ina.

"Nay, Nabila kenapa?" Tanya Putri.

"Tadi ketemu kak Yudi" Jawab Nayla lemas sambil mengelus pundak Nabila.

"Terus, diapain?"

"Nabila nampar kak Yudi."

"Aelah baru ditampar doang, kurang nih kalo belum dikubur!!" Ucap Putri.

"Hushh... Put, gak boleh ngomong gitu!!" Ucap Ina sinis ke putri.

Nabila tiba - tiba membanting meja dengan tangannya yang mengepal.
"Sumpah iya gue masih gak nyangka hiks... kalo gue dijadiin barang darenya kak Yudi. Padahal gue cantik, pinter, berprestasi, manis, baik hati, sopan, lembut gak kasar huaaa." Ucap Nabila sambil menangis.

"Perasaan lo gak gitu." Ucap Ina. Putri langsung mencubit tangan Ina untuk mengcodein situasi.

"Sabar." Ucap Nayla.

    Nayla hanya bisa mengelus pundak sahabatnya yang sedang sedih itu. Ia melihat Adlan yang sedang bersama teman - temanya. Adlan melihat Nayla dan bertanya kenapa dengan menujuk Nabila dari jarak jauh, Nayla hanya menggeleng - geleng kepalanya untuk jawab pertanyaan Adlan. Walau Adlan tidak paham ia langsung menghiraukan dan ngobrol lagi dengan teman - temannya.

"Btw lo jadi mutusin Adlan hari ini?" Tanya Ina.

"Owh iya gue lupa. Hmm... Kayanya jadi."

"Mangat ayang ebeb." Ucap Putri.

"Gue gak yakin hikss.. Lo bisa putusin Adlan." Ucap Nabila yang masih menangis.

"Udah lo gak usah mikirin gue. Pikirin aja diri lo sendiri." Ucap Nayla.

"Tapi Nay Adlan itu..." omongan Nabila dipotong oleh Nayla.

"Sstt... Udah - udah jangan mikirin yang lain! Berhenti nangis kalo bisa!" Ucap Nayla. Tapi namanya juga lagi sedih susah buat Nabila berhenti nangis, ia terdiam terus manangis.

     Nayla mengirim pesan terhadap Adlan.

                                   *****

Nayla Gug gug ♧♡
Nanti pulang sekolah tunggu digerbang!
Ada yang pingin aku omongin.

Notip hp Adlan yang membuat Adlan langsung melihat ponselnya. Ia membaca chat dari Nayla langsung membuatnya tersenyum yang ia pikirkan Nayla rindu padanya.

"Apa iya yang mau dia omongin?" guman Adlan.

"Omongin apaan?" Tanya Ian yang disampingnya.

"Ini Nayla kasih pesan ada yang mau dia omongin ke gue pulang sekolah." Jawab Adlan.

"Bau - bau putus." Ucap Ewan yang menggosok hidungnya dengan jarinya.

"Kayanya ada yang mau putus nih." Ucap Ical sambil selfie dihpnya.

"Siapa yang mau putus?" Tanya Adlan.

"Lo!!" Jawab teman - teman Adlan serentak.

"Gue? dih gue gak mau iya!" Ucap Adlan.

"Haduh... Lo kok kaya polos apa bego? Itu kata omongin itu tandanya ngajakin putus." Ucap Ewan. Kepala Ewan langsung dipukul oleh Adlan.

"Kalo ngomong gak usah ngasal!!" Ucap Adlan yang udah memanas.
"Gak mungkin Nayla minta putus? gue gak ada buat salah." lanjut Adlan.

"Kali aja dia gak sayang lo." Ucap Ian
Yang langsung dijitak oleh Adlan.

"Enak aja lo ngomong gitu, Nayla tuh sayang sama gue."

"Emang dia pernah ngomong sayang ke lo?" Tanya Ian.

Setelah dipikir - pikir Nayla gak pernah ngomong sayang tapi Adlan tetap positif thinking terhadap Nayla.

"Udah - udah jangan ngomong gitu ke Adlan, kasian dia." Ucap Ical.

"Apa sih lo?" Ucap Adlan sewot.

Adlan langsung meninggalkan teman - temanya itu dengan penuh emosi. Ewan dan Ian merasa heran dengan Adlan.

"Udah biarin aja dia." Ucap Ical, yang mengerti apa yang dipikirkan Ewan dan Ian.

                               *****

        Bel pulang sekolah telah berbunyik. Adlan sudah berada didepan gerbang, ia menunggu Nayla. Gara - gara temanya bilang Nayla ngajakin putus Adlanpun akhirnya kepikiran jantungnya terus berdegum begitu keras, ia takut kalo benar akan diputusin.

        Sedangkan Nayla sedang berlatih berkata putus didepan jendela kelasnya.

"Adlan maaf iya kayanya kita udahan aja. Aku ngerasa gak cocok sama kamu."

"Jangan gitu ah kasar banget."

"Adlan aku mau putus!!"

"Hmm... Gak gak"

"Sebenarnya gue gak sayang sama lo, jadi kita putus aja." Nayla menggeleng kepalanya

"Gue sebenarnya suka sama cowok lain."

Nayla menggeleng kepalanya lagi seperti tidak ada kalimat yang pas untuknya, ia melirik keluar jendela terlihat Adlan yang sudah menunggunya didepan gerbang.

    Nayla langsung keluar kelas dan menuju gerbang sekolah. Ia menatap Adlan, Adlan menatap Nayla yang sedang berjalan menujunya. Adlan dan Nayla sama - sama jatungnya berdegum kencang mereka sama - sama sedang merasa takut.

     Adlan takut kalo misalkan Nayla benar - benar ingin mangajaknya putus sampai - sampai tanpa sadar ia melirik Nayla dengan tatapan dingin. Sedangkan Nayla ia takut karena tatapan Adlan sepertinya suasana hati Adlan tidak baik hari ini.

"Adlan." Panggil Nayla yang sudah didepan Adlan.

"Apa?" Jawab Adlan dingin.

"Aku mau kita... " Ucap Nayla

Adlan dan Nayla sama - sama berdegum kencang jantung mereka.

"Pulang bareng." Lanjut Nayla tersenyum miris.

"Ok." kata Adlan yang senyumnya sudah kembali. Adlan merasa lega karena Nayla ingin pulang bareng bukan ngajakin putus. Nayla hanya merasa kaku ia langsung menggandeng tangan Adlan sambil tersenyum palsu.

"Kita pulang barengnya naik angkot iya sayang." Ucap Adlan.

"Iya gapapa."

"Mungkin bukan hari ini kita putusnya."
Batin Nayla.

       

I Expect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang