Bab 53

2.4K 338 20
                                    


Satu bulan sudah berlalu sejak Ali memutuskan untuk kembali berjuang agar bisa kembali bersama istrinya. Kesehatan Ali perlahan membaik setelah kedatangan Prilly kala itu meskipun 'serangan' mual dan muntah masih di alami olehnya ketika pagi atau malam hari.

Seperti pagi ini, Ali kembali memuntahkan isi perutnya setelah beberapa saat lalu dia menyantap nasi goreng yang dibuatkan oleh Prilly.

Prilly mengusap lembut tekuk suaminya, pelan-pelan dia menepuk punggung Ali yang benar-benar terlihat begitu tersiksa. "Mas yakin nggak mau ke rumah sakit?"Tanyanya setelah Ali membersihkan mulutnya.

Ali menggeleng pelan, "Nggak Sayang. Nanti kalau dede-nya udah nggak ngambek pasti mualku akan mereda dengan sendirinya. Ya kan De?"Ali mengusap lembut perutnya Prilly yang mulai terlihat membuncit.

Prilly menghela nafasnya, dia selalu diserang rasa khawatir jika sudah melihat Ali pucat seperti ini.

Sejak memutuskan memperbaiki hubungan tepatnya Ali yang ingin berjuang kembali, setiap pagi selama satu bulan ini Ali terus menyambangi rumah Prilly.

Benar, Ali memutuskan kembali ke rumah Ibunya sampai saatnya nanti dia dan Prilly kembali bersama. Ali tidak ingin memaksa Prilly, dia akan memberikan waktu selama Prilly mau diterima seperti ini saja Ali sudah sangat bersyukur.

Keluarga Prilly kecuali Reza juga sudah bersikap seperti biasa padanya meskipun Ali masih merasa canggung setiap kali Soraya menatapnya dengan senyuman teduh seketika hati Ali menjerit penuh rasa bersalah.

"Kok ngelamun? Nggak mau minum teh hangatnya Mas?"

Ali mengerjap beberapa kali sebelum memusatkan perhatiannya pada Prilly yang sedang menunggu dirinya di dekat meja makan. Ali melangkahkan kakinya menuju istrinya, dengan lembut dia mengecup pelipis Prilly.

"Terima kasih Sayang."Ucapnya sebelum mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Prilly menghela nafasnya, dia masih belum nyaman jika melakukan kontak fisik dengan Ali hanya saja dia tidak ingin menegur takut Ali tersinggung jadi dia membiarkan saja tindakan Ali.

Ali menyesap teh hangat yang di siapkan Prilly untuknya. Tubuhnya sedikit bergetar setelah memuntahkan isi perutnya tadi. Prilly membawa piring bekas makan Ali ke wastafel membiarkan Ali menghabiskan teh hangat nya.

Prilly mulai merasa bimbang dengan hatinya. Di satu sisi dia ingin segera menerima Ali kembali, tapi di sisi lain hatinya masih meragu tidak dia tidak meragukan perasaan Ali padanya dia hanya sedikit takut kalau Ali kembali 'terikat' dengan wanita masa lalunya itu meskipun karena iba sebagai seorang istri dia tetap tidak rela.

Prilly nyaris melemparkan piring ditangannya ketika tiba-tiba kedua lengan Ali membelit pinggangnya. "Mas. Ya ampun Mas ngangetin tahu nggak?"protes Prilly.

Ali mengeratkan rengkuhannya namun tidak sampai menyakiti perut buncit Prilly. "Aku rindu."bisik Ali sendu.

Ali memejamkan matanya sambil menenggelamkan wajahnya dileher Prilly. Dadanya terasa sesak, Prilly memang ada didekatnya tapi entah kenapa Ali merasa istrinya semakin jauh dari untuk dia jangkau. Prilly memang tidak mengusir dirinya tapi Ali takut jika tanpa disadari dia mulai terusir dari hati Prilly.

"Maafin Mas. Maafin kebodohan Mas. Mas menyesal telah menyakiti kamu. Maaf Sayang."

Prilly menelan ludah kasar, dia bisa merasakan ketulusan dari setiap kata yang keluar dari mulut Ali. Hatinya bergetar ketika merasakan lehernya basah dia tahu Ali kembali meneteskan air matanya.

Apa yang harus dilakukan olehnya sekarang?

**

"Arrghh!! Sialan! Wanita sialan! Gue benci! Gue benci.. Ali Sayang kamu harus jadi milikku! Arrrgh!!"

Prang!!

Prang!!

Ratih kembali menggila dengan menghancurkan semua barang-barang yang ada didalam kamarnya.

Tok!

Tok!

"Ratih Sayang. Nak, buka pintunya Sayang, ada Ibu disini. Buka pintunya Nak!"

Ratih tidak menghiraukan gedoran pintu kamarnya. Ratih meluapkan semua kekesalannya dengan menghancurkan apa saja yang ada disekitarnya.

Ratna benar-benar khawatir dengan sikap putrinya yang semakin hari semakin mengkhawatirkan itu. Ratih berubah menjadi tempramen sejak Ali tak pernah lagi menginjakkan kaki dirumahnya.

"Kita harus cari Ali Pak. Hanya Ali yang bisa menenangkan Ratih."Ungkap Ratna sambil kembali menggedor-gedor pintu kamar putrinya.

"Buk. Ali sudah menikah dia punya istri tidak mungkin kita melibatkan Ali dalam masalah putri kita."Pak Ramli -Ayah Ratih- menolak usulan istrinya.

"Ya terus gimana Pak? Bapak tega ngeliat Ratih putri kita hancur seperti ini. Ratih lagi hamil besar Pak kita tidak bisa mengambil resiko dengan membiarkan Ratih seperti ini terus menerus."Ratna mulai mendesak suaminya agar setuju untuk meminta bantuan Ali.

"Ratih hamil itu karena perbuatan Bram dan kita turut andil dalam menjerumuskan Putri kita lalu kenapa sekarang kita harus melibatkan Ali yang tidak tahu apa-apa."Ramli mulai jengah dengan sikap istri dan putrinya yang menyeret Ali ke dalam permasalahan ini.

"Bapak tuh sayang sama Ratih tidak sih hah? Ali tidak akan menolak jika dimintai tolong terlebih ini menyangkut Ratih Pak. Bapak tidak lihat bagaimana Ali memuja anak kita dulu."

"Dan Ibu lupa siapa yang dulu bersikeras menolak Ali bahkan menghina Ali hanya demi Bram yang kaya raya dan ternyata berengsek itu."

Ratna terdiam seketika, dia tahu suaminya sedang diliputi emosi saat ini dan dia memilih diam sebagai jalan aman jika tidak mau Ramli suaminya ikut menggila seperti putri mereka.

Prang!!

Ratna dan Ramli terkesiap ketika pecahan kaca kembali terdengar dari kamar Ratih. "Ratih Pak. Ratih."

Ranta kembali menggedor pintu kamar Ratih sedangkan Ramli sudah berlari keluar meminta pertolongan pada salah satu warganya untuk mendobrak pintu kamar anaknya.

Ramli kembali dengan seorang pemuda, "Minggir Buk. Biar bapak dan Ijal dobrak saja pintu kamar Ratih."

Ratna menyingkir dan membiarkan suaminya dengan pemuda bernama Ijal itu mengambil ancang-ancang sebelum maju dan menubruk pintu kamar Ratih.

Percobaan pertama gagal pintu tak juga terbuka dan di percobaan kedua Ramli dan Ijal berhasil mendobrak pintu kamar Ratih.

Begitu pintu terbuka Ratna terlebih dahulu meringsek maju dan membuka lebar pintu kamar putrinya yang sudah berantakan seperti baru saja terkena serangan angin puting beliung.

"Ya Allah Ratih!"

Ratna benar-benar terkejut ketika melihat Ratih tergeletak dengan sayatan memanjang di pergelangan tangannya. Ratih menyayat tubuhnya untuk meluapkan rasa sakit dan frustrasi yang dirasakannya.

Diambang kesadarannya Ratih masih memanggil Ali. "Mas Ali Buk. Aku mau Mas Ali. Tolong Buk!"racau Ratih dengan mata setengah terpejam.

Ratna menangis tersedu-sedu ketika melihat kondisi putrinya, "Ibu akan membawa Ali untuk kamu Nak. Kamu harus bertahan Ibu mohon."

Ramli segera mengambil alih tubuh putrinya dibawa kedalam gendongannya sebelum berlari keluar. Ratih harus segera dibawa kerumah sakit sebelum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Ratna menyusul suaminya, "Ibu janji akan membawa Ali untuk kamu Nak. Ibu janji. Sayang ibu kamu harus bertahan Sayang."Ratna terus meracau disela tangisnya.

*****

Selamat malam semuanya..

Promo 6 pdf masih berlaku ya tinggal 4 hari lagi. Ayok yg blm punya pdf aku mumpung lagi promo hanya dengan 90k kalian akan dpt 6 pdf Al-pril yang aku punya..

Ah ya, cerita ini dan Mengejar Badai akan segera hadir dalam bentuk e-book dan mungkin akan ada beberapa tambahan extra partnya nanti.

Doain yaaa.. Ah ya, cerita ini nggak aku publish semua yaa tetap beda sama pdf..

Terima kasih

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang