Changbin melongok ke ruang kerja Seungmin, mendapati sang tuan tengah berkerja dengan komputernya, pantas saja Seungmin tidak memiliki kekasih, pria itu selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Padahal kalau dilihat, kekayaan Seungmin itu sudah lebih dari cukup untuk pria seusianya, Seungmin bahkan bisa membeli rumah yang lebih besar dari yang ia tempati sekarang dan menikah dengan seseorang, yang pantas tentu saja. Dan Changbin rasa, seseorang itu bukan dirinya.
Ayolah, ia bukan siapa-siapa, hanya 'barang' yang dibeli dengan harga murah, mantan pekerja seks, dan lagipula Changbin merasa tak pantas. Selalu ia berkata pada diri sendiri ketika sang tuan bersikap baik padanya, "Dia terlalu berlian untuk aku yang hanya recehan." Benar, seperti itulah yang seharusnya.
Perkataan Seungmin tempo hari tak mau Changbin ambil hati, itu murni hanya sebuah ucapan spontan karena ia berhasil memuaskan Seungmin, yang semuanya berawal dari nafsu, dan juga akan terus berjalan hanya berdasarkan nafsu pula. Cinta itu apa? Apakah semacam kerupuk udang atau kerupuk kulit? Changbin tak mau tahu.
"Kenapa kau berdiri disana?" Tegur si pemilik rumah tanpa melihat pada Changbin, ia membenarkan kaca mata yang bertengger di hidung bangir miliknya, sembari menyugar rambutnya dibiarkan memanjang.
"Hanya memastikan kau tidak mati karena melihat benda itu selama seharian penuh. Ini hari libur, seharusnya kau juga berlibur. Bukan malah kembali bekerja." Changbin memasuki ruangan tersebut, menutup pintu dengan pelan. Lantas menghampiri Seungmin.
"Ini kegiatan libur ku, yang menghasilkan uang. Tidak seperti kau, hanya tidur seharian seperti beruang. Pantas saja badanmu lebih berat dari karung beras." Changbin mencebik, ia menopang kedua tangannya di atas meja Seungmin. Memperhatikan layar komputer Seungmin yang semuanya berisi kalimat-kalimat kecil, dan Changbin tak mau tahu itu tulisan apa.
"Dulu sebelum kau membeliku, kegiatan libur ku juga menghasilkan uang. Namun caranya kotor dan menjijikkan. Kau tahu, melayani setiap pria tua hidung belang dan menghisap kemaluan mereka. Aku ingin muntah jika mengingatkannya." Gerak tangan Seungmin terhenti mendengar ucapan Changbin, pria itu memandangnya tanpa ekspresi.
Changbin tersenyum, ia tahu Seungmin tidak akan membentaknya karena ia berbicara sesuatu yang kotor. Tatapan datar itu berarti bahwa Seungmin mempunyai empati terhadapnya. "Aku baik-baik saja, lagipula aku tidak lagi melakukannya." Seungmin tampak menghela nafas.
"Duduk disini." Suara tanpa emosi itu Changbin balas dengan anggukan ringan, ia segera melakukan perintah yang di katakan oleh Seungmin untuk duduk di pangkuan pria itu. "Lain kali, aku akan menghukum mu kalau kau mengungkit cerita sedih mu itu. Kau tahu, aku tidak akan berbelas kasih padamu, nak" Seungmin melingkarkan tangan kanannya ke pinggang Changbin, menarik tubuh itu agar semakin mendekat padanya.
"Terimakasih." Seungmin kembali diam, ia memperhatikan raut wajah Changbin dari layar komputernya, meski samar, anak itu tampak begitu hancur dibalik senyumnya. Dibalik semua perkataan tegar nya, entah kenapa Seungmin merasa bahwa dirinya tahu betul bagaimana perasaan anak itu.
"Simpan rasa terimakasih mu itu nak, aku tidak sebaik yang kau pikirkan. Bisa saja kau hanya kujadikan pemuas nafsu ku saja, kau tahu itu kan?" Changbin mengangguk pelan.
"Oleh sebab itulah aku mengatakan terimakasih padamu, karena setidaknya aku yang tidak apa-apa nya ini bisa berguna. Lagipula harga diriku sudah kau beli, jangankan menjadikan ku sebagai boneka seks mu, kau jadikan aku budakmu pun aku tak keberatan." Seungmin memutar tubuh Changbin, agar berhadapan dengannya. Lantas menyilangkan kedua tangannya di pinggang anak itu. Seungmin merasa sedikit takjub, tak ia temukan pilu dimata itu, atau memang tak begitu kentara?
"Kau masih ingat perkataan tempo hari? Kau pikir kenapa aku mengatakannya padamu? Orang yang bahkan baru kutiduri sekali, padahal bisa saja aku mencari orang lain yang lebih baik darimu, dan menikahi orang itu daripada kau." Bilah tajam itu menusuk tepat pada cokelat Changbin, menelisik ke dalam korneanya, memberikan sensasi aneh pada dirinya.
"Kurasa karena itu hanya spontanitas dirimu yang merasa puas karena ku, semua orang yang pernah menyetubuhi ku pun mengatakan hal yang sama. Namun kadang pemilihan katanya berbeda, seperti 'mati kau jalang.' atau 'lubang pantatmu indah'. Semua itu hanya spontanitas, tidak lebih. Aku tidak tahu bagian mana dari pantatku yang indah, apa dia melihat pekarangan bunga disana--umm."
Seungmin membungkam mulut nya dengan sebuah ciuman, memberikan sesapan kasar disana. Menarik tengkuk itu intens, sedang tangannya yang lain mencengkeram pinggang yang lebih muda. Meraup ranum itu seluruhnya, kecipakan basah memenuhi ruangan kerja Seungmin. Changbin sama sekali tak membalas, ia biarkan Seungmin melakukan apapun pada persiknya. Matanya terbuka sendu, memperhatikan bagaimana Seungmin menciumnya dengan berbeda, kasar namun terasa tulus.
Selama ini yang ia lakukan hanyalah menahan air matanya, bahkan ketika ia ingin menangis, tak pernah ia perkenankan cairan pedih itu membasahi wajah. Meski tangisnya sudah menumpuk di pelupuk, semua itu akan ia simpan kembali. Tak ingin membiarkan orang lain tahu, bahwa dibalik sikap angkuh dan kuat yang ia tunjukkan itu sebenarnya terdapat perih yang ia timbun sejak lama. Dan hari ini, di depan orang asing yang lebih arogan darinya, adalah satu-satunya orang yang akan melihat tangisnya jatuh. Melihatnya sisinya yang rapuh. Hatinya yang meluruh.
"Kau harus tahu, kau itu berharga. Dan orang sepertiku, merasa beruntung karena bisa mengenalmu. Kau itu mahal, nak. Seo Changbin lebih dari sekedar berlian."
Changbin mencengkram pakaian yang dikenakan oleh Seungmin, lantas menenggelamkan wajahnya di dada pria itu. Ketika itu, rasa sesak pada dada, nyeri pada hati, tercekik pada leher, seolah sirna. Ketika bendungan itu runtuh, rasanya seolah membasuh luka menganga pada hatinya.
Isakan mulai mulai keluar dari bibirnya, terdengar pedih namun melegakan. Seolah rantai yang selama ini membelenggu hancur berkeping-keping, tergantikan oleh lilitan hangat sebuah selimut pada tubuhnya. Dimana memberikan rasa nyaman bahkan ketika isakannya makin terdengar.
Seungmin menggenggam tangannya, erat.
-tbc-
I told you, Seungmin is the hottest boy with that hair cut :")
KAMU SEDANG MEMBACA
[15]Mr Kim [Kim Seungmin & Seo Changbin] Short Story | 18+✔
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Seungmin kira sikap heroiknya berujung sia-sia. Namun kalau dipikir-pikir, boleh juga. . Warning ⚠ BXB berisi mature content Changbin bottom!! Seungmin top! crack pair! 🔞 percayalah! Age exchanged