Terjebak

77 34 6
                                    

“Terjebak”
Oleh : Sari Agnia Fakhriyah
XI MIPA 4

Pada Minggu pagi yang tidak begitu cerah, seorang pria berbadan cukup tinggi,berparas manis berasal dari suatu pedesaan sedang berjalan menuju halte di pedesaannya. Pria itu memiliki nama Alfa Putra. Ia baru berusia 22 tahun minggu lalu. Alfa memiliki ibu yang cerewet, ayah yang cuek dan  sepasang adik kembar. Ibunya hanya bekerja mengurus rumah. Ayahnya bekerja di suatu pabrik di desa. Dan sepasang adik kembar yang baru lulus sekolah dasar. Alfa merupakan anak pertama dari keluarga mereka. Ia sangat tekun ketika sekolah. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas atau SMA, alfa memilih untuk bekerja sembari membantu ayahnya mencari nafkah. Awalnya sangat susah mencari lowongan pekerjaan sampai sampai ia harus ke desa yang lumayan jauh dari desa tempat ia tinggal. Alfa menjadi pengangguran selama setengah bulan. Selama itu juga ia membantu ibunya mengurus rumah sembari terus mencari lowongan pekerjaan lewat internet. Setelah menunggu lumayan lama akhirnya ayahnya membawa surat lowongan pekerjaan dari pabriknya. Dan  Ia pun bekerja ditempat yang sama dengan ayahnya, namun ia bekerja dibagian marketing. Awalnya ia senang karena sudah mendapat pekerjaan, namun setelah sebulan ia bekerja disana ia merasa sangat Lelah karena harus mengawasi sekaligus menghantarkan barang barang buatan pabriknya. Belum lagi jika barang yang harus dikirim ternyata sangat jauh dari desa tempat ia tinggal. Namun ia tetap memilih bertahan dulu sembari ia terus mencari lowongan pekerjaan lainnya di internet.
***
Setelah sebulan bertahan akhirnya ia mendapatkan lowongan pekerjaan baru, namun tempatnya dipusat kota yang artinya sangat sangat jauh dari tempat tinggalnya. Alfa berpikir keras saat itu, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang entah bakal datang lagi atau tidak. Akhirnya ia berdiskusi dengan kedua orang tuanya. Pada diskusi itu awalnya orang tua Alfa tidak setuju karena selain tempatnya yang jauh, ia juga tidak punya sodara ataupun teman disana. Tetapi Alfa tetap tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, akhirnya setelah beberapa pertimbangan Alfa diizinkan untuk mencoba mendaftarkan diri terlebih dahulu. Pengumuman diterima atau tidaknya akan diumumkan minggu depan jadi Alfa tetap melanjutkan dulu pekerjaannya di pabrik.
Satu minggu kemudian pegawai pos datang dan mengirimkan surat kepada alfa. Surat tersebut dari perusahaan kemarin, mereka menyatakan bahwa Alfa diterima diperushaannya. Awalnya Alfa tidak percaya jika ia diterima, ia hanya lulusan SMA sedangkan di kota pasti jauh lebih banyak yang sudah menjadi lulusan perkuliahan. Namun karna untuk mengejar salah satu cita - citanya yaitu bekerja disuatu perusahaan ternama dikota Alfa memilih untuk pergi. Di surat itu ditulis jika lusa Alfa harus ke datang ke perusahaan dan membawa berkas - berkas pribadi. Malam ini juga Alfa berkemas menyiapkan pakaian, berkas - berkas, dan barang - barang yang perlu dibawa. Alfa berkemas dibantu oleh ibu dan adik perempuannya.
***
Hari ini Alfa pergi meninggalkan desa tercintanya untuk pergi merantau mencari uang dikota. Setelah berpamitan kepada keluarga nya Alfa langsung berjalan menuju halte desa yang tidak jauh dari rumah nya. Setelah menunggu beberapa lama bus dengan rute desa-kota pun datang, Alfa langsung naik kedalam bus dengan semangat dan sedikit gugup karena ini kali pertamanya ia pergi ke kota sendirian. Sepanjang perjalanan ia memandangi pemandangan yang berada dibalik kaca jendela bus yang ia tumpangi. Ia bersyukur karena ia bisa diterima di salah satu perusahaan impiannya. Jarak tempuh dari desa tempat Alfa tinggal sampai ke kota memakan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Pagi tadi ia berangkat pukul 6.
***
Sesampai nya dikota ia langsung mengunjungi perusahaan nya dan menyerahkan berkas-berkas persyaratan kerja. Setelah menyimpan berkas ternyata Alfa belum bisa memulai pekerjaannya diperusahaan itu hari ini, ia bisa mulai bekerja besok. Dan akhirnya setelah memberikan berkas-berkas tersebut Alfa bermaksud untuk mencari apartemen yang dekat dengan tempat ia bekerja. Alfa menitipkan barang barang nya di kantor. Untungnya kantor mempunyai ruangan khusus penyimpanan pegawai jadi Alfa bisa menyimpan barang brang nya disana. Setelah menyimpan barang barangnya Alfa mulai menyusuri jalanan, mencari kesana kemari apartemen yang kira-kira cocok untuknya. Alfa terus berjalan lurus dan mencoba menhafal rute agar tidak tersesat. Tak terasa hari sudah menunjukan jam makan siang namun Alfa tetap ingin terus melanjutkan pencariannya dengan memakan sebuah roti yang diberikan ibunya sebelum ia berangkat.
Alfa sudah mengunjungi beberapa apartemen yang ia lewati tetapi selalu merasa tidak cocok, entah karena harga nya yang cukup mahal, tempat yang kumuh, keamanan dan kenyamanan yang kurang, dan lain sebagainya. Alfa duduk kursi taman, ia merasa kelelahan akibat hampir seharian berjalan mengelilingi kota. Ia menikmati sejuknya udara taman kota, cantiknya  bunga - bunga yang bermekaran, dan sebuah ice cream. Sembari memakan ice cream Alfa mencoba mengamati orang orang yang berlalu Lalang. Alfa mencoba membandingkan karakter orang – orang kota dan orang – orang desa.
Tak sadar, langit sudah berwarna orange, menunjukkan matahari yang ingin segera berpamitan. Namun, Alfa belum juga menemukan apartemen yang cocok untuknya. Ia terus berjalan dan mencari. Akhirnya karena tidak mendaptkan apartemen yang cocok untuknya dan juga terletak  tak jauh dari perusahaan tempat ia bekerja, ia memutuskan untuk mencari ke daerah yang agak jauh dari letak perusahaannya. Tak lama ada seorang pria asing menghampiri nya dan menawarkan sebuah apartemen. Pria asing itu memberikan sebuah brosur yang berisi beberapa potret ruangan apartemen kepadanya. Seteah  melihat brosur tersebut, Alfa rasa tidak ada salahnya mencoba melihat secara langsung apartemen itu. Alfa dan pria asing itu pun pergi ke apartemen tersebut, ketika melihat bagian luar apartemennya Alfa terpukau, apartemen nya cukup mewah dan suasanan nya menyejukan, namun ia sudah berpikir jika harga apartemen ini pasti sangatlah mahal. Alfa langsung bertanya perihal harga sewa kamar apartemen disini. Tetapi, ternyata Alfa salah, harga sewa apartemen disini sangatlah murah, ia tak banyak berpikir lagi dan langsung memesan satu apartemen untuk nya. Alfa memberi sejumlah uang kepada pria asing itu. "Baiklah, anda bisa langsung menempati apartemen ini mulai sekarang" si pria asing itu berkata. Awalnya Alfa sedikit bingung dan ragu, namun ia merasa tidak peduli dengan hal itu dan juga karena hari sudah mulai gelap ia langsung saja pergi ke apartemen baru nya. Apartemen baru nya berada dilantai 14, lumayan tinggi. Kamar nya sudah memakai tap lock. Namun ternyata suasana didalam apartemen nya sangat berbeda dari penampilan luarnya yang mewah. Ia melihat dinding yang belum selesai di cat, perkakas bangunan yang masih tergeletak dimana mana, sunyi dan sepi seperti tidak ada orang selain mereka berdua, bau yang kurang enak di cium, suasana dingin yang agak menyeramkan,lampu yang berkedip kedip, namun ia terlanjur terhasut oleh si pria asing itu. “ Ah, apa salahnya mencoba dulu, siapa tau sebentar lagi apartemen ini akan ramai” ucapnya dalam hati.Si pria asing itu pun menuntun Alfa ke sebuah kamar apartemen. Sesudah ia memasuki apartemen nya, si pria asing yang menuntunnya sudah pergi memasuki lift tanpa berkata apa apa."mas.. mass. Mass tungguu duluuu " panggilnya kepada si pria asing namun si pria asing tersebut tetap berjalan seolah tak menghiraukan panggilan Alfa. “Ah sudahlah” gumam alfa.  Ia mulai berjalan melihat lihat keadaan apartemen baru nya, tiba - tiba notifikasi baterai handphone habis berbunyi yang berhasil membuat ia kaget. Ia tidak membawa peralatan apapun, karena niatnya ia hanya ingin melihat sebentar apartemen baru nya lalu kembali ke apartemen lamanya untuk membawa barang barang yang akan dipindahkan, salah satu nya charger handphone.
