Waktu adalah uang dan uang adalah segalanya dalam dunia yang fana ini. Tanpa uang kita tidak bisa melakukan apa-apa. Tanpa uang kita tidak berdaya di bumi ini.Uang bagai kekuatan yang maha kuat tiada banding, uang bisa membutakan mata hati kita untuk berbuat apapun demi mendapatkannya.
Paham ini, adalah paham yang aku percayai dan aku jalani selama ini. Namun paham itu ternyata salah...
***
“Bugh! Bagh! Buggh!”
“Hajar terus pak! Biar tahu rasa dia, ternyata sudah tiga kali dia mencuri di desa kita!
"Ayo terus bapak-bapak jangan kasih ampun, kalau perlu kita bakar saja hidup-hidup” tutur
seorang warga.“Sudah cukup!! Bapak-bapak sekalian tidak bisa dan tidak punya hak untuk main hakim sendiri!” bentak Kepala Desa.
“Tetapi pak, dia sudah tiga kali mencuri di desa. Kali ini dia bahkan mengancam dengan sebilah pisau pak! Bagaimana kalau sampai ada yang terluka atau bahkan terbunuh?”
“Saya sendiri yang akan bertanggung jawab. Tetapi apa benar Nak Jaka sampai tega mengancam seperti itu?” tanya Kepala Desa.
Aku hanya bisa mengangguk mengisyaratkan bahwa apa yang diceritakan warga itu benar. Tetapi sungguh tutur kata salah seorang warga tadi menusuk hati, membuat aku terluka. Rasa sakit yang aku terima berkat kata-katanya lebih sakit dari pukulan keras yang menghantam
tubuhku …Pak Widodo membawa aku ke balai desa. Di sana dia menanyai aku banyak hal, tetapi aku hanya bisa menggelengkan atau menganggukan kepala sebagai isyarat jawaban. Beruntung, Pak Widodo tidak membawa kasus ini ke ranah hukum. Tetapi, seharusnya aku dibawa saja dan mendekam di hotel prodeo.
Di sana aku bisa mendapatkan makanan tanpa perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Kalau ingin keluar dari penjara pun mudah, penjara bisa mengeluarkan surah izin keluar
sementara.Narapidana yang mampu membayar ongkos sesuai permintaan bisa keluar tiga hari hingga satu minggu. Prinsipnya adalah tidak ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Tetapi itu tidak berlaku untuk diriku yang tidak memiliki uang. Bahkan meski aku punya
uang pun, tetap bertahan di penjara bukanlah hal yang mudah untuk dijalani.***
Matahari pagi muncul menyapa ibu-ibu yang tengah menyemai di sawah, memancarkan senyum manisnya hari demi hari tanpa mengenal lelah. Mulai hari ini setiap paginya aku pergi ke sawah untuk sekadar men-ndaut , atau tunggu manuk agar padi yang ada di sawah milik Pak Widodo tidak terserang hama dan menjadi rusak.
Angin berembus dengan anggun menerpa tubuhku. Aku melamun, duduk di gubuk kecil yang ada di tengah sawah mendengarkan lirih bisikan angin yang masuk ke telinga seraya melihat gugusan awan yang menggantung di langit.
Aku masih tidak mengerti, setelah apa yang aku perbuat, Pak Widodo masih tetap mengizinkan aku untuk tinggal di desa dan bahkan mempekerjakanku di sawah miliknya. Dan juga dia memperbolehkan aku untuk tinggal di rumah kontrakan miliknya.
Tiba-tiba duduk seorang gadis berkulit putih bak porselen disebelahku. Rambutnya pirang, berwarna kuning cokelat keemasan. Apabila angin berembus parfum yang dia gunakan semerbak baunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distant Sky
RomanceSaat semua terasa seakan hampa, dia datang membuka pintu hati dan pikiran ku...