4. MULAI PEDULI

50 12 0
                                    

Happy Reading💕

Sesampai di pojok Warung Kartini, Devano melihat seorang  wanita yang rambutnya terurai, membuat Devano melangkah dikit demi sedikit. Ya, itu adalah Devanya. Orang yang suka Devano bully.

“Anya?” wajah dan nada bingung Devano mulai keluar. “Bry?” lagi dan lagi.

Jangan sampai Bryan memainkan Devanya dengan menjadikannya ancaman. Ucap Devano dalam hati.

“Yoi bray.. dah lama gak ketemu. Berapa abad ya? Eh nggak sampek si. Setahun aja kok gw ga ketemu lo, kangen gue ama lo.” Ucap Bryan dengan wajah yang sok baik.

"Gak usah banyak BACOT LO" ujar Devano.

"Hei, hei kalem bray” sahut Bryan sambil merangkul Devanya.

"Sekarang apa mau lo, gw sibuk. Gw banyak urusan yang lebih penting daripada ketemu orang kayak lo." jawab Devano.

"Sibuk? Anak berandalan kayak lo gini sibuk?” sahut Bryan dengan tawa kecil.

Devano yang mendengar perkataan Bryan, mendekatinya. Ia menarik Bryan dan membuat Bryan melepaskan rangkulan Devanya. Tanpa aba-aba dengan secepat kilat Devano langsung meninjunya. Hingga anak-anak EAGLE yang sudah didekat Devano tanpa sepengetahuannya tidak dapat menahan Devano.

“Van! Kalem!” ujar Alvin sambil menarik Devano. Teman-temannya yang melihat Alvin bertindak seperti itu terkejut. Memang. Tingkah laku Alvin pada Devano berbeda, Alvin lebih peduli dengan Devano. Hanya Alvin satu-satunya orang yang bisa mengontrol emosi Devano. Devano yang mendengar suara Alvin langsung menoleh padanya. Hanya dengan ucapan sependek itu, Devano langsung menarik Devanya untuk mengamankannya.

“Udah Van. Tahan dulu.” Bisik Alvin pada Devano.

Bryan mendadak menepuk tangannya. Tiba-tiba datanglah teman-teman Bryan itu. Ya, mereka adalah preman-preman. Devano hanya melihat preman tersebut dengan wajah datar.

“Pinter juga deh lo, untung lo bawa backing. Kalo ga, mungkin pulang-pulang lo tinggal nama.” Ujar Bryan dengan tangan yang terlipat didepan dada.

“Alana, Karin, sama Devanya amanin dulu Vin.” Ujar Devano dengan pelan kepada Alvin.

“Tunggu apalagi? Habisin aja!” ajakan Bryan pada preman-preman itu. Sungguh mengerikan penampilan preman itu. Berbadan besar. Tubuh yang di penuhi tatto. Serta telinga yang dipenuhi anting. Tetapi, penampilan yang mengerikan itu tidak membuat Devano takut sama sekali.

“ITU TUH ANAK-ANAK YANG SUKA BALAPAN LIAR SAMA BERANTEM DI DAERAH SINI! TANGKEP AJA PAK! MENGANGGU SUASANA LINGKUNGAN!” tiba-tiba terdengar suara ramai dari arah belakang, membuat mereka semua menoleh padanya. Bryan dan preman-preman itu langsung kabur dengan mobil JEEP nya.

“Cabut woi!” perintah Devano pada anak-anak EAGLE.

“Mencar semuanya!” sahut Griffin.

Mereka semua langsung kabur tanpa membawa motornya. Yang benar saja, bahwa mereka masih menaiki motornya.. mereka sudah pasti tertangkap. Ketika Devano ingin lari menuju daerah Sekolah, ia melihat Devanya sedang berdiri di depan sekolah, Devano pun segera menariknya.

Devanya menjadi takut, mengapa tiba-tiba Devano menariknya. Membuat Devanya hanya diam tak berkata.

“Udah, disini aman,” Ujar Devano."
“Lo tau kenapa gw ngajak lo kesini?” tanya Devano pada Devanya. Namun yang dilakukan gadis tersebut hanya menunduk dan diam, menandakan bahwa ia tidak tahu.

“Tenang. Gw gak ngapa-ngapain lo. Gw Cuma takutnya entar lo ngasih tau ke orang-orang asing gw ada dimana.” Ucap Devano. Sungguh, Devano tiba-tiba merasa gugup. Entah mengapa. Detak jantungnya berdetak begitu kencang.

“I-iya” sahut Devanya dengan nada ketakutan. Devanya sungguh takut pada Devano, ia trauma.

“Tadi lo nggak di apa-apain sama Bryan?”

“Enggak,”

“Kok lo tiba-tiba bisa sama Bryan?”

“Waktu aku pulang sekolah tiba-tiba dia narik aku terus maksain aku ke pojok Warung Kartini. Padahal aku enggak kenal dia siapa.”

“Dan, kenapa lo bisa di depan sekolah sendirian? Bukannya tadi lo ama si Alvin, Karin, dan Alana?”

“Iya. Udah aku mau pulang.” Ujar Devanya, ia pun berdiri dan melangkah satu langkah. Tetapi Devano memegang tangannya.

“Jawab dulu.” Sahut Devano dan segera melepaskan tangannya.

“Aku mau sendiri. Aku nggak enak sama Karin sama Alana.” Jawab Devanya dengan tergesah-gesah. Devanya pun segera berjalan cepat meninggalkan Devano.

“Mau kemana?” Devano masih tetap saja melanjutkan perbincangan. Tetapi Devanya tetap berjalan.

“Pulang sama gw aja. Udah magrib. Nggak baik anak perempuan pulang sendirian.” Devanya yang mendengar ucapan Devano menghentikan langkahnya.

“Nggak, makasih.” Devanya pun melanjutkan jalannya dan ia berdiri tidak jauh dari dekat sekolah. Devano mengetahui bahwa gadis itu tidak jauh dari sekolah, tetapi ia hanya diam.

Tiba-tiba saja anak-anak EAGLE menghampiri Devano lewat GPS nya.

“Yoi bos ganteng! Untung tadi bisa lolos Van. Asli dah, gw tadi panik duluan waktu ketauan ama keluarga sono,” Ucap Joko.

“Eh ngomong-ngomong kok bos ganteng yang ganteng nya melewati seluruh laki-laki di dunia, jadi diem aja nih?” tambah ucapan Joko, yang terdengar hanyalah suara hewan jangkrik. Membuat Griffin tertawa pelan.

“Eh, kalian kok tiba-tiba tau si gw ada di pojok Warung Kartini?” akhirnya Devano membuka mulut pada temannya.

“Ya iya dong. Coba deh tadi gw kaga nyamperin lo ke pojok Warung Kartini.. nggatau deh gimana nasib lo, mungkin lo udah kayak yang dibilang Bryan. Ya untung aja tadi ada warga sono yang tiba-tiba dateng.. jadi masih bisa ngalihin perhatian si Bryan ama temennya.” Ujar Griffin yang disertai tatapan dingin devano.

“IYE BENER!” sahut anak-anak EAGLE.

"Iye-iye, makasih buat kalian-kalian. Meskipun sebenernya gw bisa sendiri." ucap Devano sambil terkekeh, dan pasti dengan muka sombong nya.

"Yeh.., tenang aja Van. Informasi selalu ada didekat kita-kita orang yang baik ini." Sahut Griffin dengan nada sombong.

“Eh By The Way Anyway Busway.. kok ada si Devanya tuh?" tanya Joko sambil melihat Alvin.

"Bukannya tadi dia sama lo ya Vin?" tambah Joko.

“Iya, dia mau sendiri” sahut Alvin dengan cuek.

"Eh, gw balik duluan ya.” ujar Devano.

"Cepet amat udah mau balik.. yaudeh bareng aja ama kita." Sahut Griffin.

“WOY ANYA! LU PULANG BARENG DEVANO AJA! GAK TAKUT APA TIBA-TIBA SI BRYAN DATENGIN LO LAGI??” ucap Joko sambil berteriak.

"Hush, omongan itu doa." sahut Alvin.

"Hehehe iya maap. Gw tarik lagi deh omongannye." sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“IYA BENER TUH! UDA DEH SINI, NGGAK USAH SOK JUAL MAHAL SAMA DEVANO. APE PERLU DEVANO JEMPUT LO KESANA?” sahut Griffin.

“Udah deh.. dia tuh gamau. Tadi udah coba gw ajak. Udah deh gw cabut dulu.” Devano pun berjalan bersama teman-temannya ke arah letak motornya. Devanya yang melihat Devano dan teman-temannya mulai ketakutan. Di kesunyian sore itu, hanya terdengar suara satu dua motor yang lewat, membuat Devanya menyesal menolak ajakan Devano. Ia tidak memiliki uang untuk naik angkotan umum. Untuk berjalan menuju rumahnya cukup jauh.

***
Tiba-tiba saja Devano dan anak EAGLE melewati depan sekolah untuk memastikan bahwa Devanya telah pulang. Ternyata, Devanya masih berdiri disana. Entah mengapa, anak itu tidak jalan.. ia tetap duduk di tempat halte bus. Entah jemputan siapa yang Devanya tunggu.

Datanglah sepeda motor ninja yang berwarna hitam itu di depan hadapan Devanya persis.

Note: kalo ada typo maafin yaa

Chapter ini udah panjang.. banget ya gezz, udah sampek 1000 words tuh🤣 kalo nggak percaya itung cobaaa, aheheh canda aja kok😉

BENCI ATAU CINTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang