Pertemuan Yang Melelahkan

16.4K 327 1
                                    

Kesadaranku mulai kembali, mataku terbuka. Penglihatanku tidak jelas, mana kacamataku? Ini dimana dan kasur siapa ini?

“Hm?” Mulutku diikat kain, tanganku diikat kebelakang, paha dan kakiku diikat menyatu. Apa-apaan ini, aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“Ah, sudah bangun rupanya,” suara anak perempuan terdengar dari arah kananku, aku tidak bisa melihat dengan jelas tapi ada seseorang di pojok ruangan.

“Bagaimana rasa obat racikanku? Apa kau tidur dengan pulas?” suaranya mendekat.

“Hiaha?”[Siapa?]

Dia tertawa licik, “kau harus tau seimut apa wajahmu saat kau sedang panik,” dia menaiki kasur dan merangkak ke arahku.

“Ah, tapi kau tidak bisa melihat dengan jelas ya? Lagipula, kau lebih cocok dengan ini,” dia memasang kacamataku.

Penglihatanku kembali, akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Ia menggunakan seragam perempuan sekolahku, kami dari sekolah yang sama. Dia memiliki rambut coklat yang panjang kebelakang, dimana aku pernah melihatnya?

“Hm? Apa kau masih belum ingat? Mungkin ini akan membuatmu ingat,” ia melepas kain dimulutku. Sebelum aku bisa berbicara ia memegang kedua pipiku dan langsung menciumku.

Aku mulai kehabisan nafas, sepertinya ia menyadarinya dan melepaskan ciumannya. Sesaat aku bisa menarik nafas ia langsung menyatukan bibir kami kembali, ia terus melakukannya berulang-ulang. Kenapa rasanya manis?

Ia melepaskan bibirnya dan membiarkanku bernafas dengan benar. “Apa yang kau-” sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, ia menciumku lagi dan kali ini lebih parah. Ia mendengakkan kepalaku, membuatku susah bernafas.

“Oh aku belum selesai sayang,” katanya dan langsung memasang bibirnya kembali.

Sesuatu memasuki mulutku, lidahnya memasuki mulutku. Ia menyatukan lidah kami dan memutar-mutarnya. Aku benar-benar kehabisan nafas, dia terus melakukannya selama semenit lebih.

Tapi, kenapa ini terasa familiar? Apa yang sebenarnya dia ingin kuingat? Tunggu...dulu... rambut coklat...panjang...rasa mulut...yang manis, apa mungkin.

Ia akhirnya melepas ciumannya meninggikanku yang terengah-engah, “jadi, kau sudah ingat kan? Sa~Yang.”

[Bersambung]

A [Heart] For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang