Bab 46

2.5K 360 15
                                    


"Mas Rega."

Rega tersenyum melihat Prilly dan Reza disana sampai tiba-tiba keningnya mengernyit saat melihat Mona sedang bersimpuh dengan menekuk kedua lutunya dihadapan Prilly.

"Dek kamu ngapain?"Tanyanya sambil menghampiri Mona. "Bangun! Ngapain sih?"Rega berusaha memegang kedua ketiak Mona agar gadis itu bangun namun Mona justru berontak.

"Iihh Mas. Lepasin! Aku nggak akan bangun sebelum Kak Prilly maafin Mas Al dan balik lagi sama Mas Al."Ucap Mona sambil melepaskan kedua tangan Rega di ketiaknya.

"Iya kamu boleh berusaha tapi nggak sampai gini juga dong Dek. Malu dilihat orang. Udah bangun aja kita bicarakan baik-baik."Rega terus memaksa Mona untuk berdiri hingga keduanya berdebat tanpa menyadari pandangan aneh yang dilayangkan Prilly dan Reza.

"Ini perasaan aku aja atau Abang juga ngerasa ada sesuatu diantara mereka Bang?"Tanya Prilly tanpa mengalihkan pandangannya dari Rega dan Mona yang berdebat dan entah kenapa terlihat begitu manis dimata Prilly.

"Mas juga ngerasa begitu Dek. Pasti ada sesuatu diantara mereka."Sahut Reza yang juga berfokus pada Mona dan Rega.

"Udah! Udah jangan berantem lagi."Prilly melerai perdebatan Mona dan Rega saat melihat keduanya sama-sama mempertahankan ego masing-masing dan tidak ada yang berniat mengalah.

"Kita bicarakan semuanya baik-baik gimana Dek? Kamu setujukan?"Prilly bertanya pada Mona yang segera mendapat anggukan setuju dari gadis itu.

"Tuhkan! Mas bilang juga apa semua bisa dibicarakan baik-baik."

"Ya tapikan nggak ada salahnya aku berusaha Mas. Toh aku begini karena aku sayang sama Mas Al dan Kak Prilly."Balas Mona tak terima niat baiknya seperti disalahkan oleh Rega.

Rega baru akan menjawab namun Reza terlebih dahulu memotongnya. "Yaudah kita duduk disini saja atau taman?"

"Taman."

"Disini aja."

Prilly dan Reza mengulum senyum saat Mona dan Rega menjawab bersamaan dengan pendapat berbeda.  Keduanya nyaris kembali berdebat namun Prilly terlebih dahulu menengahi mereka.

"Kita bicara disini saja gimana? Bisa sekalian makan kayaknya mie goreng disini enak deh Mas. Jadi pengen."Prilly mengusap perutnya sambil menoleh menatap Reza sebelum menatap Mona dan Rega yang terpaku menatap perut Prilly.

"Ja..jadi Kak Prilly beneran hamil?"Mona tanpa sadar berbicara dengan mata masih berfokus pada perut Prilly.

**

"Mas Al selama satu minggu terakhir ini mual dan muntah terus Kak."Cerita Mona setelah mereka duduk berempat disatu meja dipojokan kantin.

Prilly yang duduk nyaman diatas kursi rodanya sontak menegakkan tubuhnya menatap Mona penuh minat. "Maksud kamu gimana Dek?"Tanyanya penasaran.

Mona baru akan menjawab saat tiba-tiba penjaga kantin datang. "Mau pesan apa Mbak? Mas?"Tanyanya ramah.

"Saya mie rebus pedas ya Buk."Prilly menjawab penuh semangat. "Minumnya air mineral aja."sambungnya lagi.

"Saya kopi hitam aja Buk."jawab Reza.

"Saya jus mangga sama nasi deh. Tiba-tiba jadi lapar."Kata Mona sambil mengusap perutnya seperti yang dilakukan Prilly tadi.

Sontak mereka semua tertawa terlebih Rega yang duduk disebelah Mona tidak tahan dengan cengerin lucu gadis itu hingga tangannya terangkat lalu mengusap lembut kepala Mona.

Mona seketika merasakan rasa panas menjalar ke pipinya dengan cepat dia menundukkan kepalanya sedangkan Prilly dan Reza saling lirik sambil mengulum senyum mereka. Rega sendiri cuek saja toh dia tidak berniat menyembunyikan ketertarikannya pada Mona dari siapapun.

"Ekhem! Kayaknya ada yang udah move on nih!"Sindir Reza sambil bersiul-siul menggoda Rega yang terlihat biasa saja.

"Ya kan tujuan kita hidup adalah masa depan bukan masa lalu."sahut Rega kalem.

"Emang Mas Rega move on dari siapa?"Tanya Mona yang tiba-tiba merasa penasaran dengan kehidupan percintaan Rega.

"Tuh dari Kakak ipar kamu."Jawab Reza sambil menunjuk Prilly dengan dagunya. "Cuma sekarang kan Prilly udah jadi istri Mas kamu ya sudah seharusnya Rega move on dong."sambung Reza lagi tanpa memperdulikan suasana yang tiba-tiba terasa canggung.

Mona menatap Prilly dan Rega bergantian sebelum memalingkan wajahnya. Dia tidak tahu kalau Rega dan Prilly pernah terlibat urusan cinta tapi kenapa Rega bisa sedekat itu dengan Mas Al kalau mereka pernah mencintai wanita yang sama.

"Semua yang sedang terputar di otak kamu tidak sepenuhnya benar. Nanti, Mas akan ceritakan semuanya. Yang terpenting sekarang Mas cintanya sama kamu bukan Prilly atau wanita manapun. Ngerti?"Kata Rega lembut namun penuh ketegasan. Seolah Rega sedang menegaskan kalau di antara dirinya dan Prilly sama sekali tidak memiliki hubungan apapun.

Mona menganggukkan kepalanya dengan patuh. Tangan Rega kembali mengusap kepalanya dan wajah Mona kembali memerah karena malu dan juga rasa gugup yang menderanya.

Mona benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, kenapa Rega bisa membawa pengaruh besar pada dirinya?

Prilly dan Reza kembali saling tatap sebelum Prilly berdehem hingga menarik perhatian Rega dan Mona. "Udah sayang-sayangannya? Jangan didepan aku kenapa sih? Jadi pengen dielus juga kan aku."sungut Prilly pura-pura merajuk tapi perihal keinginannya ingin dielus itu sungguh-sungguh dia inginkan hanya saja tidak mungkin untuk dia dapatkan setidaknya tidak untuk saat ini.

"Ya lo temui laki lo lah!"

"Abang Eja! Aduin Mas Abi lo?"Ancam Prilly dengan menuding jari telunjuknya kehadapan Reza. Sedangkan yang ditunjuk hanya cengengesan tak jelas. "Ya kan nggak sengaja. Khilaf Abang."

Keluarga Reza terutama Soraya memang melarang keras anak-anaknya berbicara dengan menggunakan kata 'lo-gue' terlebih sesama anak-anaknya. Meskipun dikehidupan luar mereka -anak-anak Soraya- sama sekali tidak mematuhi larangan Ibu mereka.

"Yaudah setelah makan kita langsung ke kamar Ali. Sekalian magrib disana aja. Gimana Ja?"Tanya Rega yang mendapat anggukan dari Reza.

"Enggak masalah lagian gue juga mau jenguk Adik ipar gue."Sahut Reza santai sambil melirik kearah dapur kantin. "Lama banget kopi gue dibawa kemari."Gerutunya tak sabar.

Prilly merasa sedikit was-was jika Reza dan Ali bertemu, dia takut Abangnya lepas kendali lagi dan berujung dengan babak belur wajah Ali lagi.

Prilly memang belum memaafkan Ali hanya saja dia tidak bisa membohongi perasaannya jika jauh di dalam lubuk hatinya, dia tidak ingin Ali terluka. Dia tidak bisa melihat Ali tersakiti karena sesungguhnya setiap Ali terluka secara tidak langsung hatinya ikut terluka.

"Nak siapkah kamu bertemu Ayah?"Ujar Prilly didalam hati.

*****

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang