JUNE
Seorang gadis nampak berjalan kesana-kemari sambil mengacungkan handphone-nya keatas. Ia sibuk mencari sinyal didalam toilet sekolah-nya. Ia mencoba mengontak salah satu temannya tapi hasilnya tetap sama; hanya suara tulalit yang terdengar.
"Bodo amat." Ia menaruh kembali handphone-nya disebelah wastafel dan mulai merias wajahnya. Setelah itu dia mengganti bajunya dengan pakaian yang sesuai dengan tema acara. Sambil memasang anting, ia melirik jam di handphone-nya.
Pukul 19.00
Waktu lo tinggal 30 menit, Nar. Ucap gadis itu didalam hatinya. Setelah memoles lipstick-nya, ia membereskan barang-barangnya kedalam tas lalu pergi keluar toilet dan langsung menuju mobilnya.
Dengan secepat kilat ia memacu mobilnya pergi meninggalkan sekolah.
***
"Nara kemana, sih? Acaranya udah mau mulai dan MC card-nya masih belom ada." cewek yang di name-tag-nya tertulis 'Deanna' terus mengomel sambil melirik jam tangannya. Ia terus mencoba menghubungi orang yang ia cemaskan dari tadi, yaitu Nara. Namun, yang terdengar hanya suara mbak operator.
"Kalo gue sama Riska naik panggung dulu aja sekarang, gimana? Tinggal 5 menit lagi, nih. Gue yakin Nara gabakal nyampe dalam 5 menit." usul Ryan.
"Lo emang bisa nge-MC gapake MC card? Gue si-"
"Soriii, sori banget gue telat. Ini MC card-nya." potong gadis yang sejak tadi dicemaskan oleh Deanna sambil tergesa-gesa memberi MC card-nya kepada Ryan dan Riska. Deanna segera melihat jam tangannya.
Pukul 19.30
Tepat sekali, gadis yang bernama Nara itu datang tepat waktu sebelum acara Makrab atau Malam Keakraban sekolahnya dimulai. Ia menghela nafas lega dan duduk di bangku kosong belakang panggung sementara Ryan dan Riska langsung naik ke atas panggung untuk membuka acara.
"Kemana dulu, sih, tadi?" Deanna ikut duduk disebelah Nara.
"Mc card-nya ilang tadi. Terus gue sakit perut jadi ketoilet dulu terus ganti baju, make up, dll. Eh, kelamaan. Gue udah coba hubungin lo tapi gadapet sinyal. Yaudah gue pergi nyetak lagi dan untungnya ga macet jadi gue bisa cepetan nyampe sekolah lagi" jelas Nara panjang lebar.
"Untungnya lo tepat waktu. Nih, pegang." Deanna memberikan satu walkie talkie kepada Nara. "Yaudah, gue tinggal, ya. Masih ada yang harus gue urus, nih. Bye."
Nara lambaikan tangannya kearah Deanna yang mulai menjauh dan setelah itu kembali menyandarkan badannya ke sandaran kursi. Ia menutup matanya sambil menormalkan kembali nafasnya yang kini sedang terengah-engah.Tubuhnya yang jarang sekali olahraga terasa sangat letih padahal, hanya berlari dari parkiran menuju tempat Makrab sekolahnya.
"Eh, liat Deanna kemana, gak?" suara cowok yang terdengar sangat dekat menginterupsi kegiatan Nara; mengatur nafasnya. Nara seketika melihat kearah cowok tersebut sambil menyerengitkan dahinya. "Hah?"
"Hahaha,tebleng banget muka lo." cowok itu tertawa. Sedangkan Nara hanya semakin menyerengit dahinya.
Tebleng?
"Tadi kesana." Nara menunjuk kearah Deanna pergi tadi.
"Oke, deh. Makasih ya, tebleng." ucap cowo itu sambil menepuk pundak Nara lalu pergi kearah yang Nara tunjuk untuk mencari keberadaan Deanna.
Nara masih menyerengitkan dahinya seraya menatap punggung cowok tadi. Ia bahkan tidak mengenal siapa dia walaupun mukanya tampak sangat familiar. Ia melirik jam tangannya dan sekarang pukul 19.45. itu artinya kini sudah bagiannya untuk mengurus rangkaian acara selanjutnya.
***
heey guys!
gue balik lagi setelah vacuum untuk beberapa bulan.
soooo, todaaay I made a new story on wattpad! yippey
hope you'll like it
love,
rose
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionWe didn't date. Technically he wasn't an ex-boyfriend. But he was an ex-something, an ex-maybe an ex-almost.