"Duka di balik topeng tersenyum"

100 53 12
                                    

Abilia Saputri atau yang lebih dikenal dengan nama Abil adalah seorang penari bertopeng. Menari adalah hobi Abil sejak duduk di bangku SMA. Abil adalah anak yang pintar dan disiplin, karena kepintarannya tersebut dia selalu mendapat beasiswa dari sekolahnya. Pada saat kelulusan SMA, Abil mendapat kabar buruk tentang keluarganya yaitu ibu dan ayahnya tertabrak mobil truk. Ayah Abil meninggal dunia dan ibunya terkena lumpuh. Sejak saat itu Abil harus menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Abil pun memikirkan pekerjaan yang tepat untuk dirinya, dia ingin pekerjaan yang ringan. Dia ingin pekerjaan yang bisa membuat waktu liburnya tidak terbuang sia-sia. Abil pun terpikir untuk mencoba tampil menari di berbagai acara pentas seni. Kini banyak yang menawarkan Abil untuk tampil menari dalam acara pentas seni di Karawang. Dengan tampil di acara pentas seni tersebut, dia dapat menghasilkan uang dan uangnya bisa ia gunakan untuk mencukupi kebutuhannya dan ibunya yang sedang sakit. Karena hal itu dia harus rajin dan bersemangat tampil di berbagai acara pentas seni.
***

Suatu hari di hari minggu, Abil mendapat tawaran untuk tampil di acara pentas seni di Karawang. Alangkah senangnya hati Abil ketika mendapat tawaran itu. Dia bersyukur selalu atas apa yang telah Tuhan berikan kepadanya. Abil juga bersemangat dalam menjalani hari-harinya, dia tak pernah mengeluh walau hampir setiap hari jadwalnya penuh dengan menari. Bukan hanya tampil di acara pentas, terkadang Abil juga menjadi pelatih tarinya.
Hari itu Abil tampil di sebuah gedung yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Abil selalu berangkat lebih awal dari teman-temannya karena menurut Abil jarak dekat maupun jauh tidak berpengaruh baginya. Setelah sampai, dia langsung bersiap-siap untuk tampil. Disana Abil menari dengan lincah dan penuh semangat agar para penonton puas dengan tariannya. Acara pun selesai, Abil langsung mengganti pakaiannya dan bergegas untuk pulang.
Ketika menuju keluar gedung, Abil berjalan terburu-buru karena dia harus pergi ke apotek untuk membeli obat. Karena terlalu buru-buru, dia tidak sengaja menabrak seorang laki-laki. Lelaki itu berbadan tinggi, berpakaian rapih, kulitnya sawo matang dan memiliki senyuman yang manis. Abil terpesona melihat sosok lelaki itu, dia melamun beberapa saat.
Ketika Abil sedang melamun, laki-laki itu memanggilnya sambil menepuk bahunya, “Halooo?? Lu Abilia Saputri kan?” tanya laki-laki itu kepada Abil.
Abil langsung tersadar dari lamunannya ketika lelaki itu menepuk bahunya “Hah apa??” jawab Abil dengan wajah kebingungan.
“Lu Abil kan? Abilia Saputri, lu masih inget gue gak” tanya lelaki itu lagi.
“Iya, gue Abil. Kok lu bisa tau nama gue? Emangnya lu siapa?” jawab Abil heran.
“Gue Andra temen sekelas lu dulu, masa lu gak inget sama gue si? tanya Andra.
“Andra? Andra siapa? Andra Wahyu Wijaya bukan?” Abil menjawab dengan raut wajah bertanya-tanya.
“Nahh tuh lu inget gue. Btw lu ngapain disini bil?” tanya Andra.
Abil kebingungan menjawab pertanyaan Andra, dia tidak ingin Andra mengetahui kalau kini dia adalah seorang penari. Abil pun memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Andra tersebut.
“Eee..Gue kerja tadi ndra, biasalah itung-itung nambah duit buat biaya obat ibu gue” jawab Abil gugup.
“Ohh kerja..hebat ya lu Bil, dari SMA semangat lu gak pernah berubah. Gue terharu jadinya.” jawab Andra dengan tersenyum.
“Yaelah Ndra biasa aja kali, terbang nih gue jadinya” jawab Abil dengan malu-malu.
Karena mereka keasikan mengobrol, Abil sampai lupa untuk pergi ke apotek. Dia benar-benar tidak ingat kalau ibunya minta dibelikan obat. Disana Abil seperti senang sekali ketika berbicara dengan Andra. Mereka bertanya-tanya kabar dan sedikit bercerita. Abil menceritakan tentang hidup nya yang mulai sederhana setelah ayahnya meninggal. Abil sengaja tidak memberi tahu Andra tentang pekerjaannya saat ini.
Setelah Abil bercerita panjang kali lebar, tak lama kemudian Andra minta bergantian bercerita. Andra bercerita kalau dia penasaran dengan penari yang ada di balik topeng itu. Dia menyukai penari topeng yang tampil di acara pentas seni tadi. Saat Andra ingin bercerita kepada Abil, dia merasa canggung dan bingung karena ini kali pertama Andra curhat. Andra takut bila Abil membocorkan curhatannya lalu dijadikan untuk bahan obrolan teman-temannya.
Abil berusaha membujuk Andra agar ia mau menceritakan penari yang dia sukai tersebut. Karena Abil merasa penasaran dengan penari yang disukai oleh Andra, Abil pun memaksa Andra untuk cepat-cepat bercerita. Akhirnya Andra memilih untuk jujur kalau ia menyukai salah satu penari tersebut kepada Abil. Andra menyukai penari itu karena tariannya yang lemah gemulai tetapi lincah dan bersemangat. Bentuk topengnya pun berbeda dari yang lain, topengnya membentuk senyuman yang indah. Dari bentuk topengnya Andra merasa kalau penari itu mempunyai paras yang cantik. Hal itu yang membuat Andra ingin sekali melihat wajah si penari tersebut.

Wajah Abil memerah ketika dia mendengar cerita yang disampaikan oleh Andra. Dia tersipu malu karena Andra menyukai tariannya. Abil sengaja tidak memberitahu Andra bahwa dia lah si penari itu. Abil membiarkan Andra mencari tahu sendiri siapa sosok di balik penari bertopeng itu. Andra yang masih penasaran dengan penari tersebut mencoba mencari cara agar bisa bertemu dengan si penari.
Abil hanya memperhatikan dan mendengarkan Andra, sampai-sampai Andra merasa kesal dengan abil.
“Bil, bantuin gue coba gimana caranya biar gue bisa tau siapa nama penari itu” tanya Andra kepada Abil dengan nada tinggi.
“Gue bantuin apa, bantuin gimana, gue gatau Ndra” Abil berpura-pura tidak tahu.
“Masa lu gatau sih bil.. kan tadi katanya lu kerja disini. Bantuin gue lah bil..” jawab Andra sambil memohon-mohon kepada Abil.
“Oiya setau gue lusa bakalan ada pentas seni lagi deh...di daerah deket sini kok gak terlalu jauh juga. Itu pun kayaknya sih”
“Lu mau nonton?” tanya Abil.
“Serius nih ada? Yaiyalah gue pengen nonton. Soalnya gue penasaran banget sama wajah si penari itu bil” jawab Andra.
“Nonton sama siapa lu? Sama temen lu yang tadi?” tanya Abil.
Andra pun menjawab “Oh iya ya, gue belom tau nih pergi nonton sama siapa.”
“Sama lu aja gimana bil?” tanya Andra.
Abil bingung menjawabnya, dia takut kalau semisalnya dia tiba-tiba mendapat tawaran untuk tampil di acara pentas seni itu.
“Duh gimana ya Ndra gue bingung” jawab Abil.
Andra yang mendengar jawaban Abil langsung memasang wajah memohon dengan mata berkaca-kaca agar Abil mau pergi menemaninya menonton. Ketika Andra sedang memohon-mohon kepada Abil.
Ponsel Abil tiba-tiba berdering, “ringg ringg ringg”. Abil yang mendengar pun langsung mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Ternyata yang menelepon Abil adalah ibunya, Abil langsung mengangkat telepon dari ibunya,
“Halo bu, ada apa.. kenapa nelpon Abil?” tanya Abil.
“Obat ibu sayang.. udah kamu beli belum?” tanya Ibunya.
Abil baru teringat kalau dia lupa membelikan obat untuk ibunya karena terlalu keasikan mengobrol dengan Andra.
“Iya bu maaf Abil lupa, ini Abil mau otw ke apotek dulu. Ibu tunggu aja di kamar, jangan kebanyakan jalan keluar” jawab abil cemas.
“Iya sayang hati-hati ya. Wassalamualaikum ” jawab Ibunya dan langsung menutup telponnya.
Andra penasaran dengan isi obrolan telpon Abil dengan Ibunya. Andra pun menepuk bahu Abil.
“Ada apa Bil sama ibu lu?” tanya Andra.
“Gue lupa beli obat nih buat ibu gue, jadi gue mau ke apotek sekarang. Gue balik duluan ya Ndra..Dahh” jawab Abil sambil berlari keluar gedung.
“Iyaa bill sampai ketemu lusa nanti” teriak Andra.
Andra memandangi Abil yang sedang berjalan meninggalkan gedung. Tak lama kemudian Andra ingat kalau dia belum meminta nomor telepon Abil. Andra berlari mengejar Abil sambil memanggil-manggil namanya. Pada saat itu Abil hendak menyebrangi jalan. Beruntungnya langkah kaki Abil berhenti karena Abil mendengar ada seseorang yang memanggil-manggil namanya. Teriakan itu semakin keras, Abil pun memastikan kalau memang benar ada yang memanggil dirinya. Abil pun menengok ke belakang. Ternyata yang memanggil dirinya adalah Andra.
“Kenapa Ndra?” tanya Abil.
“Bagi nomor telpon lu dong bil. Gimana gue bisa tau kalo lu bisa apa gak nanti nemenin gue nonton” jawab Andra terengah-engah.
“Ohh kirain gue mau apaan. Sini handphone lu biar gue yang ketik nomornya” jawab Abil tersenyum.
Abil memberikan nomor teleponnya dengan senang hati. Setelah Abil memberikan nomor teleponnya, Andra langsung tersenyum lebar.
“Makasihhh Abil heheheh, ini beneran nomor lu gak?  Coba gue tes dulu ya” jawab Andra.
Ponsel Abil pun berbunyi tanda bahwa telepon masuk dari Andra.
“Nah bener kan itu nomor gue” jawab Abil sambil menujukkan layar ponselnya.
“Udah ya gue mau nyebrang dulu, see you Ndra” Abil melambaikan tangan dan pergi.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duka di balik topeng tersenyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang