"Ada apa Dea? Kenapa teriak-teriak?" tanya mama Artha kepada adik Artha yang bernama Dea.
Dea sekarang masih bersekolah kelas 3 sd. Namun, anak itu sudah cukup mengerti tentang apa yang dilakukan oleh kakaknya dan teman kakaknya yang merupakan tetangganya itu.
"Itu Ma! Kak Artha tadi pelukan sama Kak Sheila!" ucap Dea menggebu-gebu.
Sheila dan Artha langsung menghampiri ruang tamu, tempat adiknya mengadu kepada mamanya sekarang ini.
Mamanya yang sudah mengerti kedekatan antara keduanya, hanya tersenyum saat kedua insan itu menatapnya dengan salah tingkah.
"Kalian habis ngapain kok pelukan segala? Udah jadian ya?" tanya Mama Artha sambil tertawa kecil.
"Apaan sih, Ma! Tadi aku sama Sheila habis berantem terus kita baikan, jadinya ya pelukan gitu." jelas Artha.
"Iya, Ma. Tadi kita habis baikan bukan jadian." tambah Sheila sambil memelankan kata terakhir yang ia ucapkan.
Sheila memang memanggil mama Artha dengan panggilan mama, karena mama Artha menyuruhnya memanggil seperti itu.
"Iya deh, Mama percaya." ucap mama Artha.
"Ya udah, Ma. Sekarang udah malam jadi Sheila mau pamit pulang." pamit Sheila.
"Kamu pulang sendiri? Gak mau dianter Artha?"
"Ya ampun, Ma! Rumah Sheila cuma di sebelah, gak perlu dianterin segala."
"Gue anterin juga gak papa." tawar Artha.
"Gak perlu, Tha. Gue bisa pulang sendiri."
"Ya udah, hati-hati!"
"Iya. Ya udah kalo gitu aku pulang duluan. Assalamualaikum." pamit Sheila lalu berjalan meninggalkan rumah Artha.
***
Hari ini Sheila berangkat seperti biasanya, saat berjalan menuju kelas Sheila berpapasan dengan Varo.
Varo yang menyadari kehadiran Sheila hanya bisa menatap gadis itu, tanpa berani menyapa terlebih dahulu.
Sejujurnya ia masih mempunyai perasaan kepada Sheila, namun penolakan Sheila kemarin membuatnya bertekad untuk menjaga jarak dengan gadis itu.
Entahlah, ia juga bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Ia tidak tau apa yang akan ia lakukan kedepannya.
Saat memasuki kelas, Varo harus melewati meja Sheila yang otomatis pandangan mereka bertemu. Hanya 2 detik kedua pasang mata itu beradu tatap, sebelum Sheila mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Shei, lo beneran udah gak ada apa-apa sama Varo?" tanya Vanya.
"Iya, gue udah gak ada apa-apa sama Varo, tapi kemarin dia bilang kalau dia masih sayang sama gue."
"Terus lo jawab gimana?"
"Ya gue bilang kalau lebih baik kayak gini aja, gue lebih nyaman sahabatan sama dia."
"Terus kenapa dulu lo nerima dia?"
"Gue juga gatau, ya jujur aja gue baper sama perhatian dia ke gue dulu. Wajar kan gue baper, gue juga cewek."
Vanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya wajar aja sih kalo lo baper."
"Udahlah biarin kayak gini aja."
***
Saat istirahat Sheila, Vanya, Bara, Ken, Varo, dan Artha menuju kantin bersama. Seperti biasanya mereka duduk dimeja yang sama.
"Kalian mau pesen apa? Biar gue pesenin."
"Tumben lo baik, Ken?" ucap Bara heran.
"Yaelah, mumpung gue lagi mood ini."
"Yaudah gue mie ayam sama es jeruk." pesan Bara
"Samain." ucap yang lain bersamaan.
"Oke, ditunggu ya pesanannya kawan-kawan."
Setelah Ken mengantri untuk membeli makanan, suasana di meja itu menjadi canggung, tidak ada yang berani memulai percakapan.
Selama duduk di meja kantin Artha hanya bermain game di ponselnya. Varo dan Bara pun tidak mengerti bagaimana cara mencairkan suasana ini.
Biasanya jika dalam suasana seperti ini, maka Ken lah yang akan mencari topik pembicaraan, karena dia memang orang yang ceria dan supel.
Sheila dan Vanya hanya diam dan saling memandang, tidak tau suasana seperti apa yang mereka hadapi ini, mengapa rasanya canggung untuk memulai percakapan.
Setelah lama acara diam-diaman Vanya pun memulai percakapan.
"Kalian kenapa sih? Kok jadi canggung gini."
Varo menghendikkan bahu. "Gatau, lo sama Shei juga diem aja dari tadi."
"Udahlah anggep aja kalian ini sahabat, anggap kalian gak pernah menjalin hubungan itu gak ada kalau sama kita-kita. Itu masalah pribadi kalian, jangan dibawa-bawa ke persahabatan kita."
"Gimana gue gak nganggep adanya hubungan itu, sementara gue masih punya perasaan sama temen lo itu." ucap Varo sambil menatap Sheila.
"Tapi lo udah nyia-nyiain Sheila!"
"Gue tahu! Karena itu gue mau memperbaiki kesalahan gue sama dia, gue bakal perbaiki diri gue."
Sheila yang merasa jengah pun ikut menanggapi. "Percuma, udah kelewat. Lupain aja semuanya. Gue akan lebih baik kalo lo gak berharap lagi ke gue."
"Shei!"
"Udhalah, Ro."
Artha yang kesal karena konsentrasinya terganggu saat bermain game berniat untuk meninggalkan kantin.
"Gue cabut, ntar mie ayamnya kasih Ken aja."
"Gue ikut, Tha!"
Sheila mengikuti Artha yang pergi ke arah perpustakaan. Ia sudah menduga bahwa Artha akan kesana karena wifi di perpustakaan sangat lancar, sehingga gamers seperti Artha akan betah berada di perpustakaan.
Ternyata suasana di perpustakaan sangat sepi, hanya ada beberapa anak yang sedang membaca buku dan mengerjakan tugas.
Artha berjalan menuju kursi paling pojok di perpustakaan, Sheila mengikuti Artha dan duduk di sampingnya.
"Ngapain ikut gue?"
"Gak papa, gue lagi males di kantin."
"Yaudah, sekarang lo mau ngapain disini?"
Sheila menghendikkan bahu. "Baca-baca buku mungkin."
"Lo sebenernya masih suka nggak sih sama Varo?" tanya Artha tiba-tiba.
"Kalo sekarang kayaknya udah biasa aja."
"Gak ada niatan buat balikan sama dia?"
"Lo pengen gue balikan sama dia?" tanya Sheila balik dengan heran.
"Bukan gitu, Shei."
"Ya udahlah, terserah maksud lo apa nanya kayak gitu."
"Gak marah, kan?"
"Enggak kok. Biasa aja."
"Yaudah gue mau tidur, lo disini aja."
"Hm"
"Oke, gue tidur dulu. Kalau udah bel bangunin gue."
"Iya."
"Pulang bareng sama gue."
Setelah mengatakan itu Artha menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Sheila bingung, maksud Artha apa mengatakan itu.
Sheila mencoba berpikir mungkin dia lagi baik aja makannya nawarin pulang bareng. Akhirnya Sheila beranjak untuk memilih buku yang akan dia baca.
***
Vote and comment
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORA
Teen Fiction"Lebih baik terluka daripada melukai orang lain." -Artha Naradipta Radeva "Ikuti kata hatimu. Jangan biarkan pikiran dan hatimu tidak sejalan." -Alvaro Argi Naruna "Aku tidak ingin mematahkan hati siapapun." -Adsheila Nanda Savita Start [8-11-2019]