Blackmailed

4.8K 50 2
                                    


 'Ding'

Sebuah notifikasi mendentingkan speaker smartphoneku, memecah perhatianku, dari Music Video Taylor Swift ke layar notifikasi kecil di atas video Youtube yang kutonton. Nomor yang tidak kusimpan terpampang di bagian atas notifikasi pesan Whatsapp. Notifikasi itu swipe ke atas dan kubiarkan, aku lebih memilih melanjutkan menonton MV Taylor daripada menanggapi nomor tidak dikenal. Pesan-pesan susulan datang dan benar-benar menggangguku. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk membacanya secepat mungkin.

'Jen. ini kamu?'

Hanya kata itu yang terpampang dalam pesan WA, dilanjutkan deretan hasil screenshot foto-foto nude yang kupajang di akun alter Twitterku. Perasaan was-was mulai menghantui ketika mengetahui bahwa nomor ini mengetahui nama asliku, Twitter alterku, dan nomor WA pribadiku. Apakah orang yang kukenal? Fotonya tidak ada dan namanya hanya bertuliskan ~A. Bagaimanapun aku harus bisa menyangkalnya.

'Hah, enggak tahu. Kamu siapa ya? Kok kirim-kirim gambar beginian ke aku?' Jawabku pura-pura tidak tahu.

'Benar kan kamu Janice'

'Hahaha siapa aku tidak penting'

'Jangan pura-pura tidak tahu'

'Aku tahu akun ini milikmu'

Aku terhenyak. Bagaimana dia bisa menemukanku? Bahkan sampai WA pribadiku. Aku kembali membuka akun Twitter alterku. Memang terdapat sejumlah foto nude ku di sana. Tapi tak ada satu pun foto yang menampilkan wajahku atau twit yang mengandung nomor apapun.

'Di read doang?'

'Takut ya?'

'Tenang saja, tidak akan kusebar'

'Kalau kamu menemuiku'

Shoot, a blackmailer. Jemariku cepat menyentuh pilihan 'Block'. Dia tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan dariku. Tidak akan pernah. Lagipula dia tidak mempunyai bukti yang cukup kuat dan orang-orang yang aku kenal. Case closed.

Ah, tapi aku masih belum tenang. Ketidaktenanganku terjawab ketika notifikasi dengan nomor yang tidak kukenal kembali menghiasi layar WA-ku. Orang yang sama, nomor yang berbeda.

'Jangan kira dengan block nomorku kamu bisa kabur'

Dia mengirim screenshot penuh dengan seluruh data pribadiku, mulai nama, alamat rumah, universitas, NIM, sosial media, bahkan kontak keluarga dan teman-teman dekatku. Bagaimana bisa dia memperoleh semua data pribadiku? Hacker?

'Aku yakin keluargamu pasti mengenal tempat ini'

'Bisa kamu bayangkan kalau aku mengirim foto ini pada orang tuamu? Atau ke alamat rumahmu?'

Sebuah foto nude dengan latar belakang tembok kamarku beserta dengan jajaran boneka-bonekaku turut terpampang pada foto tersebut. Argh! Bodoh sekali bisa-bisanya aku foto di tempat yang bisa jadi familiar oleh keluargaku, di kamarku sendiri.

Peluh mulai menghiasi kepalaku. Dia bukan blackmailer sembarangan yang sering kutemui dari bermain alter. Dia benar-benar mempersiapkan semuanya untuk menyerangku. Gawat.

'Kamu mau apa?'

Sebuah screenshot e-ticket TIX ID terpampang pada layarku. Spiderman: Far From Home, jam 14.40, Studio 1 Tunjungan Plaza 5 kursi E7. Dia susah-susah mencari informasi tentang aku hanya untuk mengajakku nonton film? Dasar, dia ingin kencan ternyata. Pasti orang bodoh yang tidak pernah merasakan kencan seumur hidup hingga harus memblackmail hanya untuk kencan. Such a loser.

Insert Characters Short StoriesWhere stories live. Discover now