Melihat keadaan didalam kamar apartemen nya yang terdapat 2 kamar tidur yang masing-masing didalamnya terdapat kamar mandi belum layak untuk digunakan, dapur yang sangat kotor, lantai yang sangat berdebu, ia semakin ragu .
Matahari sudah mulai tenggelam, ia berniat untuk pulang ke kantor untuk mengambil barang barangnya terlebih dahulu. Namun ada sesuatu yang sangat penting yang ia lupakan, ia lupa jika si pria asing itu tidak memberikan kunci apartemen ini kepadanya. Pintu yang setebal baja itu sudah tertutup rapat sedari tadi, ia mencoba mendobrak pintu namun tidak bisa. Ia mencoba untuk tenang. Lampu tiba-tiba mati, ia mulai panik tidak karuan. Ia mencari kesana kemari senter namun tidak menemukannya, palu juga tidak ada. Ia benar benar sudah panik, ia menoleh ke arah jendela dan ternyata jendela itu ditralis, ia mulai berpikir untuk membongkar tralis tersebut, ia mencari kesana kemari alat alat yang ia butuhkan namun tidak ada satu pun barang yang berguna. Ia mulai putus asa dan berlari membuka jendela. "Tolongg! Seseorang tolong sayaaa! Saya diatas sini!"  ia berteriak dicelah celah trails jendela, namun tidak ada seorang pun yang menoleh ke atas karena jarak nya yang sangat jauh. "TOLONGGG! TOLONG SAYAAAA, SAYA TERJEBAKK!" sekali lagi ia berteriak, tetap saja tidak ada yang menjawab. Ia berjalan mundur ke arah tembok dibelakangnya, dan duduk sambil menekuk lutut dan memluknya. Alfa sangat menyesal karena menghiraukan rasa ragu yang sedari awal sudah muncul.  Alfa sama sekali tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Alfa mencoba memikirkan cara untuk kelur dari apartemen ini.
Beberapa jam kemudian lampu masih padam, ia bangkit dan mencari beberapa makanan atau minuman, namun ia tidak menemukan apa apa, ia menyalakan keran dikamar mandi juga tidak menyala sama sekali, lampu yang masih padam makin membuat suasana didalam apartemen semakin dingin menyeramkan. Ia memegangi perutnya yang bergetar karena kosong.
Waktu menunjukkan pukul 12 malam, dan Alfa belum bisa menemukan cara untuk membongkar jendela bertralis itu. Alfa sudah lelah mencari kesana kemari peralatan yang setidaknya berguna. Dia berjalan kearah jendela dan mencoba berteriak sekali lagi.
"TOLONGGG! SAYA TERJEBAK DISINI! PAK SATPAM TOLONG SAYA!".. “Mas, Mba tolong sayaaa!”.. “TOLONGGG! SIAPAPUNNN! SAYA DI ATAS SINII!” namun tetap keheningan yang menjawab. Ia bersender dekat jendela itu, meratapi nasib nya, memegangi perut nya yang sangat kosong, karena ia tidak sempat makan siang dan makan malam. Ia benar benar tidak tahu harus melakukan apalagi. Pikirannya sudah kacau. Alfa merenung meratapi nasibnya. Tak lama karena kelelahan ia pun tertidur.
***
Keesokan hari nya ia bangun dan tersadar jika ia masih terjebak di sebuah apartemen. Ia mulai bangkit dengan badan yang lemas dan mencari cari lagi barang yang setidaknya berguna, namun tetap saja tidak menemukannya. Lalu ia beralih mencari satu botol minuman atau sepotong roti di dapur, namun yang ia temukan malah sekumpulan tikus, ia kemudian berlari dan menutup lemari. Kembali mencari apapun yang bisa dimakan, namun tetap saja hasilnya nihil. Suara geledek dan petir membuat dirinya terkejut. Ia sedikit senang karena hujan akan turun. Ia terus duduk bersender didekat jendela sambil menunggu datangnya hujan. Tak lama hujan pun turun. Ia langsung berlari ke arah dapur,mencari sebuah gelas dan botol kosong . Dia beridiri didepan jendela dan menyodorkan gelas tersebut ke arah luar jendela yang maksudnya agar air hujan tersebut masuk kedalam gelas. Setelah gelas nya terisi penuh ia langsung meminum abis air di dalam gelas itu. Setelah itu ia mengisi air ke dalam botol kosong yang ia temukan. Hari sudah siang, ia duduk didekat jendela dan memnadangi hujan yang sudah mulai reda. Penyesalan it uterus menghantui pikirannya. Ingin rasanya Alfa menangis. Hari sudah kembali sore, dan perut ia sakit sebab meminum air hujan di atas gelas yang terdapat banyak kuman. Ia bersender disamping jendela sambil meringis kesakitan. Ia menangis, pikirannya sudah kemana mana. Karena tidak kuat menahan rasa sakitnya ia berbaring sambil memejamkan mata. Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam ia lalui dengan posisi badan yang meringkuk dengan tangan yang memegangi perutnya. Beberapa menit kemudian ia baru ingat jika ada satu ruangan yang belum ia lihat.  Ruangan tersebut terletak dipojok belakang dapur, namun pintu nya terkunci. Alfa langsung bangkit dan belari sedikit munuju ruangan tersebut. Setelah berhasil menemukan ruangan itu Alfa langsung mendobrak pintu ruangan tersebut, pintu itu sangat kokoh, tak mudah untuk didobrak.Alfa berdiam dan berpikir sejenak. Setelah berpikir ia langsung mencari kursi kayu kecil yang berada didalam kamar dan membawanya ke ruangan tadi. Ia berniat menghancurkan gagang pintu ruangan itu dengan kursi yang tadi ia bawa. Ia mencoba sekuat tenaga dan akhirnya gagang pintu pun hancur. Alfa langsung membuka pinttu itu secara perlahan dan melihat ruangan itu sangat gelap. Alfa mencoba mencari saklar lampu dan menyalakan lampunya. Setelah lampu menyala, Alfa melihat peralatan bangunan seperti kuas cat, ember cat, paku, kayu yang tidak terpakai bergeletak begitu saja di lantai. Alfa berjalan agak masuk sedikit ia mulai mencari peralatan yang ia butuhkan. Dan akhirnya ia menemukan banyak alat alat yang ia butuhkan tergeletak disana. Ia langsung membawa alat yang ia tersebut, setelah itu langsung berlari dan mencoba  membongkar tralis jendela tersebut, awalnya benar benar susah karena badan ia sangat lemas. Namun ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk membongkar jendela tersebut.
Keringat yang tak henti hentinya membasahi seluruh badan tidak mematahkan semangatnya, rasa mual dan nyeri pun ia hiraukan. Tralis jendela itu memang sangat susah untuk di hancurkan apalagi dengan kondisi tubuhnya yang kurang seperti saat ini. Setelah mencoba dan terus mencoba, trails jendela itu belum hancur hancur juga. Ia mulai merasa lelah, badannya mulai lemas kembali. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menunggu energinya pulih kembali. Ia duduk sambil meluruskan kakinya dan mengatur napas nya agar tidak terlalu ngos-ngosan.
Di sela sela waktu istirahatnya ia terekeh sedikit, ia berpikir tidak percaya keajaiban itu ada. Ia juga sangat senang karena sebentar lagi ia akan segera meninggalkan tempat mengerikan ini. Beberapa menit kemudian setelah ia rasa energinya sudah cukup untuk menghancurkan jendela tersebut, ia bangkit dari duduk nya dan mengambil linggis yang ia temukan di ruangan tadi. Ia mulai menghancurkan jendela itu lagi.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya jendela tersebut berhasil dibongkar. Ia tersenyum gembira. Tak banyak membuang waktu lagi, ia langsung mengambil tali tambang yang ia temukan di ruangan tadi dan langsung mengikat tali itu ke tiang yang berada didekat jendela, dan sisi tali yang lainnya ditalikan ke pinggangnya. Tiba tiba badan nya terjatuh dilantai, ia benar benar lemas, mata nya mulai berkunang kunang, pikiran sudah tidak bisa dikontrol lagi, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Ia berdiam sejenak sambil membiarkan tubuhnya merasa lebih baik kembali. Beberapa menit berlalu namun mata yang berkunang kunang tetap tidak hilang dari pandangannya. Ia mencoba melawan sakitnya itu dan mencoba bangkit lagi.  Ia mulai bangkit dengan tangan dan kaki yang gemetar, mencoba melangkahkan kaki nya melewati jendela itu dan turun dengan perlahan. Awalnya ia ragu untuk meneruskannya karena ia takut tidak sadarkan diri di pertengahan jalan, namun ia membuang semua pikiran tersebut dan menarik napas yang panjang agar dirinya merasa lebih rileks lagi. Ia mulai munuruni atap yang ada dibawahnya dengan hati hati, memegang erat tali dan apapun yang menempel di dinding atap tersebut. Perlahan tapi pasti, ia menuruni atap atap itu. Alfa berheni sebentar sambal menarik napas panjang agar kaki dan tangannya tidak terlalu gemetar. Sebentar lagi ia akan sampai di lantai dasar, ia kembali tersenyum gembira, mulai menuruni apartemen ini dan mempercepat langkahnya namun karena sikap tak sabarannya ia hampir jatuh tergelincir, untung saja Alfa berhasil menggenggam erat talinya. Alfa kembali gemetar setelah kejadian tadi.
Namun pada akhirnya Alfa berhasil turun dengan selamat. Setelah menginjakkan kaki nya di tanah Alfa segera melepas ikatan tali yang mengikat pinggangnya dengan tangan yang gemetar. Tak lama Alfa jatuh pingsan ke tanah, karena fisik nya tidak kuat. Satpam dan orang orang sekitar yang melihat Alfa terjatuh lemas langsung menghampiri nya dan ada seseorang yang mencoba memanggil ambulan dan membawa nya ke rumah sakit terdekat. Dirumah sakit Alfa masih merasa lemas. Alfa disarankan untuk tinggal sebentar di rumah sakit ini. Sembari menunggu kondisi nya pulih kembali, Alfa melanjutkan renungannya perihal menyesali diri sendiri karena terlalu terbuai dengan harga yang murah dan gampang percaya dengan orang yang baru ia temui. Ia mencoba memejamkan mata dan tidak mau penyesalan ini berkepanjangan.  Malam sudah tiba sedari tadi dan kondisi nya sudah membaik namun ia bingung dimana ia akan menginap malam ini. Melihat Alfa yang merenung sedari tadi seorang suster cantik menghampiri nya dan ia bertanya
"ada apa mas? Apakah masih ada yang sakit?"  ungkap suster cantik itu
"ah tidak, saya hanya sedang bingung memikirkan sesuatu" Alfa menjawab.
"bingung tentang apa jika boleh tahu" suster cantik bertanya.
"saya bingung mau tinggal dimana, saya baru datang dari desa kemarin" Kata Alfa.
"oh begitu, oh iya saya tahu tempat yang mungkin cocok buat mas" suster itu menjawab.
"oh ya? Emm..  Tapi saya takut terjadi untuk kedua kali nya" ucap Alfa
"ah tenang saja mas, yang punya kos kosan tante saya ko"  ujar suster cantic.
"oh ya? Emm..  Kalau begitu apa boleh kamu antar saya ke tempat kos tersebut?" Alfa bertanya.
"oh tentuu boleh" ujar suster cantik itu.
Alfa dan suster cantik itu pergi ke kosan yang dimaksud.
***
Sejak pertama kali datang ke kosan yang dimaksud, Alfa sudah merasa cocok. Kecocokan itu datang dari suasana kosan ini. Alfa merasa jika suasana kosan ini sangat mirip dengan tempat tinggal nya di desa. Terdapat banyak sekali tanaman disana. Dari mulai yang kecil sampai yang besar. Letak kosan nya pun tidak begitu jauh dari kantor tempat Alfa bekerja. Ia hanya perlu menaiki bus dan turun di halte ketiga. Kamar kos yang bersih dan wangi pun membuat Alfa semakin yakin untuk mengambil tempat disini. Ibu kos yang ramah dan sangat ke-ibuan pun menjadi salah satu alasan Alfa.
“Gimana enakkan suasananya?” suster cantik bertanya kepada Alfa.
“eh, emm iyaaa.. suasana nya sama seperti rumah ku didesa.” Jawab Alfa.
“Bagus deh kalo begitu.” Ujar suster cantik itu.
Kamar kos nya berisi satu kasur ukuran sedang, satu lemari yang lumayan besar, satu kamar mandi didalam, meja kerja, televisi dan AC.  Untuk harga, Alfa rasa setimbang dengan fasilitas yang tersedia. Akhirnya Alfa memesan satu kamar kos untuk ditinggali nya. Ia sangat berterimakasih kepada suster cantik itu karena sudah membantunya menemukan tempat untuk ditinggali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TerjebakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang