Seokjin sudah memberi kejutan ulang tahun untuk Sojung tadi malam, saat pukul dua belas.
Sojung yang sedang tertidur pulas tiba-tiba dibangunkan, kemudian dikejutkan dengan suara keras yang meneriakkan, "Happy Birthday!"
Sojung yang masih menutup matanya, lantas samar-samar tersenyum. Senang karena mendapat kejutan ulang tahun dari suami, serta ibu dan ayah mertuanya.
Sojung dibantu berdiri oleh Seokjin. Lelakinya itu langsung memeluk tubuh istrinya, kemudian berulangkali mengecup semua bagian wajah istrinya. Mulai dari pipi, mata, hidung, bahkan mulut Sojung juga ikut serta Seokjin kecup. Sampai setelahnya Sojung merasa lebih segar, dan tidak lagi mengantuk.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya ..." Ayah, Ibu, dan suaminya bernyanyi riang meminta Sojung untuk segera meniup lilin yang ada di kue ulang tahun yang Ibu mertuanya pegang.
Sojung benar-benar senang, sampai dia tak melupakan ucap kata syukur dalam harapannya sebelum meniup lilin di ulang tahunnya yang ke dua puluh delapan.
Begitu api di lilin mati, semuanya tersenyum bahagia. Bahkan Seokjin sampai memeluk dan mencuri ciuman sang istri lagi.
"Ya ampun, aku berterimakasih sekali. Ini masih malam, tapi kalian rela tidak tidur untuk memberiku kejutan ulang tahun," kata Sojung pada suami, ayah serta ibu mertuanya.
"Tidak masalah," kata Ibu Seokjin. "Beruntung Seokjin bilang kalau hari ini kau ulang tahun, jadi kami sempat memberimu kejutan kecil begini."
Sojung menatap suaminya bahagia. "Terimakasih, ya?"
"Sama-sama. Tapi maaf, ya. Ini tidak semewah kejutanmu yang kemarin kau berikan padaku," kata Seokjin.
"Ini sudah lebih dari cukup. Aku sudah bahagia dengan kejutan seperti ini," balas Sojung.
Seokjin tersenyum senang mendengarnya. Dia bahagia, karena dia tahu istrinya juga bahagia karena mendapat kejutan ulang tahun ini, walau tidak mewah, sebenarnya.
"Ibu juga minta maaf ya, Sojung. Karena Seokjin baru bilang kemarin sore, Ibu jadi tidak sempat pergi ke pasar, dan menggunakan bahan seadanya. Tidak tahu kue ini rasanya enak atau tidak," ucap Ibu Seokjin.
"Ibu buat kue ini sendiri?" tanya Sojung antusias.
"Ayah yang menemani," sahut Ayah Seokjin, "cobalah, Ibu sudah membuatkan ini khusus untuk ulang tahunmu."
Sojung menerima pisau yang ayah mertuanya berikan, kemudian mengiris beberapa bagian kue tar yang ibu mertuanya buat.
Sojung meletakkan kue potongan pertamanya di piring. Tapi alih-alih langsung mencobanya, Sojung justru menyuapkan bagian kecil potongan kue itu pada suaminya. "Yang pertama untuk laki-laki yang selalu membuatku bahagia."
Seokjin tersenyum, kemudian menerima suapan Sojung. Lalu kembali mengecup singkat pipi istrinya.
Suapan kedua ia berikan pada ibu mertuanya, ketiga untuk ayah mertuanya, dan terakhir untuk dirinya. "Ya ampun, ini enak sekali. Kalau ada waktu, ibu mau 'kan mengajariku membuat kue tar seenak ini?"
Ibu Seokjin dengan senang hati mengangguk. "Ini permintaan menantu Ibu yang paling Ibu sayang, mana mungkin Ibu bisa menolak?" Ibu Seokjin sedikit tertawa usai menyelesaikan kalimatnya.
"Sekali lagi, selamat ulang tahun, Sayang!"
◾▪▪▪◽
Sekarang Seokjin menuntun Sojung keluar dari rumah, kemudian mengajak istrinya itu untuk pergi ke suatu tempat.
Sojung menurut, tapi di jalan dia bertanya terus pada Seokjin. Mau dibawa ke mana sebenarnya dia ini?
"Sayang, kalau kau mau membawaku ke tempat yang romantis, itu sama sekali tidak perlu. Itu terlalu klasik," kata Sojung. "Lebih baik kita pergi ke tempat-tempat bersejarah, hitung-hitung menambah wawasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOJUNG ミ°end
Fanfiction#1 in Sowjin Tipikal laki-laki sejati, mungkin itulah Adipati Seokjin. Hanya satu kali jatuh hati, satu kali mencintai perempuan yang berarti dalam hidupnya. Senyumannya mungkin tidak secerah dulu, tidak selebar dan tidak semanis waktu itu. Tapi sam...