“Carilah seseorang yang sempurna karenamu, dan menjadikanmu sempurna.” – HEE Couple
~0000~
“Goyangkan lebih ke belakang. Ya, seperti itu. Rasakan seperti kau sedang menggoda. Astaga! Kau terlalu kaku!”
Choi Rae Hee menghembuskan napasnya sebal. Tahu bahwa sebenarnya dia tidak boleh melakukan itu, hanya saja, satu-satunya alasan mengapa dirinya menghembuskan napas kesal adalah karena pelatih dancenya yang kelewatan.
“Jangan menatapku seperti itu. Kita berdua tahu aku di sini untuk membantumu.”
Rae Hee memilih untuk diam, meski tahu bahwa raut muka muaknya tidak dengan cepat berubah. Kita berdua tahu aku di sini untuk membantumu. Kalimat itu dilontarkan dengan begitu santai dan didengar olehnya ribuan kali seolah dirinya idiot.
Yoo Ah In tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menjarah bagian tubuhnya. Pria itu sudah terkenal diantara para trainee dan meskipun atasan mereka mengetahuinya, tidak akan ada yang bisa dilakukan perusahaan karena Ah In memiliki reputasi.
Dan jangankan sampai terdengar ke luar lingkaran trainee, para trainee pun juga jarang ada yang berani membicarakannya. Tidak ada yang mau membuat masalah dengan pelatih yang bertanggungjawab atas evaluasi masa training.
Jadi, seberapa muakpun Rae Hee pada pria itu, dia tetap tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berharap, enam tahun penantiannya akan segera berakhir. Karena dengan begitu dia akan naik ke level berikutnya, mendapatkan pelatih baru, dan tidak akan bertemu lagi dengan Ah In.
Atau lebih tepatnya, tidak akan lagi membiarkan Ah In menjelajah bokongnya dengan penuh damba.
“Begini, seolah ada sesuatu di sini. Gerakkan pantatmu dari bawah dan naik, berulang kali.”
Suaranya terdengar serak. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan. Rae Hee hanya bergetar merinding saat tangan pria itu mulai menggeser ke bagian depan.
Dan Rae Hee melompat ke depan. “Maafkan aku, aku lelah. Kurasa aku akan pergi ke kamar kecil.” Rae Hee tidak tahan lagi dan langsung bergegas ke luar ruangan.
Dirinya masih harus terjebak bersama pria itu kurang-lebih dua tahun lagi, kalau... Yoo Ah In tidak segera memberikan nilai Excellent pada evaluasinya bulan depan.
Ya Tuhan. Hanya Dia yang tahu alasan Ah In tidak menidurinya saat itu juga. Perilaku Ah In memang bukan satu-satunya. Beberapa pelatih training juga senang memanfaatkan keadaan, dan bisa dikatakan, Ah In adalah yang paling “baik”, atau jika tidak bisa dikatakan baik, katakanlah yang lebih “bermoral”, meskipun Rae Hee tahu bahwa “Yoo Ah In” dan semua kata sifat “bagus” tidak boleh disatukan.
Meskipun Rae Hee ingin menendang bagian vital semua pelatihnya, memberontak, menjerit, mual, muak, dan segala perasaan lainnya yang membuatnya ingin mati saja, dirinya tahu bahwa dia harus bertahan. Ibunya berada di luar sana, bisa meninggal sewaktu-waktu kalau ayahnya sudah kehabisan kesabaran. Dan Rae Hee yang menjadi harapan bagi sang ibu untuk dapat melihat kembali cahaya matahari.
Hutang-hutang sialan itu, Rae Hee akan membayarnya. Meskipun dirinya harus menjadi sampah di perusahaan ini.
****
Selama ini Kim Hee Chul mengira bahwa dirinya mencintai ibunya tanpa syarat. Atau, jika hal itu memang benar, setidaknya Hee Chul mengira dirinya tidak akan menganggap ibunya sinting.
Tapi wanita itu menerobos masuk kamarnya, mengguncang-guncangkan dirinya sampai tersadar, membuat kepalanya seperti dihantam palu yang amat besar (menambah efek sakit kepala karena dia habis minum semalam bersama Han Geng)dan berkata, “Kau akan menikah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDDING
RomantizmIni tentang harapan yang mungkin masih tersisa. Pertemuan antara dua orang asing yang saling membutuhkan demi memenuhi kepentingan masing-masing. Yang satu untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dan yang satu lagi untuk menyelematkan ibunya.