Chapter IX (Awal Permulaan)

271 9 0
                                    

Dua hari sudah aku tidak masuk kantor, semenjak kejadian kemarin, kondisi tubuhku semakin melemah, kepalaku terasa sangat berat, dan nafas mulai sedikit sesak, khawatir dengan kondisiku yang semakin buruk, hari itu Mas Nur dan Andi datang menjengukku disela sela jam istirahat mereka, "Ga, kondisi kamu makin menurun, sebaiknya kami antar kamu ke rumah sakit dekat sini, saya sudah minta izin bu Ayu tadi pagi, hari ini kita izin pulang setengah hari, mau mengantarkan kamu ke rumah sakit" Ucap Mas Nur seraya menepuk pundakku yang terasa lemah, "Itu lah Mas, dari kemarin sudah aku bilang ke rumah sakit, biar tau sakitnya apa" timpal Andi sambil memberikan minum untuk Mas Nur yang duduk disamping ku, memang dari kemarin Andi menyuruhku ke rumah sakit, tapi aku selalu menolaknya, toh aku hanya tidak enak badan saja, mungkin aku hanya masuk angin. "..." Aku hanya tersenyum menanggapi Mas Nur dan Andi yang khawatir melihat kondisiku yang semakin melemah.

Karena terus dipaksa oleh Mas Nur dan Andi, mau tidak mau aku akhirnya pergi ke rumah sakit terdekat, Mas Nur menelpon Pak Yadi untuk mengantarkan kami ke Rumah Sakit, beruntung rumah sakit cukup sepi hari itu, tidak lama menunggu, akhirnya aku masuk ruang periksa, dan hasilnya ternyata aku positif Typus.

Satu minggu sudah aku menginap dirumah sakit, ingin rasanya aku pergi saja dari sini jika kondisiku tidak selemah ini, "Kamu istirahat saja Ga, supaya kamu cepat sehat kembali" dengan Senyum khasnya Bu Ayu memberikan ku semangat, dia datang dengan Andi sambil membawa sekeranjang buah segar yang terlihat begitu pucat dimataku, "Semua biaya administrasi, kantor yang bayar, kamu fokuskan pemulihan tubuh kamu saja, jangan memikirkan hal lain" sambungnya masih dengan senyumnya yang terlihat begitu anggun, "Terima kasih banyak bu, insya allah saya sudah sehat, mungkin sore atau besok pagi saya sudah di izinkan pulang" aku membalas bu ayu sambil mencoba bangkit dari ranjang rumah sakit ini, sudah bosan setiap hari aku hanya bersandar dan beristirahat di ruangan ini, karena aku sudah merasa pulih seperti sebelumnya.

Satu bulan sudah aku kembali aktif berkerja dikantor, tidak terlalu banyak perubahan saat aku tidak masuk satu minggu kebelakang, aku telah kembali ke rutinitasku, berangkat pagi, pulang sore, malam harinya aku kembali ke aktifitas lembur mengejar laporan yang semakin banyak deadline, aku nikmati hari hariku demi terkumpulnya rupiah demi rupiah.


***


"Selamat Pagi, Arga, Andi" Mas Nur menyalami kami satu satu dengan wajah yang begitu ceria, tidak biasanya sepagi ini dia sudah memasang senyum terbaiknya "Selamat Pagi Mas, tumben pagi pagi sudah datang" Andi membalas menyalami mas Nur sambil kembali memperhatikan laporan di laptop yang akan kami persentasikan hari ini, "Iya, saya ada janji pagi sekali dengan Bu Ayu, ada hal yang ingin saya sampaikan" timpal mas Nur sambil membawa secangkir kopi panas ditangannya "Wah penting sekali sepertinya mas, sampai harus pagi sekali" aku menimpali Mas Nur yang mulai meminum kopi panasnya, "Iya, sebelumnya saya mohon maaf bila selama ini tidak bisa mendidik kalian dengan baik, hari ini saya mengundurkan diri dari perusahaan ini, istri saya minta pulang ke Jawa, mungkin saya akan cari kerjaan baru disana" dengan panjang lebar Mas Nur menceritakan apa yang akan di obrolkannya hari ini dengan Bu Ayu, "Apa Mas? Mas mengundurkan diri?" Andi mengulang ucapan Mas Nur seolah tidak percaya, ya, karena Mas Nur sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri, jelas kami akan kehilangan sosok kakak yang selama ini selalu membimbing kami disini.

"Kalian baik-baik ya disini, semoga kalian semua bisa sukses, sore nanti pesawat kami akan membawa kami ke Jawa" dengan air muka yang sedu, Mas Nur dan Mba Sri berpamitan kepada kami, aku hanya bisa menyalami dan mendoakan yang terbaik untuk kedua orang yang ku anggap kakak angkatku itu.


Hari berganti hari, bulan berganti bulan, kami terus jalani bekerja di perusahaan ini, karena kondisi kantor yang kurang baik, kami ditipu oleh salah satu supplier batu bara hingga devisit hampir 3 milyar, membuat mau tidak mau Pak Andri harus menutup perusahaan, tanpa uang pesangon atau biaya untuk memulangkan kami ke tanah Jawa, hanya permintaan maaf yang disampaikan Pak Andri, tidak ada umpatan dalam hati dengan kejadian ini, karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok hari.

Malam KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang