Ada sebuah kisah tentang ombak dan lautan yang dulu sering Naura dengar dari neneknya. Sebenarnya nenek punya banyak sekali persediaan cerita untuk disampaikan padanya dan juga Naufalㅡmulai dari dongeng, mitologi, hingga cerita rakyatㅡtapi yang satu itu adalah yang paling berkesan. Naura ingat dia sampai meminta nenek mengulangi kisah yang sama berulang kali. Naufal sampai mengancam akan melempar Naura ke laut saking bosannya mendengar cerita itu terus-terusan.
"Pada zaman dahulu kala, ada sepasang kekasih yang hidup bahagia di sebuah daratan."
"Noo. Jangan bilang ada takdir kejam yang memisahkan mereka!"
Syila langsung berseru protes di kalimat pembuka cerita.
"No spoiler!" tukas Naura dengan tegas.
Saat ini mereka berdua tengah bersantai di rumah pinggir pantai milik keluarga Mavendra. Hari masih pagi dan cuacanya masih belum terlalu panas untuk sekedar duduk-duduk di beranda sambil memandangi laut. Dharma dan Balqis sudah menghilang sejak subuh, palingan pergi melihat sunrise lagi. Jay masih tertidur di kamarnya dan Naura menolak kepo mengenai apa yang Rafisqi lakukan saat ini. Kejadian penamparan tadi malam masih membekas di ingatan dan dia masih belum punya nyali untuk berhadapan langsung dengan pria itu.
Tadinya Naura dan Syila hanya mengobrol tak tentu arah. Mengenai teman-teman, hobi, dan juga pekerjaan. Topik pembicaraan berpindah ke tentang keluarga Naura. Dari sanalah Syila penasaran dengan salah satu cerita nenek yang paling disukai Naura dan akhirnya memaksa untuk diceritakan.
"Soalnya cerita-cerita seperti ini pasti ending-nya bakalan tragis." Syila menghela napas berat. "But it's okay. Please go on."
"Jadi, daratan yang mereka tinggali ini dikelilingi oleh laut. Asumsikan saja itu sebuah pulau kecil. Laut di masa itu begitu tenang dan tidak berombak. Sumber dayanya melimpah dan airnya sangat bersih juga jernih. Namun, itu semua tidak dinikmati secara gratis. Setiap tahun, mesti ada penumbalan demi membuat Dewa laut tetap tenang dan kalem."
"Tuh, kaaan!"
"Nah, sekalinya Dewa marah, dia akan mengirim gelombang tinggi ke pulau. Memporak-porandakan semuanya dan membuat penduduk kehilangan tempat tinggal. Tidak hanya itu, selama setahun tidak akan ada hewan laut yang diizinkannya mendekat, membuat orang-orang di sana kelaparan berkepanjangan."
"Dewa yang egois," Syila mendecakkan lidah. "Lalu lalu?"
"Dan seperti yang sudah kak Syila duga, sepasang kekasih tadi terpaksa berpisah karena si perempuan terpilih untuk menjadi tumbal."
Naura bertepuk tangan sekali.
"Sekarang kita akan memasuki bagian favoritku!" serunya bersemangat. "Lelaki yang ditinggalkan selalu datang ke pinggir laut setiap hari. Tidak ada yang tahu nasib orang yang telah menjadi tumbal, tapi dia selalu merasa kekasihnya masih hidup di dalam laut sana. Dia mulai mengirimkan bermacam-macam benda. Bunga-bunga yang cantik, makanan kesukaan sang gadis, buku favoritnya, dan benda kesukaannya.
"Usahanya itu membuat sang Dewa luluh. Suatu hari, ombak kembali muncul dan warga mulai panik. Namun, mereka heran karena ombak yang datang ternyata jauh lebih kecil. Ombak tersebut datang susul-menyusul, menghantam pinggiran pantai bergantian. Sebuah kerang emas terdampar tepat di dekat lelaki itu. Dia mengambil dan membukanya, dan betapa kagetnya dia mendapati surat yang ternyata dari kekasihnya. Isinya: 'Aku baik-baik saja di sini. Terima kasih banyak atas semua pemberianmu. Mulai saat ini, tolong hiduplah dengan baik, untuk bagianku juga. Aku akan tetap mencintaimu dari sini. Selalu'."
Dulu mata Naura selalu berkaca-kaca tiap kali nenek sampai ke bagian itu. Baginya itu romantis dan menyakitkan di saat yang bersamaan. Mereka saling mencintai, tapi tidak bisa bersatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Yestoday
Historia Corta[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2019 30 hari, 30 tema, dan 30 kisah. Singgahilah dunia berbeda yang ada di dalam sini satu per satu dan rasakan sensasinya. ================================= Karya ini diikutsertakan dalam "30 Daily Writing Challenge" yang...