...

87 32 22
                                    


Aku sangat menyukai buku, bahkan bisa dibilang 'cinta'. Dengan membaca aku bisa mengetahui pikiran
seseorang. Aku bisa mengetahui hasil pemikiran si penulis. Aku bisa mendapatkan sudut pandang dari manusia lain. Buku memang sahabat terbaikku. Bahkan aku jarang merasa sedih karena terlalu sering membaca buku.

Sebelumnya perkenalkan namaku Tantra Rioqa. Aku seorang pelajar yang sangat suka baca buku. Hampir semua orang yang dekat denganku menyebutku bukan lagi dengan sebutan "Kutu Buku" melainkan "Siluman Buku". Aku sama sekali tidak membenci sebutan itu, setidaknya dengan adanya sebutan itu mereka akan memberiku tempat dan waktu yang lebih luas untuk aku bersama dengan buku-bukuku. Memang terdengar sedikit bukan? Seorang pelajar sma laki-laki hobi dan kegilaan membaca buku. Tapi menurutku tidak sih hehehe. Setiap sekolah aku selalu pergi ke Perpustakaan karena disana banyak tersedia novel dan berbagai jenis buku. Dari sanalah aku banyak membaca novel dan buku lainnya dari berbagai genre. Bahkan ketika istirahat ataupun jam kosong aku selalu pergi ke Perpustakaan. Aku lebih suka pergi ke perpustakaan daripada ke kantin karena uang sakunya selalu aku tabung untuk membeli buku di toko buku tentunya.Banyak teman-temanku yang bilang bahwa aku terlalu membuang waktu untuk membaca buku di perpustakaan ketimbang main. Ketika mendengar pernyataan itu akupun mulai berpikir apakah benar aku terlalu membuang waktu? Aku rasa tidak ah! Apa aku yang kurang peka?

Setiap pulang sekolah pun aku tak langsung mengganti pakaianku melainkan langsung membaca buku, entahlah ini sudah menjadi kebiasaan. Hingga kebiasaan ini membuat Ibu geram. Pernah suatu waktu Ibu marah dan mengatakan. "Awalnya Ibu senang kamu menjadi rajin membaca, tetapi ketika melihatmu begitu terobsesi ibu pun tidak suka!".Aku pun menjawab pernyataan Ibu "Bukankah Ibu ingin aku menjadi anak yang rajin jadi jangan melarangnya!'. "Ibu bukan melarangnya! Tapi jangan terlalu berlebihan seperti itu, kamu jadi seperti lupa waktu kalau seperti itu! Banyak hal yang bisa kamu pelajari bukan hanya dari buku saja" balas Ibu. "Terserah Ibu sajalah!" jawabku. Itu merupakan kemarahan pertama Ibu. Sebelumnya ibu tak pernah marah dengan aku karena terlalu sering membaca buku. Mungkin karena ibu sedang tidak dalam mood yang baik atau aku memang salah? Aku sebenarnya ingin tahu karena aku merasa tak enak hati. Dan sebenarnya memang dulu aku seorang pemalas. Jangankan untuk membaca buku melihatnya tebalnya buku pun sudah membuatku muak. Setiap hari aku selalu menyisihkan uangku untuk membeli buku, Seminggu sekali aku pergi ke toko buku, Aku selalu membeli buku paling sedikit empat setiap minggunya. Ketika pulang dari toko pun aku selalu dimarahi oleh Ibu. Karena aku terlalu banyak mengeluarkan uang untuk buku katanya. Memang koleksi bukuku sudah banyak sih. Bahkan sebagian ada yang belumku baca. Akan tetapi tetap saja aku selalu beli yang baru. Namanya juga hobi! Ayah selalu menasehatiku untuk tidak terlalu banyak membaca buku. Karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi seperti rabun contohnya. Aku sebetulnya takut terkena rabun mata karena aku terlalu malas menggunakan kacamata dan pastinya aku harus membatasi waktu untuk membaca buku. Setelah sekian lama kegilaan dengan buku akhirnya aku terkena rabun juga. Lebih tepatnya rabun jauh. Aku terkena minus 4. Sangat tinggi memang. Dan aku menyesal. Ternyata nasehat Ayah benar juga. Tapi tetap saja aku mencintai buku. Aku tak bisa lepas darinya. Jika aku disuruh memilih aku lebih buku dibanding pacar. Tapi pemikiranku tentang lebih memilih buku ternyata itu salah. Aku termakan oleh omonganku sendiri. Pada akhirnya akhir-akhir ini aku sedang memperhatikan seseorang.

Namanya Retta Putri Cantika. Dengar-dengar sih nama pangilannya Cantika Wajahnya memang cantik seperti nama pangilannya hehehe. Dia berpostur badan agak pendek, kulit sawo matang, senyumnya manis dan selalu berseri-seri. Sifatnya berbanding balik dengan sifatku. Dia orang yang sangat pemalas. Bahkan ketika aku pergi ke Perpustakaan untuk membaca dia malah pergi ke Perpustakaan. Dia beda kelas denganku. Dia kelas IPS 5 aku kelas Bahasa 1. Oh ya, aku bisa tau semua itu karena kemarin aku banyak memperhatikan dia. Aku mencari tentang dia lewat temanku. Aneh bukan? Aku yang biasanya hanya membaca buku mulai mencari tahu tentang seseorang. Banyak buku tentang cinta yang aku baca. Aku jadi penasaran apakah aku akan lupa waktu karena seseorang sama sepertiku kegilaan membaca buku.
Di lain hari, aku bertemu dia lagi di Perpustakaan. Aku mulai berani basa-basi dengannya. Karena mulai ada perasaan kali ya? "Cantika ya?" tanyaku. "Ah iya, Lo Tantra kan?" jawabnya. "Lah lo ko bisa tau nama gue sih?" tanyaku "Siapa sih yang gatau si "Siluman Buku" ini! Wkwkwk." jawabnya. "Ah lo bisa aja, malu nih gue." ujarku. "Bangga dong harusnya wkwkwk, ga pemalas kayak gue." pungkasnya. "Hahaha jangan malas dong! Sini gua racunin baca buku nih." Kataku. Kurang lebih percakapanku hanya segitu pada hari itu. Memang terlihat langsung sok akrab sih, tapi lucu menurutku. Apa karena aku memliki perasaan padanya? Akhir-akhir ini aku sering memikirkannya. Lewat novel "Teman Tapi Menikah" aku mengkhayal bisa seperti itu dengan Cantika. Ah jatuh cinta, apakah cintaku terhadap buku akan berkurang?
Hari ini aku bertemu Cantika diparkiran Sekolah. Dan aku menanyakan sesuatu padanya. "Wuit Cantika." Sapaku. "Eh pagi, Tantra." Sapanya. "Lo biasa berangkat sendiri emang?" tanyaku. "Iya nih, lain kali bisa kali gue nebeng! Hehehe." Ujarnya. "Bisa dong kan gue naksir lo." Kataku dalam hati. Mulai dari percakapan itu aku mulai yakin aku suka dia. Jatuh cinta wajar bukan? Tapi karena seiring berjalannya waktu aku mulai mengurangi kegilaanku terhadap buku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, kamu, dan buku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang